Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Polisi soal Cucuran Darah pada Jasad Maulana, Korban Tewas Kerusuhan di DPR

Kompas.com - 03/10/2019, 21:51 WIB
Sabrina Asril

Editor

Sumber Antara

JAKARTA, KOMPAS.com - Tim Forensik Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, mengaku tidak menemukan bercak darah sedikit pun selama menangani jasad Maulana Suryadi (23) yang diduga tewas dalam kericuhan demonstrasi di DPR RI, Rabu (25/9).

"Saat saya terima di kamar mayat, tanda kekerasan aja tidak ada. Badannya bersih, kepala dan badan bersih. Tidak ada jejak kekerasan seperti darah," kata Kepala Instalasi Forensik Rumah Sakit Polri Kramat Jati Kombes Edi Purnomo, melalui sambungan telepon di Jakarta, Kamis (3/10/2019).

Pernyataan tersebut menjawab beredarnya kabar bahwa Maulana menjadi korban kekerasan peristiwa bentrokan fisik demonstran dengan aparat di kawasan Senayan, Jakarta Pusat.

Bahkan dalam unggahan gambar di sejumlah media sosial, jasad Maulana yang tengah dikubur di salah satu TPU di Jakarta, mengeluarkan rembesan darah pada bagian tempurung kepala yang dibungkus kain kafan.

Baca juga: Satu Demonstran Tewas Saat Rusuh di Gedung DPR, Polisi: Tak Ada Kekerasan

Edi menepis beredarnya kabar bahwa Maulana tewas akibat tindak kekerasan saat kericuhan berlangsung.

Edi beranggapan rembesan darah itu sebagai gejala wajar orang yang meninggal dunia.

"Viral video ada darah keluar, kalau orang meninggal memang seperti itu, keluar darah karena pecahnya pembuluh darah, karena faktor pembekuan. Makanya, jenazah yang dikafani, ditutup lubang-lubangnya dengan kapas," katanya.

Dia juga menyebutkan bahwa penyebab kematian Maulana karena penyakit sesak napas yang dideritanya.

"Dia (Maulana) meninggal karena sesak nafas. Keluarganya bilang, dia punya riwayat sesak nafas," kata Edi.

Baca juga: Jelang Pelantikan Presiden 20 Oktober, UIN Jakarta Akan Kembali Demo

Pihak keluarga, kata Edi, juga memberikan kesaksian bahwa riwayat penyakit sesak napas yang diderita Maulana, juga dialami oleh sang ayah yang lebih dulu meninggal dunia.

"Kakaknya juga menderita sesak nafas, bapaknya meninggal juga karena sesak nafas,"ucap dia.

Namun, saat tim medis menanyakan apakah sesak nafas itu dipicu TBC atau asma, kata Edi, pihak keluarga tidak memberi jawaban.

Laporan yang diterima kepolisian, Maulana dikabarkan tidak berniat ikut dalam aksi kericuhan.

Baca juga: Polisi Tangkap 1.365 Demonstran Saat Kericuhan 30 September, 179 Orang Ditahan

"Kalau menurut laporan polisi, Maulana ada di lokasi kericuhan karena baru saja pulang kerja. Bisa saja dia panik, lari-lari hingga sesaknya kambuh," ungkap Edi.

Sebelumnya, Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian mengatakan seorang pedemo tewas saat demonstrasi yang berujung kerusuhan di sekitar Gedung DPR pada pada Rabu (25/9/2019).

Tito menegaskan pedemo yang tewas itu bukan dari kalangan pelajar dan mahasiswa namun kelompok perusuh.

Kapolri juga membantah penyebab kematian korban bukan karena tindakan represif dari aparat yang menangani aksi massa rusuh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Megapolitan
Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Megapolitan
Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Megapolitan
Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Megapolitan
Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Megapolitan
Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Megapolitan
Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Megapolitan
Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Megapolitan
Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Megapolitan
Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Megapolitan
Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Megapolitan
Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Megapolitan
Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com