JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Utama PT. Jakarta Propertindo (Jakpro) Dwi Wahyu Daryoto merespons polemik rencana pembangunan hotel bintang lima di Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta Pusat.
Dwi menyebutkan, hotel bintang lima yang belakangan dipermasalahkan oleh para seniman dan budayawan TIM aslinya bernama Wisma TIM yang akan dibangun Jakpro.
Nama Wisma TIM tersebut sesuai desain dari arsitek perancang revitalisasi TIM, Andra Matin.
Hotel itu tak berdiri sebagai satu gedung sendiri melainkan digabung bersama galeri seni dan Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB. Jassin.
"Galeri seni ada di lantai satu dan dua, kemudian Pusat Dokumentasi Sastra HB. Jassin ada di lantai tiga dan empat. Hotelnya ada di atas itu semua. Jadi enggak makan ruangan. Padahal ini semua sinergi," kata Dwi dalam konferensi pers di kantor Jakpro, Thamrin City, Jakarta Pusat, Senin (25/11/2019).
Baca juga: Seniman: Adanya Hotel Merusak TIM Secara Fisik dan Fungsi
Dwi membantah tudingan bahwa desain awal revitalisasi TIM tidak ada pembangunan hotel dan Jakpro telah mengubah desainnya.
Desain tersebut ditambahkan mengikuti perkembangan waktu setelah melalui diskusi dengan sang arsitek.
"Enggak, Jakpro enggak mengubah. Mungkin desain awalnya seperti itu, tapi perkembangan zaman dan waktu kita diskusi, bagaimana nanti kalau sudah modern kaya begini. Sehingga beliau (Andra Matin) bisa menerima adanya desain ide-ide melakukan optimalisasi, bukan komersialisasi," jelasnya.
Baca juga: Seniman Mengaku Belum Pernah Diajak Diskusi Terkait Pembangunan Hotel di TIM
Terkait revitalisasi Pusat Dokumentasi Sastra HB. Jassin, menurut Dwi, karena saat ini keadaannya sangat berantakan dan mempersulit publik jika ingin mencari-cari dokumen sastra di dalamnya.
"Ini yang akan kita revitalisasi. Desain Andre Martin. Bayangkan kalau ada orang yang mau melakukan pameran seni atau riset di PDS HB. Jassin, mereka akan menginap di sini (Wisma TIM). Rencana ada 200 kamar. Dan setiap kamar ada lukisan-lukisan seniman TIM," tutur Dwi.
Sebagai informasi, revitalisasi TIM memakan biaya hingga Rp 1,8 Triliun.
Revitalisasi tersebut akan menggunakan penyertaan modal daerah (PMD) Jakpro yang telah masuk dalam APBD DKI Jakarta.
Pada APBD 2019 juga telah disetujui sebesar Rp 200 miliar. Uang Rp 200 miliar itu akan digunakan untuk merevitalisasi bagian depan hingga tengah TIM.
Dalam pembangunan tahap pertama ini, Jakpro berencana membangun fasilitas baru seperti hotel, pusat kuliner, dan galeri seni.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.