“Kita harus segera merebut kekuasaan!" tukas Sukarni berapi-api.
"Kami sudah siap mempertaruhkan jiwa kami!" seru mereka bersahutan.
Bahkan, Wikana malah berani mengancam Soekarno.
"Jika Bung Karno tidak mengeluarkan pengumuman pada malam ini juga, akan berakibat terjadinya suatu pertumpahan darah dan pembunuhan besar-besaran esok hari," ucap Wikana.
Soekarno marah saat mendengar ancaman dari kelompok pemuda. Soekarno langsung berdiri dan menghampiri Wikana sambil berkata, "Ini batang leherku, seretlah saya ke pojok itu dan potonglah leherku malam ini juga! Kamu tidak usah menunggu esok hari!"
Sejenak suasana pun mencekam, semua orang merasa tegang. Soekarno tetap bersikeras akan tetap menunggu kejelasan status resmi dari Jepang.
Menurut Soekarno, proklamasi kemerdekaan tidak bisa dilakukan secara gegabah dan harus menunggu Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang telah dibentuk.
Baca juga: Mengingat Peristiwa Rengasdengklok: Bendera Jepang Diturunkan, Merah Putih Dikibarkan (1)
Soekarno dan golongan tua khawatir akan muncul korban jiwa jika Indonesia mengambil keputusan terburu-buru merdeka.
Pendapat tersebut membuat golongan muda galau menentukan keputusan kapan waktu yang tepat untuk memproklamirkan kemerdekaan.
Akhirnya, golongan muda Indonesia kembali melakukan rapat di Asrama Baperpi (Kebun Binatang Cikini) hari itu juga.
Hasilnya, mereka sepakat untuk menjauhkan Soekarno dan Hatta agar tak mendapat pengaruh Jepang.
Mereka pun memutuskan untuk menyingkirkan Soekarno dan Hatta ke luar kota untuk menjauhkan mereka dari segala pengaruh Jepang.
Ädam Malik pada tahun 1970 mengenang saat itu pemuda sepakat bahwa kemerdekaan harus dinyatakan sendiri oleh rakyat. Jangan menunggu kemerdekaan sebagai hadiah dari Jepang.
Saat itu, pasukan Peta telah siap untuk menghadapi segala kemungkinan yang timbul setelah proklamasi dinyatakan.
Mengutip dari Harian Kompas tanggal 16 Agustus 1966, Soekarno dan Hatta akhirnya dibawa pergi ke Rengasdengklok dengan menggunakan kendaraan militer pada 16 Agustus 2020.