"Tapi kalau mau diangkat itu dia harus bedah langit-langit. Tulang pipinya dibuka, dia harus pasang plat," kata Yani.
Baca juga: Dibawa ke Wahana Bermain, Anak-anak Penyintas Kanker akan Ingat Selamanya...
Restu mungkin lupa bahwa ia menderita penyakit kronis. Setelah bersalin baju, ia menggamit tangan Vino lalu mengajaknya main ke wahana taman petualangan dinosaurus di Taman Legenda.
"Habis dari dinosaurus mau ke taman kelinci," ucap Restu semangat namun malu-malu.
Aldi (12) punya cerita berbeda. Namun, tak seperti Vino atau Restu, Aldi tak bercerita dengan bertutur. Ia mengidap cerebral palsy, penyakit kronis sejenis lumpuh otak yang mengakibatkan gangguan pada saraf motoriknya, termasuk menyembunyikan kemampuan bicara.
Ke mana-mana, Aldi perlu diboyong menggunakan kursi roda. Lehernya dikalungi penyangga, sebab ia tak sanggup mengendalikan gerak kepalanya.
"Enggak boleh nunjuk pakai kaki! Pakai tangan," seru ibunda Aldi, Nina kepada putranya yang diminta menunjuk wahana favoritnya.
Karena tangannya terkekuk kaku begitu rupa, Aldi menunjuk dengan kaki kirinya yang juga disangga sepatu khusus.
"Kalau mau lihat dia nunjuk yang mana, lihat arah matanya, sikutnya," kata sang ibu.
Arah yang ditunjuk Aldi saat ditanya adalah roller coaster. Saat menunggangi wahana satu itu beberapa menit silam, Aldi girang bukan kepalang. Raut gembira tergambar jelas di wajahnya.
Malah, saat seorang relawan rumah singgah, Indra memangkunya di roller coaster yang melaju cepat, Aldi mengangkat tangannya yang tertekuk tinggi-tinggi. Dia membiarkan wajahnya disapu angin sekeras-kerasnya.
"Subhanallah, ibu mah takut, kenceng banget, si Aldi malah senang banget," kata ibunya.
"Saya sampai pegangin kencang, merah nih tangan," kata Indra.
Anak-anak penyintas ini memperoleh kesempatan bermain di wahana Taman Legenda Keong Emas TMII atas prakarsa Kelompok "Generasi Millenial" bersama Komunitas Peduli Kasih.
Dalam kesempatan ini, mereka bekerja sama dengan tiga rumah singgah yang menangani penyintas penyakit kronis dan kanker, yakni Pejuang Hati, Sedekah Rombongan, dan rumah singgah RS Cipto Mangunkusumo.
"Kami pengin anak-anak ini keluar dari rumah singgah. Saat kami survei, mereka pengin keluar, merasakan dunia, bermain dengan orang lain. Mereka bisa dibilang sakit, cuma mereka pengin dianggap orang normal. Melihat itu kenapa enggak kita wujudkan," ucap Andhika Galuh Basworo, Ketua Kelompok "Generasi Milenial" yang bertindak sebagai ketua panitia acara kali ini, kepada Kompas.com, Sabtu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.