JAKARTA, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 telah menjadi keresahan setiap keluarga di Indonesia.
Pasien positif terus bertambah. Demikian juga angka kematian pasien Covid-19.
Namun, selalu ada sisi positif di balik suatu musibah. Anjuran pemerintah untuk bekerja, belajar dan beribadah dari rumah menjadi momentum untuk memperbaiki hubungan orangtua dan anak yang mungkin selama ini terbatasi oleh kesibukan masing-masing.
Hal itu disampaikan oleh Ketua LPAI Seto Mulyadi, atau yang biasa dikenal dengan panggilan Kak Seto.
"Ini justru kesempatan mahal yang sangat berharga untuk kembali bisa akrab dengan anak-anaknya. Selama ini enggak ada waktu, selama ini sibuk, sekarang kesempatannya," kata Kak Seto saat dihubungi Kompas.com, Senin (6/4/2020).
Baca juga: 1.151 Pasien Positif Covid-19 di Jakarta, Ini 14 Kelurahan dengan Kasus Terbanyak
Terkurung di rumah selama wabah Covid-19 seharusnya menciptakan keintiman orangtua dengan anak. Orangtua bisa menjadi pengganti dari teman mereka selama ada di rumah.
Berbagai kegiatan seperti belajar, bersih-bersih, hingga bermain bisa dilakukan bersama dengan gembira, bukan memerintahkan anak sehingga ia merasa bosan lalu pergi ke luar rumah.
Jangan jadi pengganti guru di rumah
Salah satu kegiatan yang bisa dilakukan bersama adalah membantu anak dalam program belajar di rumah.
Menurut Kak Seto, selama belajar di rumah, orangtua jangan berperan sebagai pengganti guru mereka di rumah.
"Para orangtua jangan memposisikan diri seperti guru. Bikin ini, selesaikan ini. Ya enakkan dengan pak guru dan bu guru kalau begitu, jadi orangtua juga seolah beban," kata Kak Seto.
Baca juga: Menkes Setujui Usul Pemprov DKI Terapkan PSBB untuk Tangani Covid-19
Ketimbang menerangkan materi lalu anak mendengar, mencatat, lalu mengerjakan pekerjaan rumah (PR) mereka, orangtua lebih baik berperan sebagai teman belajar anak.
Orangtua bisa berdiskusi, mengerjakan tugas bersama bahkan mempraktekkan apa yang dipelajari anak di sekolah dalam bentuk gerakan-gerakan.
Jadikanlah kegiatan belajar bersama itu nostalgia masa muda ketika masih bersekolah dulu.
Belakangan ini memang banyak terdengar keluhan dari orangtua mengenai beratnya materi pelajaran serta jumlah PR yang diberikan sekolah pada anak.
"Semua tergantung pada perasaan, perasaan itu kan adanya bukan di dada tapi di kepala, jadi perasaan bisa dibikin cerdas. Jadi pertama kalau misalnya kita bisa terjun langsung, kita bisa dengan mudah pakai google, bisa kita lihat standar kompetensi lulus (SKL), apa sih SKL buat SMP, SMA dan sebagainya itu yang harus ditangkap. Terus kita juga jangan hanya menerima saja, kita juga berdialog dengan sang guru," ucap Kak Seto.
Dengan konsep belajar bersama anak, selain sekadar membantu mereka belajar, orangtua juga bisa mengigat kembali apa yang mereka pelajari dulu, serta menciptakan suasana yang lebih hangat sehingga tak perlu lagi merasa harus keluar rumah.
Baca juga: UPDATE: 118 Tenaga Medis di DKI Positif Covid-19, 20 Orang Sembuh, Seorang Meninggal
"Kembali juga sebagai orangtua yang profesional. Yang betul-betul bisa memahami anak. Caranya adalah dengan pendekatan sebagai teman atau sahabat begitu," ucap Kak Seto.
Peran warga
Perang orangtua saja tentu belum cukup untuk melindungi anak selama pandemi Covid-19 ini.
Perlu adanya peran dari lingkungan agar anak-anak yang ada di satu daerah itu bisa bertahan di rumah agar terhindar dari bahaya tertular virus corona.
"Jadi melindungi anak itu bukan hanya keluarga tapi perlu orang sekampung. Butuh peran dari RT dan RW," kata Kak Seto.
Ia mengatakan, RT dan RW bisa menggelar berbagai kegiatan yang kompetitif antar anak di lingkungannya dengan tetap menerapkan physical distancing.
Terlebih di zaman modern seperti saat ini, ada media sosial yang bisa dimanfaatkan sebagai wahana untuk melakukan hal-hal tersebut.
"Kompetisi yang lebih individualis, misalnya. Jadi cerdas tangkas dari jarak jauh bisa juga, lomba siapa yang paling kuat push-up, lompat-lompat misalnya, pokoknya dibikin gembira. Jadi perpaduan antara sesuatu yang dimasukkan unsur positif, tapi juga ada afeksi, senang, dan psikomotoriknya dengan gerakan-gerakan untuk membunuh kebosanan," ucap Seto.
Kak Seto kemudian menjelaskan bahwa pada diri anak-anak, mereka memiliki banyak energi yang butuh diluapkan.
Jika energi tersebut tak disalurkan, maka mereka akan mencari cara sendiri untuk membunuh kebosanan itu.
Namun, jika energi yang mereka miliki bisa difasilitasi dengan baik, tentu apa yang dikhawatirkan setiap orangtua selama pandemi Covid-19 ini tidak terjadi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.