Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bentrokan di Kwitang, Tembakan Gas Air Mata, dan Harapan Warga

Kompas.com - 15/10/2020, 08:20 WIB
Rosiana Haryanti,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Gelombang unjuk rasa kembali digelar untuk kali kedua pada Selasa (13/10/2020) di sejumlah titik Jakarta Pusat, yakni Patung Arjuna Wiwaha (Patung Kuda), Harmoni, dan Istana Negara.

Unjuk rasa tersebut dilakukan oleh Persatuan Alumni (PA) 212 dan beberapa ormas lainnya. Bentrokan dengan petugas gabungan TNI-Polri yang mengawal jalannya aksi demonstrasi pun tak terhindarkan

Massa sempat membakar berbagai barang di tengah jalan. Seperti dipantau dalam siaran Kompas TV, massa berkumpul di Jalan Kramat Kwitang, tepatnya di sekitar Taman Gunung Agung.

Awalnya mereka bentrok dengan polisi yang berkumpul di sekitar Tugu Tani. Mereka melempari berbagai benda ke arah polisi.

Baca juga: Pemukiman di Kwitang Jadi Sasaran Tembak Gas Air Mata, Ini Penjelasan Polisi dan Lurah

Sementara polisi menembakkan gas air mata ke arah massa. Massa kemudian berpencar setelah polisi dengan motor dan kendaraan taktis maju. Setelah polisi meninggalkan lokasi, massa kembali berkumpul dan membakar barang.

Tak hanya itu, warga juga sempat terkena tembakan gas air mata. Kejadian ini pun viral melalui sebuah video yang diunggah di media sosial.

Banyak warganet menyebut masyarakat di sekitar permukiman juga turut terkena dampak dari gas air mata.

Menanggapi kabar ini, Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Pol Heru Novianto tidak menyanggah ketika ditanya soal penggunaan gas air mata untuk menghalau massa. Menurut dia, hal itu dirasa perlu agar pedemo tidak lagi keluar-masuk area permukiman warga.

Heru juga membenarkan bahwa warga sekitar turut terkena gas air mata. Guna menghalau massa, Heru kemudian mengimbau warga agar tidak menerima maupun menyembunyikan massa pedemo.

Lurah Kwitang Rasimun mengatakan, aksi kejar-kejaran tersebut menimbulkan keingintahuan di pihak warga.

"Warga kalau polisi ramai kan tetap penasaran. Jadi bercampur dengan warga, otomatis warga ada yang kena air mata juga," kata Rasimun. Setelah itu, Rasimun menenangkan dan meminta warga untuk masuk kembali ke dalam rumah.

Kronologi

Rasimun menuturkan, kejadian itu berawal saat demonstran dari Tugu Tani mulai merangsek masuk ke permukiman warga.

Area Kwitang, sebut Rasimun, memang dekat dengan Tugu Tani. Sehingga, pedemo lari dan masuk ke permukiman warga. Tak hanya itu, massa juga berlari ke arah Masjid Al Riyadh dan Islamic Center yang berada di area permukiman.

Baca juga: Kronologi Tembakan Gas Air Mata ke Area Permukiman Warga di Kwitang

Setelah itu, Rasimun berusaha untuk membujuk agar warga kembali ke dalam rumah.
Heru mengatakan, saat dkejar, massa kemudian masuk dan bersembunyi di area permukiman warga.

"Itu sudah tiga kali, jadi pertama dikejar dia masuk ke perumahan. Kami lewat, keluar lagi bakar-bakar lagi, kami dorong dan masuk situ lagi," ucap Heru.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Megapolitan
Hadiri 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Hadiri "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Megapolitan
Pakai Caping Saat Aksi 'May Day', Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Pakai Caping Saat Aksi "May Day", Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Megapolitan
Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com