Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Sopir Angkot di Tengah Pandemi Covid-19, Kadang Musa Pulang dengan Tangan Hampa dan Letih

Kompas.com - 08/02/2021, 19:46 WIB
Wahyu Adityo Prodjo,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Di usia senjanya, Musa (68) masih bersemangat untuk mencari nafkah. Keluarga menjadi alasan utama mengapa ia tetap menyusuri jalan-jalan di Jakarta Timur. Namun, pandemi Covid-19 menghancurkan penghasilannya.

Rute Kalisari-Pasar Rebo sudah Musa jalani sejak tujuh tahun lalu. Sebelum pandemi Covid-19, Musa bisa mengantongi penghasilan bersih sebanyak Rp 50.000 per hari.

Penghasilan Musa babak belur dihajar Covid-19. Ia terkadang tak membawa pulang uang setelah hampir enam jam berkeliling Kalisari-Pasar Rebo untuk mencari penumpang.

"Kadang pulang capek doang. Cuma bisa ganti uang bensin saja. Enggak ada lebihannya," ujar Musa saat dihubungi.

Baca juga: Kisah Sopir Angkot yang Dibayar Rp 200, Mengaku Ikhlas dan Enggan Marah

Setiap hari Musa keluar rumah sekitar pukul 06.30 WIB. Ia menarik angkot hingga pukul 12.00 WIB.

Di masa pandemi Covid-19, tak banyak penumpang langganannya yang naik. Kebanyakan, penumpang langganannya dari kalangan anak sekolah.

"Yang naik biasanya kalau dulu sebelum Covid-19 itu anak sekolah. Rute saya kan jalur anak sekolah. Di Kalisari itu banyak sekolah. Sebelum pandemi Covid-19, Alhamdulillah pasti penuh angkot saya," kata laki-laki beranak empat dan lima cucu.

Di masa sebelum pandemi Covid-19, Musa juga mengangkut penumpang berusia dewasa. Biasanya, ada orangtua yang mengantarkan anaknya ke sekolah.

"Semenjak pandemi Covid-19, penghasilan Rp 80.000. Uang bensin Rp 50.000 biar besok bisa narik lagi. Bawa pulang duit Rp 20.000-Rp 30.000," kata Musa.

Baca juga: Kisah Tenaga Medis RS Wisma Atlet Menikah secara Virtual karena Positif Covid-19

Hampir satu tahun di masa pandemi Covid-19, ia harus sarapan dan makan siang di rumah. Padahal, dulunya ia bisa sarapan dan makan di luar rumah.

"Jalan" Musa di Jakarta Timur pun tak mulus. Bulan lalu, ia pun bertemu penumpang nyeleneh.

Penumpang itu hanya ingin membayar Rp 200 setelah naik angkot yang dikemudikan Musa sejauh satu kilometer. Padahal, menurut Musa, ongkos normal sebesar Rp 2.000.

"Ongkosnya dia kasih Rp 5.000. Saya kembaliin Rp 3000. Dia enggak mau. Maunya Rp 4.800. Ongkos Rp 200 ya keterlaluan. Saya bilang enggak usah bayar, saya rida, ikhlas," kata Musa.

Kerja keras demi istri dan anak cucu

Musa tak ingin berdiam diri di rumah meski sudah seharusnya bisa santai bermain bersama cucu. Menyenangkan istri, anak, dan cucu adalah kebahagiaannya bagi Musa.

"Istri saya masih ada. Kalau dikasih uang kan girang dia. Saya masih sehat. Masih mau kerja keras," kata Musa.

Setiap hari, ia menghabiskan setengah hari dalam hidupnya untuk membawa angkot. Musa sendiri sudah memilih jalan sebagai sopir angkot sejak tahun 1975.

"Saya dari tahun 75 sudah bawa angkot. Rutenya pernah Jambore-Cilitan. Terus Cisalak-Cililitan. Sekarang enggak mau jauh-jauh rutenya karena saya sudah tua," ujar Musa.

Terkait bahaya penularan Covid-19, Musa hanya berserah diri dan tetap menjaga protokol kesehatan.

Baca juga: Kisah Cinta Segita Pelajar Berujung Maut, 1 Orang Tewas Dipukul Helm

"Sekarang gini saja, kita sudah pakai masker. Kita kan keluar buat nyari nafkah buat anak dan bini. Yang penting pakai masker. Anak-anak saya sudah paham mau narik angkot. Yang penting saya sudah pakai masker," ujar Musa.

Pulang ke rumah, ia biasanya baru bermain bersama cucu. Rezeki yang ia dapatkan juga dibagikan ke cucunya.

"Kalau ada rejeki ya jajan sama cucu. Biasanya paling permen. Cucu saya yang paling tua sudah SMP. Ada yang baru lahir juga," kata Musa sambil tertawa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Megapolitan
Pengemudi HR-V yang Tabrak Bikun UI Patah Kaki dan Luka di Pipi

Pengemudi HR-V yang Tabrak Bikun UI Patah Kaki dan Luka di Pipi

Megapolitan
Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

Megapolitan
Mendag Tegaskan Rumah Potong Ayam Harus Bersertifikat Halal Oktober 2024, Tidak Ada Tawar-tawar Lagi

Mendag Tegaskan Rumah Potong Ayam Harus Bersertifikat Halal Oktober 2024, Tidak Ada Tawar-tawar Lagi

Megapolitan
Mobil Mahasiswa Tabrak Bus Kuning UI, Saksi: Penumpangnya 3, Cowok Semua

Mobil Mahasiswa Tabrak Bus Kuning UI, Saksi: Penumpangnya 3, Cowok Semua

Megapolitan
Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper: Setubuhi dan Habisi Korban, lalu Curi Uang Kantor

Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper: Setubuhi dan Habisi Korban, lalu Curi Uang Kantor

Megapolitan
Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Pernah Mengaku Capek Terlibat Narkoba, Rio Reifan Ditangkap Lagi Usai 2 Bulan Bebas Penjara

Pernah Mengaku Capek Terlibat Narkoba, Rio Reifan Ditangkap Lagi Usai 2 Bulan Bebas Penjara

Megapolitan
Senior Aniaya Siswa STIP hingga Tewas, 5 Kali Pukul Bagian Ulu Hati

Senior Aniaya Siswa STIP hingga Tewas, 5 Kali Pukul Bagian Ulu Hati

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper: Korban Ternyata Minta Dinikahi | Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak

[POPULER JABODETABEK] Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper: Korban Ternyata Minta Dinikahi | Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak

Megapolitan
Rute Transjakarta 10M Pulo Gadung - Walikota Jakarta Utara via Cakung

Rute Transjakarta 10M Pulo Gadung - Walikota Jakarta Utara via Cakung

Megapolitan
Lokasi dan Jadwal Pencetakan KTP dan KK di Tangerang Selatan

Lokasi dan Jadwal Pencetakan KTP dan KK di Tangerang Selatan

Megapolitan
Kecelakaan di UI, Saksi Sebut Mobil HRV Berkecepatan Tinggi Tabrak Bus Kuning

Kecelakaan di UI, Saksi Sebut Mobil HRV Berkecepatan Tinggi Tabrak Bus Kuning

Megapolitan
Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com