Dalam hal ini, para individu atau tokoh adat harus mencari cara untuk menengahi pola fikir yang saling bertabrakan ini agar terciptanya keselarasan dalam masyarakat.
"Jadi saya tetap berpegang bahwa sakit dan penyakit saya asalnya dari Tuhan. Tapi ketika saya berhadapan dengan komunalitas, maka saya harus menghargai yang lain. Nah ini yang harus diangkat," terang dia.
"Misalnya di kampung saya. Walaupun ada larangan kerumunan ada larangan pengajian massal, tetap aja pengajian. Tetapi kemudian ada nilai yang dibangun jika sakit dan penyakit urusan Allah. Namun saya harus jaga kesehatan orang lain dengan cara-cara berikutnya," tambah dia.
Wabah Covid-19 yang disebabkan oleh virus corona terus menyebar di Indonesia, khususnya di Jakarta dan sekitarnya.
Data yang dirilis pemerintah, Rabu (18/3/2020), sudah ada 227 kasus Covid-19 di Indonesia.
Dari angka tersebut, sebanyak 11 orang sembuh dan 19 pasien meninggal.
Pemerintah sudah mengeluarkan sejumlah imbauan untuk mencegah penyebaran virus corona semakin meluas.
Warga diminta menghindari keramaian yang berpotensi terjadi penyebaran virus corona. Work from home (WFH) atau bekerja di rumah dan social distancing atau menjaga jarak antara yang satu dengan yang lain semakin gencar disosialisasikan.
Warga diminta tidak keluar rumah jika tidak ada urusan mendesak.
Meski demikian, pemerintah tidak bisa melarang kegiatan warga yang melibatkan banyak orang.
Faktanya, di Jakarta dan sekitarnya, misalnya, acara adat yang melibatnya banyak orang masih tetap digelar.
Bahkan, mereka tetap akan menggelar acara adat dalam waktu dekat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.