JAKARTA, KOMPAS.com - Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto tahun 1973, Monumen Nasional dibangun sedemikian rupa untuk menjadi hutan di tengah kota DKI Jakarta.
Dengan Taman Monas, nama proyek yang dipimpin langsung Ediwan Sukiman itu ditanami ribuan pohon untuk menghijaukan area Monas.
Menurut data Litbang Kompas, pada 1973, proyek Taman Monas menanam 1.568 pohon di area Monas.
Pohon tersebut merupakan jenis-jenis pohon besar, seperti palem dan beberapa jenis pohon lainnya yang tidak disebutkan.
Baca juga: Revitalisasi Monas Molor dari Waktu Kontrak, Diperpanjang hingga Februari 2020
Ediwan menjelaskan, tidak hanya 1.568 pohon besar.
Ditanam juga pohon pengarah jalan atau pagar yang diambil dari jenis Salix Babylonica sebanyak 350 pohon dan akasia sebanyak 200 pohon.
Program pemerintah puluhan tahun silam tersebut bukan tanpa tujuan.
Ediwan menjelaskan, pohon rindang dan hijau tersebut akan menjadi tempat masyarakat merasakan rekreasi di tengah kota.
Bukan hanya rindang dan teduh, melainkan tempat rekreasi yang sehat.
Dengan adanya pohon-pohon besar, Taman Monas akan terasa sejuk ketika matahari sedang terik.
Baca juga: 205 Pohon Ditebang Demi Revitalisasi Monas, Pemprov DKI Janji RTH Tak Berkurang
Pohon besar dan rindang juga tidak mengurangi cahaya yang masuk untuk penerangan Taman Kota.
"Tempat rekreasi, tempat-tempat duduk yang nyaman, rerumputan, pohon-pohon rindang sehingga siang hari pun akan tetap sejuk," kata Ediwan.
Meskipun Monas merupakan wilayah yang dimiliki pemerintah pusat, saat itu pengembangan Taman Monas sepenuhnya dibiayai oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Termasuk ribuan pohon yang didatangkan dari luar daerah Jakarta.
Ediwan saat itu mengatakan, pohon sengaja didatangkan dari luar Jakarta karena memang Jakarta tidak memiliki stok pohon untuk ditanam di Taman Monas tersebut.
Baca juga: Ada Proyek Revitalisasi, 205 Pohon di Monas Dipindahkan