Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Politisi Demokrat Keluhkan Revitalisasi Trotoar Cikini, Ini Kata Pemprov DKI

Kompas.com - 24/07/2019, 10:12 WIB
Cynthia Lova,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com- Belakangan ini pekerjaan revitalisasi trotoar Cikini, Jakarta Pusat dikeluhkan warga lantaran menyebabkan kemacetan.

Salah satunya yang mengeluhkan hal itu, yakni Kadiv Advokasi dan Hukum DPP Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean.

Keluhan itu mula-mula disampaikan Ferdinand lewat akun Twitter @FerdinandHaean2. Dia menyertakan foto kemacetan di Cikini. 

"Jakarta itu jalanannya macet, ruas jalan tak lg ideal dgn jumlah kendaraan. Tp koq bs Pemda DKI merampas badan jalan untuk meperlebar trotoar hingga 3 mtr lebih. Cikini yg slm ini padat, makin padat. Trotoar itu cukup 1,5 mtr utk pejakan kaki. @DKIJakarta," tulis Ferdinand pada Jumat (19/7/2019).

Menanggapi hal itu, Kepala Seksi Perencanaan Prasarana Jalan dan Utilitas Dinas Bina Marga DKI Jakarta Riri Asnita mengatakan, setiap proyek pelebaran pasti menyebabkan macet.

"Solusinya, apabila tidak mau macet ya jangan gunakan angkutan pribadi . Fasilitasnya kan kita benahi supaya pejalan kaki nyaman," kata Riri di kantornya, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (24/7/2019).

Baca juga: Melihat Proses Revitalisasi Trotoar Cikini-Kramat yang Dianggarkan Rp 75 M

Riri mengataman, revitalisasi trotoar itu dilakukannya dengan konsep complete street.

Sehingga, pembagian ruang jalan sudah sesuai dengan fungsinya masing-masing.

"Dalam artian dua lajur di sana (kawasan Cikini) memiliki ruang sisa bisa kita manfaatkan lebih baik lagi dengan melakukan pelebaran trotoar," kata Riri.

Ia mengatakan, pihaknya membangun trotoar sudah sesuai dengan ideal lebar trotoar, yakni mencapai 4 meter ke kiri dan kanan sesuai dengan lebar jalan keseluruhannya.

"Nah sisanya jadi 1,5 meter untuk pejalan kaki, 1,5 meter untuk disabilitas, 1,5 meter untuk street furniture , 0,5 sampai dengan 1 meter untuk buffer atau amenities. Sehingga pejalan kaki benar-benar nyaman," ucap Riri

Riri mengakui, kawasan Cikini merupakan destinasi wisata, budaya, dan sejarah masyarakat.

Baca juga: Revitalisasi Trotoar Cikini-Kramat Ditargetkan Rampung Desember 2019

Oleh karena itu, ia pun meningkatkan infrastruktur di kawasan tersebut untuk mempermudah masyarakat yang berjalan kaki.

Sebab menurutnya, saat ini memang pola pergerakan masyarakat lambat laun akan beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi publik.

"Ditambah transportasi publik sudah oke dipenuhi, feedernya banyak, minibus, transjakarta. Mau tidak mau kita tingkatin infrastruktur yang mendukung transportasi publik ini," kata Riri.

Ia mengatakan, revitalisasi yang ditargetkan Desember 2019 mendatang ini pun nantinya berorientasi aksesibilitas bagi disabilitas.

"Jadi trotoar ini ramah digunakan bagi anak kecil, orang berkebutuhan khusus, hingga lansia," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

Megapolitan
Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Megapolitan
Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Megapolitan
Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Megapolitan
Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Megapolitan
Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Megapolitan
Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Megapolitan
Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Megapolitan
DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com