Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Agnes Setyowati
Akademisi

Dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Universitas Pakuan, Bogor, Jawa Barat. Meraih gelar doktor Ilmu Susastra dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Aktif sebagai tim redaksi Jurnal Wahana FISIB Universitas Pakuan, Ketua Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) Komisariat  Bogor, dan anggota Manassa (Masyarakat Pernaskahan Nusantara). Meminati penelitian di bidang representasi identitas dan kajian budaya.

Banjir, Jika Sudah Terjadi, Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Kompas.com - 03/01/2020, 12:50 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini


FENOMENA banjir terjadi karena penampung air seperti sungai, tanah, atau bendungan/waduk tidak lagi mampu menampung air yang datang karena naiknya volume air yang biasanya disebabkan oleh fenomena alam seperti hujan lebat dalam durasi waktu yang panjang.

Sebagai akibatnya, dapat terjadi ketidakseimbangan atau perbedaan debit air yang datang dari curahan hujan dan tidak tersalurkan sehingga air meluap dan terjadilah banjir.

Penyebab terjadinya banjir selain curah hujan juga karena budaya menjaga lingkungan belum melekat dalam masyarakat karena masih banyak di antara kita yang kurang peduli terhadap kondisi lingkungan.

Jadi, kita bisa mengatakan penyebab banjir bukan semata-mata alam tetapi budaya kita yang belum peduli terhadap lingkungan dan kebersihan, dengan membuang sampah sembarangan; pembangunan yang mengabaikan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL); hilangnya resapan air karena ruang terbuka hijau sudah menyusut, penebangan pohon, fungsi sungai yang dipakai tidak semestinya, dan lain-lain.

Banjir awal tahun 2020

Awal tahun 2020 kita disuguhi berbagai berita tentang banjir yang melanda kawasan Jabodetabek, Banten, dan kawasan lain di Indonesia yang cukup memprihatinkan.

Banyak warga terdampak banjir tidak bisa tinggal di rumah karena kondisi tidak memungkinkan dan harus mengungsi ke posko-posko yang disiapkan oleh pemerintah maupun masyarakat.

Sebagai contoh, posko banjir Jakarta saat ini mencatat jumlah pengungsi banjir di seluruh wilayah DKI Jakarta saja mencapai angka 31.000 orang, yang tersebar di beberapa pengungsian di lima wilayah Jakarta.

Setelah banjir terjadi, dan berada di pengungsian, kita perlu memperhatikan berbagai hal, yang utama adalah lokasi yang dijadikan tempat pengungsian harus disediakan dapur umum yang menyiapkan makanan bayi dan anak sesuai usia, dewasa, dan lansia, pos kesehatan, air bersih, alas tidur, seimut, pakaian, pembalut, toilet umum dan semua kebutuhan dasar lainnya sesuai dengan rentang usia.

Hal lain yang perlu diperhatikan saat berada di pengungsian yaitu, tetap berperilaku hidup bersih dan sehat, di antaranya dengan mencuci tangan pakai air bersih dan sabun sebelum makan, sebelum mengolah makanan, setelah BAB, setelah menceboki anak, setelah memegang lingkungan yang kotor dan aktivitas lainnya.

Tidak kalah penting, setiap individu wajib menjaga kebersihan diri dengan menggunakan air bersih, mengkonsumsi air yang sudah dimasak, buang air besar di jamban, menyiram dan menjaga kebersihan lingkungannya.

 

Korban Banjir Bandang di Kampung Somang, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak dievakuasi menggunakan perahu karet lantaran jembatan putus Kamis (2/1/2020)KOMPAS.COM/ACEP NAZMUDIN Korban Banjir Bandang di Kampung Somang, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak dievakuasi menggunakan perahu karet lantaran jembatan putus Kamis (2/1/2020)

Di tengah pengungsian diperlukan adanya pengelolaan sampah dengan benar, pengungsi harus membuang sampah pada tempatnya, dan mengumpulkan pada wadah besar, menjaga sanitasi tempat pengungsian, dan lingkungan sekitarnya.

Bagi ibu menyusui, harus tetap memberikan ASI saja pada bayi di bawah 6 bulan, dan pemberian makanan bayi dan anak sesuai usia harus dipenuhi.

Di tengah banjir melanda maupun saat berada di pengungsian setiap orang harus menjaga keamanan diri dari bahaya listrik, arus banjir, dan kecelakaan lainnya.

Masyarakat terdampak banjir juga diharapkan tidak ragu meminta bantuan kepada pihak-pihak yang bisa menolong, seperti rt/rw, lurah, camat. petugas puskesmas, rumah sakit, PLN, polisi, BNPB, dan lainya.

Masyarakat hendaknya terbiasa menyimpan nomor telepon penting seperti instansi pemerintah, rt/rw, Puskesmas, Rumah Sakit terdekat, kepolisian, dan lain-lain, sehingga mudah menghubungi pihak terkait jika membutuhkan pertolongan.

Pertolongan/evakuasi dan tempat pengungsian, diutamakan mendahulukan bayi, anak, ibu hamil, dan lansia.

Masyarakat terdampak banjir juga perlu memperhatikan instruksi pemerintah setempat dalam segala upayanya menangani bencana.

Dalam kondisi berada di pengungsian diperlukan kesadaran dari setiap individu untuk saling menghormati antarpengungsi, bekerja sama, dan bergotong-royong.

Mereka juga diharapkan bisa menjaga ketertiban bersama dengan menjaga kebersihan, menghemat air bersih, apabila sakit, segera berobat ke posko kesehatan atau puskesmas terdekat, dan saling menguatkan.

Untuk mengisi waktu-waktu di pengungsian, masyarakat pengungsi diharapkan bisa melakukan aktivitas yang berguna, misalnya bermain bersama, berdiskusi hal positif, berbagi cerita, dan lain sebagainya.

Satu hal penting lainnya yang sangat diperlukan dalam penanganan bencana, selain kondisi yang diuraikan di atas, juga bantuan terkait aspek psikologis mereka yang terdampak banjir, yang berada di pengungsian.

Di antara mereka dipastikan ada yang memerlukan bantuan dalam mengurangi stress atau trauma yang disebabkan oleh banjir.

Masyarakat yang terkena dampak bencana akan mengalami berbagai reaksi awal baik fisik, psikologis , emosional, maupun perilaku yang dapat mengganggu psikologis dan untuk mengatasinya dibutuhkan orang-orang yang ahli mengatasi persoalan ini (psikolog) selama atau segera setelah bencana banjir terjadi.

Setelah banjir mereda, ada sejumlah pekerjaan rumah menanti dalam persiapan kembali dari pengungsian.

 

Sejumlah warga mengevakuasi barang berharga di rumah mereka yang sempat terendam banjir di kawasan Pondok Gede Permai, Jati Asih, Bekasi, Jawa Barat, Kamis(2/1/2020). Banjir di kawasan tersebut, merupakan banjir terparah di wilayah Bekasi.KOMPAS.com/M ZAENUDDIN Sejumlah warga mengevakuasi barang berharga di rumah mereka yang sempat terendam banjir di kawasan Pondok Gede Permai, Jati Asih, Bekasi, Jawa Barat, Kamis(2/1/2020). Banjir di kawasan tersebut, merupakan banjir terparah di wilayah Bekasi.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat kembali ke rumah, yang pertama adalah membersihkan rumah, semua dinding, dan lantai menggunakan desinfektan sesuai dengan aturan dan membersihkannya harus menggunakan alas kaki dan sarung tangan.

Berbagai penyakit pun menjadi ancaman saat dan pascabanjir, oleh karena itu harus waspada terhadap berbagai ancaman penyakit, seperti diare, penyakit kulit, leptospirosis, demam tifoid/tipus, demam berdarah dan lain-lain.

Edukasi membudayakan perilaku 

Edukasi terhadap perilaku bersih dan sehat harus terus dilakukan agar menjadi budaya.
Budaya sebagai suatu tata cara hidup yang berlangsung secara turun temurun, dan bukan sesuatu yang dibawa individu sebagai bagian dari sifat biologisnya, dibentuk melalui proses dan tempaan dalam sistem sosial.

Budaya yang tercermin dalam karakter juga dibentuk melalui edukasi atau pendidikan, dalam berbagai jalur, mulai dari pendidikan di keluarga, di sekolah, di tempat kerja, dan dalam interaksi bermasyarakat.

Sejak di rumah anak-anak sudah dididik untuk menjaga kebersihan, peduli terhadap lingkungan, menjaga tata krama, dan disiplin, juga di sekolah semestinya dididik dengan prinsip yang sama, demikian pula di tengah masyarakat, segala bentuk aturan diberlakukan tanpa pandang bulu, sehingga semua kebiasaan tersebut menjadi budaya yang melekat.

Kepedulian terhadap lingkungan, bisa diimplementasikan dengan budaya memilah dan membuang sampah pada tempatnya, tidak menebang pohon sembarangan, mengurangi limbah plastik, tidak menciptakan polusi udara dan lain sebagainya.

Edukasi tentang budaya peduli lingkungan sebagai solusi pencegahan banjir bisa dilakukan oleh siapa saja, seperti anggota keluarga, masyarakat sekolah dari tingkat pendidikan PAUD sampai perguruan tinggi seperti kepala sekolah, guru, siswa, penjaga sekolah, dan lain-lain, juga masyakarat perguruan tinggi, seperti dosen, mahasiswa, dan petugas kebersihan, tokoh agama, kyai dalam pengajian majlis taklim, pendeta dalam kotbah, guru Sekolah Minggu, Pendeta Hindu dalam Pasaran, Lembaga Swadaya Masyarakat, Ormas, ataupun CSR.

Dalam upaya edukasi ini diperlukan sinergi antarinstansi, baik pendidikan, pemerintah maupun masyarakat dengan menyusun berbagai program yang membudayakan kebersihan dan kelestarian lingkungan, juga pengolahan sampah yang baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kebakaran Tempat Agen Gas dan Air di Depok, Satu Orang Meninggal Dunia

Kebakaran Tempat Agen Gas dan Air di Depok, Satu Orang Meninggal Dunia

Megapolitan
Banyak Warga Berbohong: 'Ngaku' Masih Tinggal di Jakarta, Padahal Sudah Pindah

Banyak Warga Berbohong: 'Ngaku' Masih Tinggal di Jakarta, Padahal Sudah Pindah

Megapolitan
Pendaftaran PPK Pilkada 2024 Dibuka untuk Umum, Mantan Petugas Saat Pilpres Tak Otomatis Diterima

Pendaftaran PPK Pilkada 2024 Dibuka untuk Umum, Mantan Petugas Saat Pilpres Tak Otomatis Diterima

Megapolitan
Asesmen Diterima, Polisi Kirim Chandrika Chika Cs ke Lido untuk Direhabilitasi

Asesmen Diterima, Polisi Kirim Chandrika Chika Cs ke Lido untuk Direhabilitasi

Megapolitan
Selain ke PDI-P, Pasangan Petahana Benyamin-Pilar Daftar ke Demokrat dan PKB untuk Pilkada Tangsel

Selain ke PDI-P, Pasangan Petahana Benyamin-Pilar Daftar ke Demokrat dan PKB untuk Pilkada Tangsel

Megapolitan
Polisi Pastikan Kondisi Jasad Wanita Dalam Koper di Cikarang Masih Utuh

Polisi Pastikan Kondisi Jasad Wanita Dalam Koper di Cikarang Masih Utuh

Megapolitan
Cara Urus NIK DKI yang Dinonaktifkan, Cukup Bawa Surat Keterangan Domisili dari RT

Cara Urus NIK DKI yang Dinonaktifkan, Cukup Bawa Surat Keterangan Domisili dari RT

Megapolitan
Heru Budi Harap 'Groundbreaking' MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Heru Budi Harap "Groundbreaking" MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Megapolitan
Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Megapolitan
Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Megapolitan
Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Megapolitan
Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Megapolitan
Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com