Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Normalisasi Berkonsep Betonisasi, Walhi: Berpotensi Memperparah Banjir

Kompas.com - 09/01/2020, 22:41 WIB
Tia Astuti,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Awal 2020 yang sekaligus menjadi awal dekade baru diwarnai banjir yang menggenangi beberapa titik di wilayah Jabodetabek.

Banjir yang melanda Jabodetabek ini telah membawa kerugian bagi masyarakat.

Kerugian yang dirasakan antara lain kerugian material dan kehilangan nyawa anggota keluarga.

Tentu tidak ada yang mengharapkan bencana alam terus melanda tempat tinggal mereka.

Pemerintah pun membuat kebijakan yang diharapkan dapat menanggulangi banjir.

Salah satunya kebijakan normalisasi dan naturalisasi yang dilakukan pemerintah Kota Jakarta.

Namun, kebijakan normalisasi yang diusung pemerintah pusat ditentang oleh Walhi.

Baca juga: Ahli: Soal Normalisasi dan Naturalisasi Kita Enggak Harus Memilih

Direktur Eksekutif Walhi Jakarta Tubagus Soleh Ahmadi mengatakan, normalisasi yang dimaksud pemerintah adalah upaya penanggulangan banjir dengan konsep betonisasi di pinggir kali atau sungai.

Sementara naturalisasi yakni menanam sejumlah pohon di sepanjang kali.

WALHI Jakarta menolak konsep normalisasi ala pemerintah dengan cara betonisasi, karena berpotensi memperparah banjir,” ujar Tubagus.

Meski begitu, kata Tubagus, bukan berarti Walhi menganggap naturalisasi lebih baik dan mendukung sepenuhnya kebijakan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan itu.

“Kalo dari sisi kebijakan, naturalisasi (isi peraturannya) kami belum setuju karena peran masyarakat masih sempit dalam kebijakan tersebut,” ujar Tubagus.

Tubagus menyebutkan hal-hal yang mereka kritisi terkait kebijakan naturalisasi yang dikeluarkan Anies.

Salah satunya pelibatan masyarakat lokal atau komunitas tapak dalam perencanaan tidak dimasukkan.

Tubagus menjelaskan bahwa sebetulnya praktik naturalisasi sudah dilakukan beberapa komunitas sebagai bentuk perlindungan sungai agar tidak dibetonisasi sejak lama.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com