Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kereta KRL Tujuan Serpong Dilempari Batu, Satu Penumpang Terluka

Kompas.com - 30/09/2019, 19:46 WIB
Muhammad Isa Bustomi,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Satu penumpang kereta rel listrik (KRL) tujuan akhir Serpong mengalami luka bagian tubuhnya.

Hal itu terjadi setelah pelintas KRL antara Stasiun Kebayoran–Stasiun Pondok Ranji dilempari batu oleh sekelompok orang tak dikenal pada Senin (30/9/2019) sore.

"Pelemparan itu juga membuat pengguna terluka. Ada satu orang yang mengalami luka," ujar Vice President Corporate Communications PT KCI, Anne Purba dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com.

Saat ini penumpang tersebut sudah mendapatkan penanganan terhadap luka yang dialaminya.

Baca juga: Dilempari Batu, Kaca Jendela KRL Tujuan Serpong Pecah

"Pengguna (KRL) yang terluka telah mendapat pertolongan pertama. Sudah ditangani petugas paramedis di Pos Kesehatan Stasiun Sudirman," katanya.

Peristiwa pelemparan terjadi sekitar pukul 16:13 WIB. Peristiwa tersebut mengakibatkan sebagian kaca bagian kanan dan kiri KRL jurusan akhir Serpong, pecah.

Anne menduga, pelemparan batu terhadap KRL ini dilakukan secara sengaja oleh kelompok-kelompok yang tak bertanggung jawab.

"Kaca yang pecah di kedua sisi kanan dan kiri mengindikasikan pelemparan ini sengaja dilakukan oleh sekelompok orang tersebut terhadap KRL yang melintas," kata Anne.

Baca juga: Imbas Demo Rusuh, KRL Tanah Abang-Rangkas Bitung Tidak Bisa Melintas Stasiun Palmerah

Menurut Anne, tindakan tersebut sangat berbahaya untuk penumpang di dalam. Bahkan perlakuan tersebut mengancam keselamatan para pengguna dan petugas yang berada di dalam KRL.

Hal tersebut sudah dijelaskan dalam Undang-Undang 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian. Undang-Undang tersebut dengan tegas mengatur larangan bagi setiap orang untuk berada di ruang manfaat jalur kereta api dan melakukan perbuatan yang mengakibatkan rusaknya sarana dan prasarana perkeretaapian.

"Ini perlu dipahami bersama, termasuk oleh mereka yang beraktifitas di sekitar jalur rel kereta api," tuturnya.

Anne mengimbau, para penumpang yang menaiki KRL tetap menjaga keselamatan.

"Kita juga mengajak semua pihak untuk tetap menjaga keselamatan dan ketertiban bersama," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Megapolitan
Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Megapolitan
Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com