Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cuaca Kerap Berubah Ekstrem dalam Sehari di Jabodetabek, Ini Penjelasan BMKG

Kompas.com - 24/03/2020, 07:48 WIB
Bonfilio Mahendra Wahanaputra Ladjar,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa hari terakhir, cuaca di Jabodetabek berubah sangat drastis dalam satu hari.

Di pagi jelang siang, cuaca bisa panas. Namun di sore hingga malam berubah drastis mendung dan hujan lebat.

Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Miming Saepudin memaparkan alasan terjadinya perubahan cuaca ekstrem dalam satu hari.

Baca juga: BMKG: Mayoritas Jakarta Berawan, Bodetabek Hujan Siang hingga Malam

Miming menyebut bahwa kondisi ini sedikit banyak dipengaruhi gerak semu matahari dan juga peralihan musim dari penghujan ke kemarau.

"Suhu panas yang terjadi di wilayah Indonesia merupakan fenomena akibat dari adanya gerak semu matahari yang saat ini (bulan Maret) posisinya relatif ada di sekitar wilayah khatulistiwa, fenomena ini merupakan siklus yang terjadi setiap tahun," kata Miming saat dihubungi Kompas.com, Senin (23/3/2020).

Dalam posisi ini semu matahari berada di sekitar khatulistiwa, sehingga ini mengakibatkan potensi suhu udara panas.

Peristiwa seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya.

"Kondisi ini menyebabkan radiasi matahari yang diterima oleh permukaan bumi di wilayah tersebut relatif menjadi lebih banyak, sehingga secara umum dapat meningkatkan suhu udara pada siang hari," ujar Miming.

Tidak hanya itu, BMKG juga memperkirakan periode bulan Maret hingga April 2020 merupakan musim peralihan (pancaroba).

Proses peralihan itu yang dapat membuat kondisi berubah ekstrem dari panas sampai ke hujan.

Baca juga: Mungkinkah Wabah Covid-19 Reda di Cuaca Hangat?

"Secara umum pada bulan Maret-April ini, wilayah Indonesia secara umum memasuki peralihan musim dari musim hujan ke kemarau (pancaroba). Sehingga kerakteristik kondisi cuaca yang relatif cukup panas pada pagi ke siang dan hujan pada sore ke malam dapat terjadi," ucap Miming.

Itu sebabnya wilayah Jabodetabek kerap diguyur hujan dengan beragam intensitas.

Bahkan, beberapa wilayah sempat banjir usai hujan turun di wilayah tersebut.

Oleh karena itu, tetap harus waspada untuk menghadapi ekstremnya cuaca akhir-akhir ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com