BEKASI, KOMPAS.com - Enam mahasiswa terluka akibat kericuhan dalam aksi unjuk rasa tolak Undang-undang Cipta Kerja di kawasan Jababeka, Cikarang, Kabupaten Bekasi, Rabu (7/10/2020) kemarin.
Humas Universitas Pelita Bangsa Nining mengonfirmasi hal itu.
Dia mengatakan, seorang mahasiswanya mengalami luka berat di bagian kepala hingga harus dioperasi.
"Anak kita memang ada enam yang terluka. Salah satunya, yang cukup parah Nasrul, sempat digosipkan meninggal dunia. Tetapi Alhamdulillah kita baru selesai tindakan operasi," kata Nining saat dihubungi, Rabu malam.
Baca juga: Enam Mahasiswa Luka-luka dalam Kericuhan Aksi Tolak UU Cipta di Kawasan Industri Jababeka
Dia mengatakan, Nasrul alami keretakan di bagian tulang kepala. Dokter menduga luka di kepala Nasrul akibat pukulan atau terkena tembakan gas air mata.
Namun, Nining tak menyebut siapa pelaku yang mengakibatkan korban terluka.
"Dokter sampaikan ada keretakan di bagian tulang kepala. Ini patah. Kemungkinan bisa saja dari tembakan gas air mata dan pukulan. Nasrulnya sendiri merasa memang ada yang menimpa kepalanya," kata Nining.
Nining mengatakan, Nasrul telah berada di ruang IGD Rumah Sakit Sentral Medika pascaoperasi selama sekitar tiga jam.
Baca juga: Buruh di Bekasi Disebut Siap Kena PHK Dampak Mogok Kerja
Korban lain, Roy, mahasiswa Universitas Pelita Bangsa juga mengalami luka parah di bagian kepala .
"Sama ada keretakan, tetapi Roy tidak sampai operasi. Kalau Nasrul ada patah di bagian kepala sekaligus retak," ucap dia.
Nining menyayangkan adanya korban dari aksi unjuk rasa tersebut. Meski demikian, ia mengakui para mahasiswa belum izin dengan kampus untuk ikut aksi unjuk rasa itu.
Sebelumnya, mahasiswa menggelar aksi unjuk rasa tolak UU Cipta Kerja di kawasan industri Jababeka, Kabupaten Bekasi, Rabu kemarin
Namun, aksi tersebut berakhir ricuh hingga bentrok dengan aparat.
Ketua BEM FEBIS Universitas Pelita Bangsa Suhendar mengatakan, bentrokan terjadi karena diduga ada penyusup yang memprovokasi.
Ada sejumlah orang yang tak menggunakan jaket almamater. Padahal, seluruh mahasiswa yang ikut aksi harus menggunakan jaket almamater.
"Jadi ada penyusup, mereka lempar-lempar batu, gitu. Jadinya pada kepancing juga, pihak kepolisian juga (ikut lempar batu)," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.