TANGERANG, KOMPAS.com - Kecelakaan beruntun yang melibatkan 21 kendaraan di Tol Purbaleunyi, kilometer 91, atau di ruas Cipularang, Jawa Barat, Senin (2/9/2019) lalu mengakibatkan delapan orang tewas dan puluhan orang lainnya luka-luka.
Salah satu korban tewas adalah Iwan (34), warga Kampung Tanggulin, RT/RW 01/03, Kecamatan Sepatan Timur, Tanggerang, Banten. Iwan merupakan sopir mobil boks bermuatan plastik.
Istri Iwan, Ratna (36) menceritakan, saat itu Iwan dalam perjalan pulang dari Bandung. Iwan mengantar gelas plastik ke Bandung, Jawa Barat, sehari sebelumnya atau pada Minggu malam.
Baca juga: Polisi Kantongi Calon Tersangka Kecelakaan Maut di Tol Cipularang
Ratna mendengar kabar tentang kematian suaminya Senin sore dari seseorang tetangga. Si tetangga menginformasikan, nama Iwan ada dalam dalam daftar korban kecelakaan tersebut yang disiarkan televisi.
Ratna kemudian memastikan kabar tersebut melalui televisi. Ia juga meminta tetangga lain memastikan kabar tersebut dengan memantau berita di media online.
"Saya kebingungan. Saya kabar bapak (mertua) yang saat itu juga sudah menunggu kabar. Bapak langsung komunikasi dengan bos suami buat memastikan alamat kejadian. Si bos suami langsung ke lokasi," kata Ratna di kediamannya kemarin.
Pada Senin malam, orangtua Iwan, yaitu Nisin (50), berangkat RS MH Thamrin di Purwakarta untuk memastikan kondisi anaknya.
"Bapak yang langsung ke rumah sakit. Akhirnya, Selasa subuh jenazah suami baru sampai di rumah. Setelah dimandikan langsung dikubur di TPU terdekat," ujar Ratna.
Ratna bercerita, sebelum meninggalkan rumah pada Minggu malam itu, Iwan sempat mendatangi Muhammad Ibrahim (13), anak laki-laki semata wayang mereka. Iwan memberi pesan kepada Ibrahim yang masih didik di bangku SMP kelas 3 untuk menjaga Ratna.
"Sama dia (Ibrahim) itu bilang, jaga ibu baik-baik," kenang Ratna.
Menurut Ratna, Iwan seperti orang kebingungan saat itu. Iwan memeluk Ratna sampai beberapa kali sebelum pergi.
"Nggak biasanya dia suka meluk saya. Ini beberapa kali dia suka meluk sebelum jalan kerja. Terus juga mondar-mandir seperti orang bingung di depan rumah," ujarnya.
Saat itu, Ratna kaget ketika Iwan meminta dia untuk memotong ayam yang diberikan Nisin, ayahnya, sehari sebelumnya. Iwan bilang, dia ingin bakar ayam dan dinikmati bersama-tetangga.
"Nah yang paling aneh itu saat malam Minggu itu minta potongin ayam, kata dia buat bakar. Jam 10 malam saya suruh potong, saya gak mau," kata Ratna.
Penolakan Ratna untuk memotong ayam membuat Iwan berubah pikiran. Pada Minggu pagi, Iwan menjual ayam itu dan uangnya untuk menambahkan dana beli sepatu bola buat anaknya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.