“Kalau ke Taman Ayodya, saya biasa mengajak istri dan anak-anak. Kami duduk-duduk saja, ngobrol-ngobrol sambil ngasih makan ikan, atau jajan di seputaran taman,” kata ayah dua anak ini.
“Kalau ke Langsat, saya biasa lari sama istri karena di situ ada jogging track-nya,” tambah dia.
Ia menikmati suasana Taman Kota yang bersih dan hijau, tapi tidak mempermasalahkan jika seandainya Taman Kota menjadi ajang kegiatan komunitas atau setidaknya dilengkapi fasilitasnya.
Taman Langsat yang begitu luas menurutnya akan asyik jika dilengkapi dengan skatepark, misalnya.
“Jadi anak-anak enggak main gadget mulu, ada sarana buat aktivitas badan,” ujarnya terkekeh.
Patrick hanya berharap agar petugas kebersihan yang selalu sigap membersihkan dan merawat taman juga diikuti dengan perubahan perilaku para pengunjung atau pedagang PKL.
Ia menyarankan agar petugas tidak ragu menegur pengunjung dan pedagang untuk tidak buang sampah sembarangan. Pedagang didorong untuk membawa kembali sampah buangan dari lapaknya masing-masing.
Di Taman Langsat, misalnya, ketika melintas di atas sungai kecil di atas taman, selalu mengeluarkan aroma tak sedap. Sampah masih sering terlihat di sungai tersebut, meskipun petugas membersihkan sungai secara rutin.
Mengarahkan petugas untuk menertibkan pengunjung dirasa Patrick harus terus dilakukan sampai masyarakat terbiasa untuk membuang sampah pada tempatnya.
Area PKL juga harus dibatasi supaya tidak berantakan dan memenuhi jalur pedestrian, bagaimana pun trotoar dibuat untuk kepentingan pejalan kaki.
Taman Kota memang harus selalu dirawat mengingat fungsinya sebagai lahan resapan air sekaligus mengendalikan pencemaran udara. Itulah tantangannya ke depan.
Untuk menjawab respons publik terhadap tingginya pencemaran udara di langit Jakarta, Pemprov DKI memandang perlu untuk mempercepat penyelesaian target pembangunan RTH.
Oleh karena itu, pada 1 Agustus 2019, Anies menandatangani Instruksi Gubernur (Ingub) Nomor 66 Tahun 2019 tentang Pengendalian Kualitas Udara.
Dalam Ingub tersebut, Anies menggalakkan penanaman tanaman berdaya serap polutan tinggi mulai pada tahun 2019, hingga menekankan para pengelola gedung untuk untuk menerapkan prinsip green building.
Beberapa tanaman yang ditekankan untuk massif ditanam tersebut misalnya adalah Bougenville, Tabebuya, Sansiviera (lidah mertua), dan Sirih Kuning.