Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Sulaiman, Bermodalkan Peluit dan Bendera Jaga Pelintasan di Stasiun Ancol

Kompas.com - 05/12/2019, 10:49 WIB
Audia Natasha Putri,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

KOMPAS.com — Rabu (4/12/2019) pukul 11.30, pria bertubuh kurus, bertopi hitam, dan berseragam oranye terlihat sedang menunggu di pelintasan kereta tanpa rel di dekat Stasiun Ancol.

Pria itu rela berpanas-panasan di tengah teriknya matahari untuk menutup pelintasan kereta tanpa palang itu dengan hanya menggunakan bendera rambu dan peluit untuk mengisyaratkan kepada pengguna kendaraan supaya berhenti.

Peluit berbunyi saat kereta akan melintas melewati jalur rel itu. Berbeda dengan pelintasan di stasiun lain, Stasiun Ancol memiliki pelintasan kereta tanpa palang, tanpa sirine, dan tanpa rambu.

Pria itu adalah Sulaiman, petugas penjaga jalan lintasan (PJL) di pos PJL 11 D yang mengawasi pelintasan kereta tanpa palang di Stasiun Ancol. Meskipun lelah, hal itu tak menyurutkan Sulaiman untuk mengawasi pelintasan kereta.

Baca juga: Ngeri, Perlintasan Kereta Tanpa Palang di Stasiun Ancol

Sulaiman bekerja sebagai petugas PJL sejak 2016.

"Saya baru bekerja sebagai PJL selama 3 tahunan. Saya menjaga pelintasan kereta secara manual soalnya kan enggak ada palang, rambu, sama sirine," ujarnya.

Walau terbilang cukup sebentar, Sulaiman sangat bersyukur dengan pekerjaannya sebagai petugas PJL.

"Saya bersyukur bisa bertugas sebagai PJL. Meskipun berat, saya tetap jalani dengan ikhlas demi keluarga," katanya.

Sebelum menjadi petugas PJL, Sulaiman bekerja sebagai buruh pabrik. Pria asal Banten ini lalu banting setir menjadi petugas PJL karena untuk mendapat pekerjaan lebih layak.

Baca juga: Antisipasi Kecelakaan, Petugas Minta Pasang Palang Pintu dan Rambu di Perlintasan Kereta Stasiun Ancol

 

"Alhamdulillah upah yang saya dapat cukup untuk keluarga. Lumayanlah dapat upah UMR," katanya.

Dengan sabar, Sulaiman mengatur lalu lintas di pelintasan kereta tanpa palang di Stasiun Ancol.

Saat ada info dan kode dari handy talky bahwa akan ada kereta datang melintas, ia pun dengan sigap bergegas mencegat kendaraan yang hendak melintas dengan peluit dan bendera simbol saja.

Sulaiman juga selalu melihat jam untuk memantau pelintasan kereta, menerima sinyal kereta akan tiba dan berkomunikasi sesama PJL di pos PJL terdekat untuk mengetahui kedatangan kereta.

Dibantu dengan petugas PKD (petugas keamanan dalam), ia meminta setiap pengendara kendaraan berhenti dan mendahulukan kereta yang melintas.

Ketika kereta mendekat, ia menyambutnya dengan salam kepada masinis. Tak lupa setelahnya, ia kembali ke pos PJL 11 D dan mencatat nomor, waktu KA, dan pintu pelintasan dibuka kembali dalam sebuah buku laporan.

Dalam satu pos ditugaskan 4 petugas PJL yang terbagi dalam 3 shift. Shift pertama pada pukul 06.00-14.00, shift kedua pada pukul 14.00-20.00, dan shift ketiga pada pukul 20.00-06.00.

"Ada 4 orang yang jaga pelintasan. Jaganya pun ganti-gantian. Sejak jam 06.00, saya harus sudah jaga pos. Kalau tidak, nanti bahaya bisa ada kecelakaan," ujarnya.

Sebelum resmi menjadi petugas PJL, Sulaiman mendapat pelatihan dan diklat selama lima hari di Madiun.

"Sebelum resmi jadi petugas, saya ikut pelatihan dahulu di Madiun. Selain pelatihan, nanti ada tes masuk dan jika lolos, nanti mendapat sertifikat resmi dari PT KAI," ujarnya.

Selama pelatihan itu, Sulaiman mendapatkn pengetahuan dan pendidikan mengenai kereta api beserta semboyan dan rambu-rambunya.

Sulaiman berujar bahwa menjadi petugas PJL cukup berat, apalagi pelintasan kereta yang ia awasi tidak memiliki palang pintu.

"Cukup berisiko, Mbak. Kalau saya tidak berhati-hati ketika memantau dan menyebabkan kecelakaan, nanti saya bisa kena pidana juga," katanya.

Pria asal Banten ini mengungkapkan, berprofesi sebagai petugas PJL ini membutuhkan konsentrasi penuh dan harus selalu siap siaga.

"Harus siap siaga, makanya saya selalu standby 10 menit di pelintasan sebelum kereta datang biar dapat memantau kereta yang akan datang," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Megapolitan
Fakta Kasus Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang: Korban Disetubuhi lalu Dibunuh oleh Rekan Kerja

Fakta Kasus Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang: Korban Disetubuhi lalu Dibunuh oleh Rekan Kerja

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com