Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Memungkinkan Demo Saat Pengetatan PSBB, Warga Pluit Putri Sampaikan Aspirasi lewat YouTube

Kompas.com - 17/09/2020, 10:29 WIB
Jimmy Ramadhan Azhari,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Di tengah pandemi Covid-19 dan pengetatan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) menyampaikan aspirasi dalam bentuk demonstrasi tidaklah dianjurkan.

Sebab, demonstrasi akan membentuk kerumunan yang berpotensi terjadinya penularan Covid-19. Hal ini tentu menjadi hambatan warga untuk menyuarakan aspirasinya.

Namun, tidak dengan warga Pluit Putri, Penjaringan, Jakarta Utara. Dengan sentuhan kreativitas, mereka tetap dapat menyampaikan aspirasi melalui video YouTube.

Baca juga: Warga Gembok Taman Pluit Putri yang Hendak Dibangun Sekolah oleh Jakpro

Lewat video berdurasi 5 menit 47 detik yang diunggah melalui kanal Forum Warga Pluit Putri, warga menyampaikan protes terhadap pembangunan sekolah yang dikerjakan BUMD DKI, yakni PT Jakpro, di lokasi yang sebelumnya merupakan ruang terbuka hijau.

Johanna Aliandoe selaku Ketua RT 005/ RW 006 Pluit mengatakan, ide melayangkan protes via YouTube tercipta karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk menyuarakan aspirasi dengan cara berdemonstrasi di masa pengetatan PSBB seperti sekarang ini.

Baca juga: Belum Ada Putusan PTUN, PT JUP Lanjut Bangun Sekolah di Pluit Putri Meski Digugat Warga

"Latar belakangnya karena pandemi sih, kita mau melakukan aksi dan pernyataan sikap. Seandainya tidak pandemi mungkin bentuknya demonstrasi fisik di lapangan. Tapi karena kondisinya kayak gini, ada PSBB maka kita cari bentuk lain untuk menyampaikan pendapat," kata Johanna saat dihubungi Kompas.com, Kamis (17/9/2020).

Johanna mengatakan, menyampaikan aspirasi melalui YouTube ternyata sangat efektif di masa pandemi Covid-19 ini. Mereka tetap bisa menjalankan protokol kesehatan sembari bersuara, menyatakan sikap berkeberatan.

Baca juga: Warga Pluit Putri Gugat Anies ke Pengadilan Negeri Jakarta Utara

Selain itu, penggunaan video Youtube juga berhasil menjangkau lebih banyak orang. Selain dilihat pihak-pihak yang mereka tuju, apa yang mereka perjuangkan bisa di lihat oleh warga lainnya.

Saat ini saja, video itu sudah ditonton sebanyak 1.869 kali selama seminggu diunggah di YouTube.

"Jadi ini cara untuk masyarakat memperjuangkan hak lingkungannya, hak atas ruang," ucap Johanna.

Selain aksi ini, warga Pluit Putri juga sedang melakukan dua langkah lain agar pembangunan sekolah di taman tersebut urung terjadi.

Langkah pertama ialah gugatan perdata di Pengadilan Tata Usaha Negara tentang perbuatan melawan hukum dan pembatalan IMB dari sekolah tersebut.

Langkah ke dua yaitu class action, menyatakan berkeberatan administrasi terhadap Perda Nomor 1 tahun 2014 yang mengesahkan perubahan peruntukan dan zonasi terhadap lahan tersebut dari sarana RTH dan olahraga terbuka menjadi campuran dengan pendidikan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Curhat Pedagang Bawang Merah Kehilangan Pembeli Gara-gara Harga Naik Dua Kali Lipat

Curhat Pedagang Bawang Merah Kehilangan Pembeli Gara-gara Harga Naik Dua Kali Lipat

Megapolitan
PAN Ajak PDI-P Ikut Usung Dedie Rachim Jadi Calon Wali Kota Bogor

PAN Ajak PDI-P Ikut Usung Dedie Rachim Jadi Calon Wali Kota Bogor

Megapolitan
Kelakar Chandrika Chika Saat Dibawa ke BNN Lido: Mau ke Mal, Ada Cinta di Sana...

Kelakar Chandrika Chika Saat Dibawa ke BNN Lido: Mau ke Mal, Ada Cinta di Sana...

Megapolitan
Pemilik Toko Gas di Depok Tewas dalam Kebakaran, Saksi: Langsung Meledak, Enggak Tertolong Lagi

Pemilik Toko Gas di Depok Tewas dalam Kebakaran, Saksi: Langsung Meledak, Enggak Tertolong Lagi

Megapolitan
Sowan ke Markas PDI-P Kota Bogor, PAN Ajak Berkoalisi di Pilkada 2024

Sowan ke Markas PDI-P Kota Bogor, PAN Ajak Berkoalisi di Pilkada 2024

Megapolitan
Penjelasan Pemprov DKI Soal Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Penjelasan Pemprov DKI Soal Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Megapolitan
Kebakaran Tempat Agen Gas dan Air di Depok, Satu Orang Meninggal Dunia

Kebakaran Tempat Agen Gas dan Air di Depok, Satu Orang Meninggal Dunia

Megapolitan
Banyak Warga Berbohong: Mengaku Masih Tinggal di Jakarta, padahal Sudah Pindah

Banyak Warga Berbohong: Mengaku Masih Tinggal di Jakarta, padahal Sudah Pindah

Megapolitan
Pendaftaran PPK Pilkada 2024 Dibuka untuk Umum, Mantan Petugas Saat Pilpres Tak Otomatis Diterima

Pendaftaran PPK Pilkada 2024 Dibuka untuk Umum, Mantan Petugas Saat Pilpres Tak Otomatis Diterima

Megapolitan
Asesmen Diterima, Polisi Kirim Chandrika Chika dkk ke Lido untuk Direhabilitasi

Asesmen Diterima, Polisi Kirim Chandrika Chika dkk ke Lido untuk Direhabilitasi

Megapolitan
Selain ke PDI-P, Pasangan Petahana Benyamin-Pilar Daftar ke Demokrat dan PKB untuk Pilkada Tangsel

Selain ke PDI-P, Pasangan Petahana Benyamin-Pilar Daftar ke Demokrat dan PKB untuk Pilkada Tangsel

Megapolitan
Polisi Pastikan Kondisi Jasad Wanita Dalam Koper di Cikarang Masih Utuh

Polisi Pastikan Kondisi Jasad Wanita Dalam Koper di Cikarang Masih Utuh

Megapolitan
Cara Urus NIK DKI yang Dinonaktifkan, Cukup Bawa Surat Keterangan Domisili dari RT

Cara Urus NIK DKI yang Dinonaktifkan, Cukup Bawa Surat Keterangan Domisili dari RT

Megapolitan
Heru Budi Harap 'Groundbreaking' MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Heru Budi Harap "Groundbreaking" MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Megapolitan
Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com