JAKARTA, KOMPAS.COM - Langit sedang terik-teriknya saat sejumlah kendaraan berjalan di Pintu Selatan Stasiun Jakarta Kota yang tiba-tiba berhenti pada siang itu.
“Macet lagi, macet lagi,” keluh salah satu pengendara motor yang terjebak macet di depan Pintu Selatan Stasiun Jakarta Kota.
Di seberang Gedung BNI yang terletak di sebelah akses pintu keluar Stasiun Jakarta Kota terlihat antrean manusia lalu lalang melewati jalur pedestrian.
Kepadatan itu menyatu dengan pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan di sepanjang trotoar ke arah wisata Kota Tua. Pemandangan kian semrawut.
Mayoritas PKL menjajakan aneka makanan dan minuman kerap berjualan di ruas jalan. Para pedagang tersebut tak sadar bahwa tindakannya membuat jalanan macet.
Baca juga: PKL Padati Jalur Pedestrian Kota Tua
Aktivitas jual-beli antara pedagang dan wisatawan kerap mengganggu akses jalan para pejalan kaki lainnya. Tak jarang para pejalan kaki harus berdesak-desakkan saat berjalan di jalur pedestrian tersebut.
Barang dagangan yang memenuhi sisi trotoar kerap menganggu sehingga membuat sulit pejalan kaki jalan yang sedang melintas.
Leha (40), salah satu pedagang yang berjualan di jalur pedestrian di seberang Gedung BNI mengaku terpaksa berjualan di Kota Tua karena tuntutan hidup. Penjual gorengan dan mie itu sadar kalau apa yang dilakukannya menyalahi aturan.
“Kalau ga dagang, mau makan apa?” ujar Leha.
Leha sadar bahwa tindakannya salah, namun tak ada pilihan lain karena kerasnya hidup membuat ia terpaksa melanggar aturan. Tidak seperti PKL lainnya, Leha tetap nekat berjualan ketika ada penertiban oleh Satpol PP.
"Di sini aja. Saya cari makan di sini. Di sini kan tempat wisata, jadi wajar banyak PKL," tambahnya.
Leha mulai berjualan di kawasan Kota Tua selama dua tahun. Perempuan yang berasal dari Pasar Baru ini mulai menjajakan dagangannya sekitar pukul 11 siang.
Baca juga: Serunya SunMoRi Jelajahi Kota Tua Jakarta Naik Motor Listrik
Dalam sehari, Leha mendapat omzet yang tidak menentu, tergantung banyaknya wisatawan.
Memang tindakan para PKL yang berjualan di trotoar sudah menyalahi aturan. Kerasnya hidup di Jakarta membuat mereka terpaksa melanggar aturan demi keberlangsungan hidup.
Seharusnya pemerintah lebih memikirkan nasib para PKL yang mengais rezeki di Kota Tua. Menyingkirkan mereka bukan solusi terbaik, namun membiarkan mereka juga hanya akan menambah semrawut kawasan Kota Tua.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.