Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polemik Masker Pasar Jaya: Dari Rp 300.000 Jadi Rp 125.000, Kok Masih Mahal?

Kompas.com - 06/03/2020, 09:16 WIB
Ryana Aryadita Umasugi,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Merebaknya Virus Corona di Indonesia terutama DKI Jakarta, membuat masyarakat menjadi was-was. Hal itu membuat masker, hand sanitizer, hingga pengukur suhu tubuh diburu masyarakat.

Harga ketiga barang tersebut pun melonjak tinggi karena kebutuhan yang tinggi tetapi pasokan langka. Polemik harga masker yang tinggi pun belakangan menyeruak.

Salah satunya adalah yang dilakukan oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) DKI PD Pasar Jaya.

Pada Selasa (3/3/2020) lalu,  PD Pasar Jaya ini menambah 1.450 boks stok penjualan masker di Jakarta untuk meningkatkan kewaspadaan penularan COVID-19.

Baca juga: Cegah Corona Tak Perlu Panic Buying, Lakukan 3 Hal Sederhana Ini

"Kalau sekarang kan isunya stok masker habis. Nah, kami hari ini sedang dalam upaya untuk bisa menghadirkan itu. Kurang lebih, kita sedang mengadakan 1.450 boks masker," ucap Manajer Bidang Umum dan Humas PD Pasar Jaya Gatra Vagansa

Polemik harga Rp 300.000

Meski menyetok masker, harga yang dipatok terbilang mahal. Untuk harga satu boks masker dari PD Pasar Jaya dipatok dengan harga Rp 300.000 dengan isi 50 lembar.

Masker yang dijual bermerek Wellbest dengan harga satuannya Rp 6.500 per 1 lembar. Gatra mengakui harga normal masker tersebut sekitar Rp 30.000. Artinya, harga yang dijual  naik sepuluh kali lipat.

Baca juga: Akui Keliru soal Harga Masker Rp 300.000 Per Boks, Ini Penjelasan Dirut Pasar Jaya

"Kalau yang paling biasa yang warna hijau itu mungkin kurang lebih harganya cuma 30.000-an kalau enggak salah di (Pasar) Pramuka. Iya, betul (harganya naik). Memang harga perolehannya sendiri saat ini naik," ujarnya.

Penyediaan masker tersebut bisa dibeli di JakGrosir Induk Kramat Jati serta seluruh gerai Perumda Pasar Jaya seperti JakMart, Mini DC, dan PopMom Store.

Dikritik DPRD hingga YLKI

Harga masker yang mahal ini pun mendapat kritikan dari DPRD DKI Fraksi Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Anggota Fraksi PSI DPRD DKI Eneng Malianasari menilai tindakan tersebut justru menyengsarakan masyarakat karena seolah meraup keuntungan.

"Jakarta sedang darurat, ini bukan saatnya meraup keuntungan. Justru di situasi seperti ini, jangan kita menari di atas keresahan orang. Lebih baik tidak berjualan jika mematok harga tinggi," ujar Eneng saat dikonfirmasi, Kamis (5/3/2020).

Penjualan ini juga seolah mengingkari komitmen Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang akan menomorsatukan keselamatan warga dalam penganganan infeksi virus Corona.

Baca juga: Pasar Jaya Jual Masker Rp 300.000 Per Boks, YLKI: Itu Mengeksploitasi Warga

Menurut Eneng, dengan menjual masker seharga Rp 300.000 per boksnya justru memperlihatkan ekonomi yang didahulukan dan kebutuhan masyarakat diabaikan.

"Padahal pemerintah memiliki kewajiban menjamin kestabilan harga dan ketersediaan masker untuk seluruh masyarakat, bukan malah menjadikan kepanikan masyarakat menjadi kesempatan untuk mendapatkan uang," kata dia.

Tak hanya dari anggota DPRD, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) juga mengecam kebijakan BUMD milik DKI ini.

Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi saat menggelar konferensi pers di Jakarta, Jumat (16/11/2018).-KOMPAS.com/AKHDI MARTIN PRATAMA Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi saat menggelar konferensi pers di Jakarta, Jumat (16/11/2018).

 

Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi menilai, PD Pasar Jaya justru melakukan eksploitasi konsumen karena harga yang tidak wajar di tengah merebaknya virus corona.

Baca juga: Kecam Pasar Jaya Jual Masker Rp 300.000 Per Boks, PSI: Jangan Menari di Atas Keresahan Orang

"Iya itu namanya enggak ada bedanya malah mengeksploitasi warga, mengeksploitasi konsumen. Ini hal yang tidak bermoral yang dilakukan PD Pasar Jaya selaku pasar yang notabene milik pemerintah," ucap Tulus.

Menurut dia, jika pengusaha swasta saja dianggap tidak bermoral dan tidak berempati terhadap warga dengan menjual masker dengan harga yang tinggi, maka Pasar Jaya pun lebih tidak bermoral.

Tulus meminta agar Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menegur PD Pasar Jaya.

"Nah itu yang saya kira ngawur itu PD Pasar Jaya. Anies harus menengur Dirut Pasar Jaya," kata dia.

Direktur Utama PD Pasar Jaya Arief Nasrudin di Pasar Pramuka, Jakarta Timur, Kamis (5/3/2020)KOMPAS.COM/RYANA ARYADITA Direktur Utama PD Pasar Jaya Arief Nasrudin di Pasar Pramuka, Jakarta Timur, Kamis (5/3/2020)

Dirut Pasar Jaya akui salah

Pasca polemik tersebut, Direktur Utama PD Pasar Jaya Arief Nasrudin pun buka suara mengenai harga masker yang tinggi itu.

Ia mengakui bahwa rencana penjualan 1.450 boks masker dengan harga Rp 300.000 memang bentuk keteledoran PD Pasar Jaya.

"Sebenarnya keterangannya memang belum lengkap, balik lagi itu salah saya. Kita beli itu harganya sudah segitu. Bukan kita jualnya (dinaikkan) harga segitu. Ini melakukan preskon untuk meluruskan hal hal yang belum lengkap kita berikan," ucap Arief dalam konferensi pers di Pasar Pramuka, Jakarta Timur.

Baca juga: PD Pasar Jaya Tambah Stok 1.450 Boks Masker, Harganya Rp 300.000 Per Boks

Menurut Arief, harga masker dari PD Pasar Jaya sempat terbilang mahal karena pasokan masker yang sulit didapat. Tak hanya itu, Arief mengklaim harga masker dari distributor pun memang mahal.

"Jadi kami waktu membeli barang (masker) memang kita nyarinya memang agak susah dan market harganya seperti itu kita ketemu. Tetapi wujudnya juga enggak kelihatan, jadi kita nyamperin ke beberapa lokasi itu lokasinya ternyata enggak ada," kata dia.

Baca juga: Pakai Diskresi, Polres Jakut Jual 72.000 Masker Sitaan Rp 400 Per Lembar

Bahkan, di sebagian distributor ketersediaan masker sudah ludes. Pasar Jaya pun harus mengikuti pre-order (PO) untuk bisa mendapatkan masker.

"Jadi dipastikan vendor-vendor ini memang barangnya sudah habis dan sebagainya. Dan kita buka PO, jadi PO itu dengan permintaan harga dari mereka dengan harga segitu. Kemudain kemarin kita ngecek di pasar harganya sama di harga di pasar Rp 400.000 per boks," terangnya.

Dijual Rp 125.000 per boks

Pada akhirnya, PD Pasar Jaya menurunkan harga masker yakni Rp 125.000 per boks. Arief mengatakan untuk satu lembar masker dihargai Rp 2.500 dan bisa dibeli di Pasar Pramuka, Jakarta Timur.

"Kita akan operasi pasar, masker ini kita jual nanti untuk di Pasar Pramuka itu per masker Rp 2.500. Jadi akan dibatasi karena Pasar Pramuka jenisnya grosir, jadi satu orang akan kemudian beli satu boks," ucap Arief di Pasar Pramuka.

Menurut Arief, harga tersebut merupakan bentuk kesepakatan dengan para pedagang di Pasar Pramuka. Untuk saat ini, PD Pasar Jaya menyetok 1 juta lembar masker atau 20 ribu boks untuk dijual ke masyarakat.

Dijatah 1 orang 1 boks

Meski demikian, pembelian masker di Pasar Pramuka dijatah satu boks untuk satu orang. Hal ini dilakukan agar banyak masyarakat yang bisa memperoleh masker serta menghindari pembelian dalam jumlah banyak.

Adapun masker yang disediakan adalah 20.000 boks atau satu juta lembar. Dengan rincian, satu boksnya berisi 50 lembar masker.

"Saya bilang di sini tidak boleh ada spekulan jadi dibatasi satu orang satu boks," jelasnya.

Selain di Pasar Pramuka, masker juga dijual di gerai-gerai Pasar Jaya lainnya seperti JakGrosir, JakMart. Namun, di sana warga tidak bisa membeli satu boks melainkan hanya 2 lembar.

"Kita punya gerai JakGrosir, JakMart, gerai-gerai kecamatan hanya dua pcs tapi harganya lebih murah Rp 1.950 per masker," kata dia.

Arief mengimbau agar masyarakat jangan panik dengan ketersediaan dan tingginya harga masker.

Menurut dia, harga itu sudah cukup wajar mengingat masker cukup langka didapatkan saat ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Asesmen Diterima, Polisi Kirim Chandrika Chika Cs ke Lido untuk Direhabilitasi

Asesmen Diterima, Polisi Kirim Chandrika Chika Cs ke Lido untuk Direhabilitasi

Megapolitan
Selain ke PDI-P, Pasangan Petahana Benyamin-Pilar Daftar ke Demokrat dan PKB untuk Pilkada Tangsel

Selain ke PDI-P, Pasangan Petahana Benyamin-Pilar Daftar ke Demokrat dan PKB untuk Pilkada Tangsel

Megapolitan
Polisi Pastikan Kondisi Jasad Wanita Dalam Koper di Cikarang Masih Utuh

Polisi Pastikan Kondisi Jasad Wanita Dalam Koper di Cikarang Masih Utuh

Megapolitan
Cara Urus NIK DKI yang Dinonaktifkan, Cukup Bawa Surat Keterangan Domisili dari RT

Cara Urus NIK DKI yang Dinonaktifkan, Cukup Bawa Surat Keterangan Domisili dari RT

Megapolitan
Heru Budi Harap 'Groundbreaking' MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Heru Budi Harap "Groundbreaking" MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Megapolitan
Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Megapolitan
Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Megapolitan
Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Megapolitan
Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Megapolitan
Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal 'Numpang' KTP Jakarta

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal "Numpang" KTP Jakarta

Megapolitan
Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Megapolitan
Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com