Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Sopir Angkot yang Dibayar Rp 200, Mengaku Ikhlas dan Enggan Marah

Kompas.com - 08/02/2021, 18:53 WIB
Wahyu Adityo Prodjo,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

Musa menceritakan, saat itu penumpang tersebut naik di dekat SMP 97 dan turun di Puskesmas Kalisari. Jarak dari SMP 97 ke Puskesmas Kalisari sekitar satu kilometer.

"Sebenarnya kalau dekat itu, bayarnya kesadaran saja. Dia kan naik satu kilometer. Tarif wajarnya Rp 3.000 tapi saya tarik Rp 2.000 saja. Dia enggak mau. Maunya bayar Rp 4.800. Ongkos Rp 200 perak, ya keterlaluan. Saya bilang enggak usah bayar," kata Musa saat dihubungi.

Musa mengaku ikhlas tak dibayar, daripada menerima Rp 200. Ia tak mau marah menghadapi penumpang yang membayar tak sesuai dengan tarif.

"Saya sudah ikhlas saja. Semoga rezeki saya lebih gede. Kalau yang lain mungkin pasti kan marah biasanya. Saya ini umur 68 tahun. Saya kalau ribut, malu sama anak muda. Saya juga mikir di jalan," ujar laki-laki beranak empat dan lima cucu.

Rute angkot yang ditempuh Musa adalah Kalisari-Pasar Rebo. Mobil yang dikendarainya adalah mobil pribadi.

Saat peristiwa penumpang membayar Rp 200 terjadi, di dalam angkot hanya ada dua penumpang. Satu di bagian depan, satu di bagian belakang.

Baca juga: Kisah Tenaga Medis RS Wisma Atlet Menikah secara Virtual karena Positif Covid-19

Musa menduga, penumpang tersebut tak memiliki uang sehingga hanya ingin membayar Rp200. Ia pun tak pernah melihat penumpang itu sebelumnya.

"Semenjak kejadian itu, saya enggak pernah lihat lagi. Itu penumpang sebelumnya saya enggak pernah lihat," tambah Musa yang sudah menarik angkot sejak tahun 1975.

Tiba-tiba viral

Musa tak menceritakan peristiwa itu ke keluarganya. Musa hanya bercerita ke rekan-rekan sopir angkot lainnya.

Keesokan harinya, video Musa hanya dibayar Rp 200 viral di media sosial. Anak Musa kemudian melihat video tersebut dan memberitahu ayahnya.

"Anak saya bilang bapak viral di media sosial," kata Musa.

Semenjak viral, banyak penumpang yang bertanya kepada dirinya. Penumpang kenapa Musa hanya ikhlas dan tak marah.

Rekan-rekan sopir angkot Musa pun juga bingung mengapa ia tak marah ketika dibayar Rp 200. Rekan-rekan Musa marah kenapa Musa hanya terkesan diam.

"Saya kalau bilang dari awal mau numpang karena ga ada uang, saya gapapa," ujar laki-laki asli Betawi tersebut sambil tertawa.

Ia kemudian tetap mencari nafkah dengan membawa mobil Suzuki Futura 2003. Di tengah pandemi Covid-19, Musa tetap menggantungkan hidup dengan membawa angkot.

"Memang saya sedang diuji sama Allah. Kita ga tau. Itu mungkin ujian buat saya. Saya cuma bisa bilang astagfirullah," ujar Musa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

Megapolitan
Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Megapolitan
Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Megapolitan
Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Megapolitan
Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Megapolitan
Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Megapolitan
Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Megapolitan
KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

Megapolitan
Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Megapolitan
Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Megapolitan
Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Megapolitan
Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com