Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemkot Bekasi Sebut Jarak Sekolah ke Rumah Tak Sesuai Bukan Kesalahan Sistem PPDB

Kompas.com - 02/07/2019, 13:55 WIB
Vitorio Mantalean,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Pemerintah Kota Bekasi membantah berbagai keluhan yang datang dari para orangtua murid soal radius rumah ke sekolah yang meleset dari keadaan di lapangan akibat kesalahan sistem.

Ratusan orangtua murid pun menyambangi Kantor Dinas Pendidikan Kota Bekasi pada hari kedua pendaftaran peserta didik baru (PPDB) online, Selasa (2/7/2019), untuk mengajukan perbaikan radius yang dinilai meleset.

"Sistem enggak ada yang salah. Di satelit atau di Google Maps kan memang tidak bisa baca by name by address," ujar Kepala Seksi SMP Dinas Pendidikan Kota Bekasi Mawardi saat dikonfirmasi, Selasa siang.

Dia beranggapan, kesalahan radius yang banyak menuai keluhan pada hari ini diakibatkan karena kesalahan orangtua murid saat menunjukkan titik koordinat alamat rumah.

"Kendalanya pertama dari faktor orangtua. Pada saat ditunjukkan peta di Google Maps, itu kadang dia enggak tahu tata letak rumahnya. Makanya ada yang suka lama saat verifikasi," kata dia.

Baca juga: PPDB SMA Non Zonasi Jakarta Dimulai Hari Ini, Ini Syarat dan Jadwalnya

"Mungkin orangtua agak grogi pas ditunjukkin peta apa gimana," imbuh Mawardi.

Mawardi mengeklaim, panitia PPDB di tiap sekolah telah berupaya penuh untuk memastikan agar titik koordinat kediaman calon siswa sesuai dengan alamat rumah pada hari pendaftaran.

"Jadi misalkan dia alamatnya di Jalan Ki Hajar Dewantara, nah bisa carinya di jalan itu doang. Nah, letak rumah ibu di mana nih, patokannya, harus konfirmasi ke orangtua murid. Setelah itu baru diklik, artinya sudah oke kan orangtuanya, tanda tangan juga," jelas Mawardi.

Berdasarkan pantauan Kompas.com di kantor Dinas Pendidikan Kota Bekasi pukul 12.30 WIB, keramaian tampak di lantai 3, di mana para orangtua murid menanti giliran dipanggil oleh petugas.

Total ada 4 meja dengan para petugas yang siap mengecek berbagai keluhan orangtua murid di sistem PPDB online. Berkas-berkas juga bertumpukan di meja tersebut.

Salah satu orangtua murid yang hendak mengajukan perbaikan radius ialah Sutarno (44) warga Jati Asih, Bekasi Selatan.

Baca juga: Kurangi Jual Beli Bangku Sekolah, Zonasi PPDB Dinilai Masih Kurang

"Saya cek jarak dari rumah ke sekolah harusnya 500-an meter, tapi di sistemnya 1.027 meter. Sedangkan yang lebih jauh dari saya dihitung 600 meter, dan tapi tetap masuk," ujar Sutarno yang mendaftarkan putranya ke SMPN 9 Kota Bekasi, Jati Asih pada Senin (2/7/2019).

Sutarno mendaftarkan secara langsung anaknya di sekolah. Namun, saat ini, posisi anaknya sudah di luar kuota akibat radius rumahnya tak bersaing dengan 239 calon siswa lain SMPN 9 Kota Bekasi.

Menurut Sutarno, ia belum kunjung mendapatkan giliran dipanggil meskipun sudah datang sejak 05.30 WIB. Petugas Disdik Bekasi hingga pukul 12.30 mengaku masih harus menyelesaikan keluhan-keluhan orangtua murid yang beberapa belum beres sejak Senin sore.

"Pertanyaannya, kenapa yang jauh bisa bertahan, kenapa yang dekat hilang (dari sistem) begitu? Tetangga saya ada yang enggak hilang (dari sistem), itu lebih jauh rumahnya dari saya," imbuh Sutarno, yang tinggal di belakang komplek Komsen Jati Asih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

Megapolitan
Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Megapolitan
Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Megapolitan
Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Megapolitan
Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Megapolitan
Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Megapolitan
Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Megapolitan
KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

Megapolitan
Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Megapolitan
Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Megapolitan
Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Megapolitan
Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Megapolitan
Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Megapolitan
Kisah Iyan, Korban Banjir Cipayung yang Terpaksa Mengungsi ke Rumah Mertua 2 Bulan Lamanya...

Kisah Iyan, Korban Banjir Cipayung yang Terpaksa Mengungsi ke Rumah Mertua 2 Bulan Lamanya...

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com