Dalam buku Jakarta 2045, Smart City for Millenilas (2019), kata Betawi di Jakarta mulanya adalah sebutan untuk nama tanaman Cassia glauca.
Masyarakat biasa menyebutnya pohon guling betawi. Ini adalah sejenis tanaman perdu yang kayunya bulat seperti guling dan mudah diraut serta kokoh.
Dulu, batang pohon betawi banyak digunakan untuk pembuatan gagang senjata keris atau gagang pisau.
Tanaman guling betawi banyak tumbuh di Nusa Kelapa dan beberapa daerah di pulau Jawa dan Kalimantan. Sementara di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, guling betawi disebut kayu bekawi.
Ada perbedaan pengucapan kata "Betawi" dan "Bekawi" pada penggunaan huruf "k" dan "t" antara Kapuas Hulu dan Betawi Melayu. Pergeseran huruf tersebut biasa terjadi dalam bahasa Melayu.
Buku yang sama juga menyebut, versi lain asal-usul Betawi berasal dari kata "Pitawi" yang artinya larangan.
Kata ini mengacu pada kompleks bangunan yang dihormati di Candi Batu Jaya. Kompleks percandian Batujaya adalah sebuah kompleks sisa-sisa percandian Buddha kuno yang terletak di tatar Pasundan Karawang, Jawa Barat.
Masih menurut buku yang sama, ada dugaan kata Betawi berasal dari bahasa Melayu Brunei yang digunakan untuk menyebut giwang. Itu lho, subang kecil berupa perhiasan yang dipasang di telinga. Perhiasan ini biasa digunakan perempuan.
Nama ini mengacu pada ekskavasi di Babelan, Kabupaten Bekasi, yang banyak menemukan giwang dari abad ke-11.
Pendapat lain mengatakan, Betawi adalah lafal penduduk pribumi untuk menyebut kata Batavia.
Jika pendapat ini benar, kata Betawi mulai populer sejak abad ke-17 sejak Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Batavia pada 1619.
Lidah masyarakat Nusantara memang sulit menyebut kata-kata dalam bahasa Belanda. Kompeni, misalnya, adalah lafal pribumi untuk menyebut Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC), persekutuan dagang Belanda yang menguasai Nusantara selama tiga abad.
Dalam buku Betawi Queen of the East karya Alwi Shahab (2004) juga ada kisah soal lafal pribumi. Jalan Tanah Abang IV dulu disebut Gang Brengkok. Ini adalah lafal masyarakat setempat untuk menyebut Laan de Briejnkops (Jalan de Briejnkops).