Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Didi Maryadi Mengais Rezeki di Tengah Pandemi, Hanya Dapat Rp 17.000 Sehari

Kompas.com - 30/04/2020, 19:33 WIB
Walda Marison,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

Belum lagi soal cicilan motor yang masih tersisa 17 bulan untuk dilunaskan.

Dia mengaku tidak mendapatkan keringanan biaya mencicil. Pihak leasing hanya memberikan kelonggaran waktu untuk membayar cicilan.

“Kalau begitu sama saja bohong,” celetuk Didi.

Pikir Didi, jangankan 17 bulan cicilan motor, malam ini saja belum tentu keluarganya bisa makan.

Namun, Didi hanya bisa berserah kepada Yang Maha Kuasa. 

Bantuan pemerintah bagaikan mimpi

Di masa-masa sulitnya kini, Didi pernah berkomentar di salah satu kolom komentar berita Kompas.com. Berita yang dikomentari Didi terkait dengan penurunan jumlah kasus Covid-19 di Jakarta.

Dia berharap berita itu benar-benar menjadi nyata, wabah Covid-19 segera berakhir.

"Semoga benar ini kasian istri saya sudah tidak ada uang lagi untuk menyambung hidup di bulan ramadhan ini tabungan kami sudah habis sementara saya yg sebagai ojol sudah 2 minggu tidak dapet order bantuan pemerintah pun hanya mimpi bagi kami," tulisnya ketika itu.

Baca juga: Ini Daftar Lengkap Warteg Penyedia Makan Gratis Selama Pandemi Covid-19 di Jabodetabek

Didi memang tak dapat bantuan apapun, dari siapapun. Saat ditanya apakah bantuan pemerintah namanya terdata, Didi terdengar tak bersemangat.

“Enggak, saya belum dapat sama sekali. Sama RT-nya juga enggak ada. KTP saya kan masih alamat orang tua, sementara saya di sini ngontrak. Jadi saya sama RT sini mungkin enggak masuk hitungan atau bagaimana saya enggak tahu,” ucapnya.

Pria yang tinggal di Kampung Bojong, RT07 RW 20, Depok Timur ini mengatakan hanya 20 warga yang tercatat pihak RT untuk mendapatkan bantuan pemerintah.

Ketika tahu tidak masuk dalam 20 keluarga yang dapat bantuan, dia pun tidak berbuat banyak. Bertanya kepada pihak RT enggan dilakukan karena tahu hasilnya akan percuma.

“Belum sempat tuh (bertanya). Saya pikir buat apalah Memang enggak dapat,” ucap dia.

Tidak heran dia lebih suka peras keringat sendiri daripada menanti bantuan yang tak pasti. 

Hingga saat ini, banting tulang di aspal jalanan menjadi pilihan satu-satunya yang bisa Didi lakukan.

Berharap uang hasil mengantar barang atau penumpang bisa menjadi penyelamat dalam kondisi serba sulit seperti sekarang. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menanti Keberhasilan Pemprov DKI Atasi RTH Tubagus Angke dari Praktik Prostitusi

Menanti Keberhasilan Pemprov DKI Atasi RTH Tubagus Angke dari Praktik Prostitusi

Megapolitan
Asrama Haji Embarkasi Jakarta Pastikan Beri Pelayanan Khusus bagi Calon Jemaah Haji Lansia

Asrama Haji Embarkasi Jakarta Pastikan Beri Pelayanan Khusus bagi Calon Jemaah Haji Lansia

Megapolitan
Asrama Haji Embarkasi Jakarta Siapkan Gedung Setara Hotel Bintang 3 untuk Calon Jemaah

Asrama Haji Embarkasi Jakarta Siapkan Gedung Setara Hotel Bintang 3 untuk Calon Jemaah

Megapolitan
Polisi Selidiki Dugaan Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel Saat Sedang Ibadah

Polisi Selidiki Dugaan Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel Saat Sedang Ibadah

Megapolitan
Mahasiswa di Tangsel Diduga Dikeroyok saat Beribadah, Korban Disebut Luka dan Trauma

Mahasiswa di Tangsel Diduga Dikeroyok saat Beribadah, Korban Disebut Luka dan Trauma

Megapolitan
Kasus Kekerasan di STIP Terulang, Pengamat: Ada Sistem Pengawasan yang Lemah

Kasus Kekerasan di STIP Terulang, Pengamat: Ada Sistem Pengawasan yang Lemah

Megapolitan
Kasus Penganiayaan Putu Satria oleh Senior, STIP Masih Bungkam

Kasus Penganiayaan Putu Satria oleh Senior, STIP Masih Bungkam

Megapolitan
Beredar Video Sekelompok Mahasiswa di Tangsel yang Sedang Beribadah Diduga Dianiaya Warga

Beredar Video Sekelompok Mahasiswa di Tangsel yang Sedang Beribadah Diduga Dianiaya Warga

Megapolitan
Tegar Tertunduk Dalam Saat Dibawa Kembali ke TKP Pembunuhan Juniornya di STIP...

Tegar Tertunduk Dalam Saat Dibawa Kembali ke TKP Pembunuhan Juniornya di STIP...

Megapolitan
Rumah Warga di Bogor Tiba-tiba Ambruk Saat Penghuninya Sedang Nonton TV

Rumah Warga di Bogor Tiba-tiba Ambruk Saat Penghuninya Sedang Nonton TV

Megapolitan
Jadwal Pendaftaran PPDB Kota Bogor 2024 untuk SD dan SMP

Jadwal Pendaftaran PPDB Kota Bogor 2024 untuk SD dan SMP

Megapolitan
Sejumlah Warga Setujui Usulan Heru Budi Bangun 'Jogging Track' di RTH Tubagus Angke untuk Cegah Prostitusi

Sejumlah Warga Setujui Usulan Heru Budi Bangun "Jogging Track" di RTH Tubagus Angke untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Taruna Tingkat 1 STIP Dipulangkan Usai Kasus Penganiayaan oleh Senior

Taruna Tingkat 1 STIP Dipulangkan Usai Kasus Penganiayaan oleh Senior

Megapolitan
Ketika Ahok Bicara Solusi Masalah Jakarta hingga Dianggap Sinyal Maju Cagub DKI...

Ketika Ahok Bicara Solusi Masalah Jakarta hingga Dianggap Sinyal Maju Cagub DKI...

Megapolitan
Kelakuan Pria di Tanah Abang, Kerap Makan di Warteg tapi Bayar Sesukanya Berujung Ditangkap Polisi

Kelakuan Pria di Tanah Abang, Kerap Makan di Warteg tapi Bayar Sesukanya Berujung Ditangkap Polisi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com