Petaka banjir masih terus membayangi warga Ibu Kota pada 1996. Pasalnya, warga Jakarta harus rela diterjang banjir selama dua bulan berturut-turut.
Jika pada awal Januari 1996, banjir hanya merendam bantaran Sungai Ciliwung dan Banjir Kanal Barat, maka pada Februari 1996, banjir mendadak menerjang seluruh penjuru Jakarta.
Baca juga: Cerita Ali Sadikin Tongkrongi Pintu Air Manggarai dan Upaya Atasi Banjir Jakarta
Banjir Februari 1996 bahkan turut merendam Bandara Soekarno-Hatta, wilayah Grogol, Jatinegara, Petogokan, Petamburan, Karet Tengsin, Serdang, Sumur Batu, dan Gandaria Selatan.
Pada April 1996, Jakarta kembali terendam banjir akibat meluapnya Kali Cipinang dan Kali Pesanggrahan yang melintasi wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Selatan.
Bahkan, banjir tersebut sempat melumpuhkan arus lalu lintas di depan Plaza Cipulir di samping Kali Pesanggrahan.
Catatan Harian Kompas tanggal 3 April 1996, banjir mengakibatkan kemacetan sepanjang 3 kilometer, mulai dari Jalan M Saidi hingga muara Jalan Panjang.
Semua kendaraan dari arah Kebayoran Lama menuju Ciledug terpaksa berbalik arah.
Polisi harus menerapkan rekayasa lalu lintas untuk mengurai kemacetan.
Baca juga: Cerita Ali Sadikin Bandingkan Banjir Zaman Batavia dengan Saat Pemerintahannya
Sebagian orang yang terdampak banjir masih mempertanyakan mengapa luapan Sungai Ciliwung selalu merendam Jakarta, padahal pemerintah telah melakukan sejumlah upaya untuk mengendalikan banjir?
Catatan Harian Kompas tahun 1996, wilayah DKI Jakarta adalah wilayah dataran rendah, sementara itu di bagian selatan Jakarta terbentang dataran tinggi Bogor-Puncak-Cianjur.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan