Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Izin Sekolah di Tangsel Bisa Dicabut jika Gelar Belajar Tatap Muka

Kompas.com - 15/07/2020, 19:22 WIB
Tria Sutrisna,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com - Sekolah di Tangerang Selatan (Tangsel) yang menggelar kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka secara langsung bisa terancam sanksi pencabutan izin dan penutupan.

Pemerintah Kota (Pemkot) Tangsel masih belum mengizinkan untuk membuka kembali sekolah sebelum wilayah Tangsel menjadi zona hijau penyebaran Covid-19.

Wakil Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie menjelaskan, pemberian sanksi administratif itu sesuai dengan aturan yang tertuang dalam peraturan wali kota (Perwal) terkait pelaksanaan pembatas sosial berskala besar (PSBB).

Baca juga: Ojol di Tangsel Akan Diizinkan Angkut Penumpang, Gojek Siap Aktifkan Lagi GoRide

"Sanksinya kalau di Perwal itu administrasi dari mulai teguran lisan, teguran tertulis. Kalau kemudian parah dan kemudian menjadi klaster baru kami tutup," ujarnya, Rabu (15/7/2020).

Pemkot Tangsel mengimbau kepada pihak sekolah agar mengikuti kebijakan yang berlaku dan tetap melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Sekolah juga diminta untuk menjamin terlaksananya protokol kesehatan pencegahan Covid-19, terutama saat para guru atau staf beraktivitas di lingkungan sekolah.

"Ancamannya seperti itu (penutupan) apalagi kalau dia jadi klaster. Makanya harus dijamin protokol kesehatannya, terutama yang swasta," kata Benyamin.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tangsel Taryono sebelumnya menjelaskan, kegiatan belajar mengajar harus dilakukan secara jarak jauh. Hal tersebut untuk mengantisipasi penyebaran virus corona tipe 2 (SARS-CoV-2) di area sekolah karena anak-anak termasuk kategori rentan tertular virus itu.

"Belum ada kegiatan tatap muka di sekolah. Kami juga selalu koordinasi dengan kemenag terkait madrasah, dan kami sudah sepakat tidak boleh," kata Taryono, kemarin.

Namun, pihaknya sudah mempersiapkan skema pembelajaran tatap muka sesuai protokol kesehatan jika nanti Tangsel sudah menjadi zona hijau penyebaran Covid-19.

"Satu kelas nantinya dibagi menjadi tiga kelompok, untuk memastikan kalau jaraknya itu minimal ada 1,5 meter," kata Taryono.

"Jadi nanti satu kelompok tatap muka, yang dua kelompok secara daring. Tidak semuanya datang ke sekolah bergantian harinya," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute KA Dharmawangsa, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Dharmawangsa, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Megapolitan
Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Megapolitan
Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Gelar 'Napak Reformasi', Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Gelar "Napak Reformasi", Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Megapolitan
Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com