Golongan muda yang membawa Soekarno-Hatta kala itu terdiri dari Wikana, Aidit, Chaerul Saleh dan lainnya.
Rengasdengklok terletak di sebuah kecamatan di Karawang, Jawa Barat.
Daerah itu dipilih karena dinilai lebih aman dibandingkan Jakarta yang mempunyai kemungkinan mudah bergolak.
Baca juga: Merayakan HUT RI, Jangan Lupakan Sejarah Rengasdengklok, Kini Ada Versi Komiknya
Wilayah ini merupakan daerah kekuasaan Peta.
Selain itu, di pertigaan Kedunggede yang menjadi jalur menuju Rengasdengklok terdapat pos penjagaan tentara Peta sehingga jikalau ada pergerakan tentara Jepang menuju Rengasdengklok dapat segera diketahui.
Rumah milik Djiauw Kie Siong, seorang petani keturunan Tionghoa dipilihlah untuk tempat persembunyian karena rumahnya kala itu tertutup rimbunan pohon dan tak mencolok.
Baca juga: Latar Belakang Peristiwa Rengasdengklok
Kedatangan Soekarno dan Hatta disambut baik rakyat Rengasdengklok. Bendera Jepang Hinomaru diturunkan oleh rakyat Rengasdengklok, diganti dengan bender merah putih.
“Sejak saat itu banyak penduduk yang juga menempelkan bendera merah putih yang terbuat dari kertas di rumah-rumah mereka. Rengasdengklok sudah bebas dari penjajahan Jepang,” ucap sesepuh Pembela Tanah Air (Peta), Pamoe Rahardjo.
Usai bendera itu dinaikan, pemuda dan rakyat berani melucuti tentara Jepang. Keberanian para pemuda dan rakyat ini menjadikan Rengasdengklok sebagai daerah pertama negara Republik Indonesia.
Hingga 16 Agustus 1945 sore, Soekarno dan Hatta masih berada di Rengasdengklok.
Kedua orang ini berdiskusi dengan golongan muda terkait desakan untuk merealisasikan proklamasi Kemerdekaan Indonesia selama seharian penuh.
Sempat ada keraguan dan perdebatan antara golongan muda dan golongan tua. Namun, kedatangan Subardjo ke Rengasdengklok mengabarkan bahwa Jakarta aman dan Jepang memang benar sudah minta damai kepada Sekutu membuat kedua orang itu lega.
Soekarno-Hatta bersama golongan muda pun sepakat memprolamasikan kemerdekaan.
“Putusan berupa persetujuan ini kita namakan Persetujuan Rengas Dengklok. Soekarno-Hatta berjanji akan turut dan sedia menanda tangani proklamasi kemerdekaan rakyat itu, tetapi syaratnya harus ditanda tangani di Jakarta,” dikutip dari buku Adam Malik yang berjudul Riwayat Proklamasi 17 Agustus 1945 (1982:57).
Akhirnya pada malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta.