Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Butuh Kebijakan Baru agar Sugianti, Guru Honorer yang Lulus PNS 2014 Bisa Diangkat

Kompas.com - 25/10/2019, 20:44 WIB
Jimmy Ramadhan Azhari,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

Setelah melewati serangkaian seleksi, Sugianti dinyatakan lulus pada 9 Februari 2014. Pengumuman kelulusan itu diterbitkan oleh Kementerian PAN-RB, BKN, dan Badan Kepegawaian Daerah (BKD) DKI Jakarta.

Seluruh tanda kelulusan itu dicetak Sugianti ke atas kertas sebagai bukti bahwa ia benar-benar dinyatakan lolos sebagai PNS di DKI Jakarta.

Kementerian PAN-RB kala itu memberi waktu kepada setiap peserta yang lolos untuk menunggu proses administrasi yang dilakukan Dinas Pendidikan Provinsi ke BKD mulai Mei 2014.

"Karena waktu itu sempat ada pergantian gubernur, waktu itu Bapak Jokowi mencalonkan diri sebagai Capres, jadi untuk DKI itu agak terlambat jadi bulan Mei 2015 sampai 2016," ujar Sugianti.

Setelah pemberkasan berlangsung, tiba-tiba nama Sugianti menghilang dari daftar tanpa ada alasan. Sugianti lantas berinisiatif mempertanyakan hal tersebut ke Dinas Pendidikan DKI Jakarta.

Kala itu, Dinas Pendidikan memberitahukan secara lisan bahwa Sugianti telah dilaporkan masyarakat bahwa selama ini ia telah berpindah-pindah tugas sebagai guru honorer dan berkasnya tidak bisa diteruskan ke BKD.

Sugianti lantas melayangkan somasi ke Dinas Pendidikan pada tahun 2016 silam. Somasi itu dibalas Dinas Pendidikan melalui sebuah surat di mana ada kejanggalan di dalam isinya.

Kejanggalan itu berada pada poin kedua surat balasan dari Dinas Pendidikan yang isinya:

"Saudara Sugianti menjadi tenaga honorer sejak bulan Juni 2003 di SMAN 1 Lahat sebagai guru bantu, periode 2004 s.d. Juli 2006, menjadi tenaga honorer pada SDN Gedangan II Kutorejo Mojokerto, Jawa Timur, periode 17 Juli 2007 s.d Juli 2010 menjadi tenaga honorer di SDN 1 Papanggo Tanjung Priok dan periode 15 Juli 2011 s.d saat ini menjadi tenaga honorer a SMPN 30 Jakarta," demikian dikutip dari surat yang ditunjukkan Sugianti.

Hal itu membuat Sugianti terheran. Tahun 2001 hingga 2005, Sugianti memang menjadi guru honorer di Lahat, Sumatera Selatan.

Namun setelah tahun 2005, ia mengabdikan diri di SMPN 84 Koja sampai dengan hari ini. Ia membuktikannya dengan surat yang dilampirkan kepala sekolah kepada Suku Dinas Pendidikan tentang laporan guru yang mengajar di SMP tersebut.

"Karena saya menganggap ini Mal Administrasi, akhirnya saya di bulan Desember 2016 itu mendaftarkan gugatan di PTUN Jakarta dengan tujuan bahwa proses dari kelulusan PNS saya itu dapat di lanjutkan," tutur Sugianti.

Dalam gugatan di PTUN itu, Sugianti menjadikan Dinas Pendidikan DKI Jakarta sebagai tergugat. Gugatan itu dimenangkan oleh Sugianti di tahun 2017.

Dinas Pendidikan mengajukan banding hingga kasasi, akan tetapi instansi pemerintah itu terus dinyatakan kalah hingga keluar putusan di bulan Maret 2018 yang memerintahkan mereka melanjutkan proses pengangkatan PNS Sugianti.

Menang dalam gugatan tentu menjadi angin segar bagi Sugianti. Ia beranggapan bahwa apa yang selama ini diperjuangkan mulai menemui titik terang.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Pecat Ketua RW di Kalideres, Lurah Sebut karena Suka Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin

Pecat Ketua RW di Kalideres, Lurah Sebut karena Suka Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin

Megapolitan
Sopir JakLingko Ugal-ugalan, Penumpang Bisa Melapor ke 'Call Center' dan Medsos

Sopir JakLingko Ugal-ugalan, Penumpang Bisa Melapor ke "Call Center" dan Medsos

Megapolitan
Penjelasan Polisi Soal Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ Berubah Jadi Pelat Putih

Penjelasan Polisi Soal Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ Berubah Jadi Pelat Putih

Megapolitan
Cerita Warga soal Tanah di Perumahan New Anggrek 2 GDC Depok yang Longsor Tiap Hujan

Cerita Warga soal Tanah di Perumahan New Anggrek 2 GDC Depok yang Longsor Tiap Hujan

Megapolitan
Pemecatan Ketua RW di Kalideres Bukan Soal Penggelapan Dana, Lurah: Dia Melanggar Etika

Pemecatan Ketua RW di Kalideres Bukan Soal Penggelapan Dana, Lurah: Dia Melanggar Etika

Megapolitan
Kecelakaan yang Libatkan Mobil Dinas Polda Jabar di Tol MBZ Diselesaikan secara Kekeluargaan

Kecelakaan yang Libatkan Mobil Dinas Polda Jabar di Tol MBZ Diselesaikan secara Kekeluargaan

Megapolitan
Kronologi 4 Warga Keroyok Mahasiswa yang Beribadah di Kontrakan Tangsel

Kronologi 4 Warga Keroyok Mahasiswa yang Beribadah di Kontrakan Tangsel

Megapolitan
Viral Video Pelecehan Payudara Siswi SMP di Bogor, Pelaku Diduga ODGJ

Viral Video Pelecehan Payudara Siswi SMP di Bogor, Pelaku Diduga ODGJ

Megapolitan
Kronologi Kecelakaan Mobil Yaris di Tol Cijago Depok yang Tewaskan Petugas Kebersihan

Kronologi Kecelakaan Mobil Yaris di Tol Cijago Depok yang Tewaskan Petugas Kebersihan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com