Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Data Kontras: 87 Mahasiswa dan Pelajar Jadi Korban dalam Demo di Sekitar DPR

Kompas.com - 27/09/2019, 16:34 WIB
Cynthia Lova,
Jessi Carina

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) mencatat ada 87 orang yang jadi korban kekerasan saat aksi demo mahasiswa dan pelajar di sekitar Gedung DPR.

Tepatnya, 3 korban di Jakarta Convention Centre (JCC), 7 korban di Palmerah, 8 orang di Senayan, 2 orang di Semanggi, 3 korban di Slipi, 7 orang di kawasan TVRI, dan 57 korban di Gedung DPR.

"Korbannya yang alami kekerasan rata-rata mahasiswa," ujar peneliti KontraS, Rivanlee Anandar saat dikonfirmasi, Jumat (27/9/2019).

Ia mengatakan, 87 orang ini rata-rata terkena gas air mata, tembakan peluru karet, dan pelemparan batu.

Rivanlee mengatakan, banyak korban yang mengalami cedera pada bagian kepala dan perut.

KontraS pun sempat mengunjungi Rumah Sakit Jakarta, RSPP, RS Pelni, dan RS Mintohardjo.

Baca juga: Kontras: Penangkapan Dandhy dan Ananda Mengingatkan pada Masa Lalu

"Kami temukan di RS Jakarta ada 16 korban, 14 orang rawat jalan dan dua orang orang rawat inap atas nama (A dan IB)," kata Rivanlee.

Rivanlee menyatakan, korban A mengalami pengeroyokan saat mengambil motor di Jakarta Convention Center yang mengakibatkan tubuhnya luka-luka.

Sementara, IB ditembak peluru karet sehingga mengakibatkan luka dalam yang cukup serius dan harus segera dioperasi untuk pengambilan peluru.

Lalu, ada juga FM yang kepalanya retak, pendarahan otak, dan patah tulang bahu. Karena kondisi tersebut, ia sempat kritis dan harus diambil tindakan operasi.

"Ada juga sebenernya korban yang dirawat di RS Mintohardhjo, pihak rumah sakit menolak untuk memberikan keterangan mengenai jumlah korban dan kondisi korban," ucapnya.

Selain itu, kata dia, ada sekitar 30 orang yang ditahan di Polda Metro Jaya dan tidak bisa dijelaskan kondisinya.

Sebab pendamping hukum dibatasi untuk informasi terkait 30 orang itu.

Baca juga: KontraS Terima 148 Aduan Kekerasan Aksi Demo 23-24 September 2019

Rivanlee menyatakaan, KontraS mendesak Kapolri untuk segera melakukan audit dan evaluasi secara menyeluruh terkait sejauh mana operasi dan penindakan terhadap terduga pelaku kasus kriminal tidak yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.

"Kapolri juga harus memastikan bahwa setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh institusi Polri maupun tindakan anggotanya di lapangan tidak bertentangan dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku," jelasnya.

Kapolri juga diminta memastikan akses informasi dan akses untuk mendapat keadilan terhadap korban atau pendamping korban dilakukan transparan.

"Kami juga meminta kepada Lembaga Pengawas Eksternal seperti Kompolnas, Komnas HAM dan Ombudsman RI agar melakukan pemantauan terhadap penanganan aksi massa oleh kepolisian yang mengakibatkan korban luka-luka agar berjalan secara transparan dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com