Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Vaksinasi Covid-19 Tahap 2 Kota Bogor, Pelayan Publik Jadi Prioritas hingga Bima Arya Gagal Divaksinasi

Kompas.com - 02/03/2021, 11:46 WIB
Ramdhan Triyadi Bempah,
Nursita Sari

Tim Redaksi

BOGOR, KOMPAS.com - Pelaksanaan vaksinasi Covid-19 tahap kedua di Kota Bogor, Jawa Barat, telah dimulai pada Senin (1/3/2021).

Sasaran prioritas dalam vaksinasi tahap kedua ini dikhususkan kepada pelayan publik.

Para penerima vaksin adalah aparatur sipil negara (ASN), TNI, Polri, DPRD, BUMN/BUMD, guru, dosen, pedagang pasar, tokoh agama, pelaku pariwisata hotel/resto, pengemudi ojek dan taksi online, hingga wartawan.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, sasaran vaksin Covid-19 tahap dua untuk pelayan publik ini berjumlah 34.785 orang untuk dua kali suntik.

Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor pun menargetkan vaksinasi tahap kedua ini dapat diselesaikan dalam kurun waktu satu bulan, Maret hingga April 2021.

Strategi percepatan capaian vaksinasi di antaranya dengan vaksinasi massal dan mobile vaksinasi (on the spot).

Baca juga: Kontes Sabung Ayam di Bogor Dibubarkan karena Langgar PPKM, Panitia Didenda Rp 5 Juta

Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Sri Nowo Retno mengungkapkan, jumlah vaksin yang diterima pada tahap kedua ini jauh lebih banyak dari vaksinasi tahap sebelumnya.

Oleh sebab itu, pemilihan lokasi yang lebih luas menjadi pilihan agar seluruh peserta penerima vaksin dapat tertampung.

Retno menyebutkan, ada beberapa lokasi vaksinasi yang dipilih, yakni di Gedung Puri Begawan, SMPN 5, RS Salak, Denkesyah, Aula Polresta Bogor Kota, RS Bhayangkara, Technopark dan Technonet IPB, ICC Botani.

"Kami upayakan satu bulan vaksin tahap kedua ini bisa selesai. Sehari ditargetkan ada 1.500 orang yang divaksin," ungkap Retno, Senin (1/3/2021).

Retno menuturkan, Pemkot Bogor telah menerima sebanyak 7.730 vial yang berisi 69.570 dosis vaksin Covid-19.

Ia menyampaikan, vaksin-vaksin tersebut siap diberikan kepada 34.785 orang pelayan publik di Kota Bogor.

"Untuk satu vial itu berisi 5 ml yang bisa digunakan untuk 9 orang (1 orang 0,5 ml). Jadi, kalau kami hitung dari 7.730 vial jika dikali 9 menjadi 69.570 dosis atau untuk 34.785 orang (2 kali vaksin)," ujar Retno.

Baca juga: Vaksinasi Covid-19 Tahap 2 di Kota Bogor Dimulai Hari Ini, Ojol hingga Wartawan Jadi Prioritas

Retno juga menyebutkan, ada sekitar 150 pekerja media yang bertugas di Kota Bogor akan menerima vaksin yang direncanakan pada pekan depan.

Ia menyampaikan, yang perlu diperhatikan sebelum divaksinasi adalah penerima vaksin harus menjaga kesehatannya.

Pekerja media yang sering abai terhadap kesehatan agar bisa beristirahat yang cukup, makan teratur, dan menghindari stres.

Sebab, kata Retno, hal itu bisa bisa mempengaruhi kondisi tubuh setelah divaksinasi atau observasi.

“Wartawan menjadi prioritas lantaran pekerjanya sering bertemu orang banyak mulai dari pejabat publik hingga masyarakat," tuturnya.

“Sebaiknya menjaga kondisi fit dan sehat sebelum divaksin. Jangan begadang, jangan lupa sarapan, hindari kopi dan stres berlebihan,” sebutnya.

Bima Arya gagal disuntik vaksin

Pada pelaksanaan vaksinasi tahap kedua, nama Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto masuk ke dalam daftar penerima vaksin.

Bima Arya gagal mendapat vaskin pada tahap pertama lantaran dirinya berstatus penyintas Covid-19. Saat itu, penyintas Covid-19 tidak masuk kategori penerima vaksin tahap pertama.

Posisinya waktu itu digantikan oleh Wakil Wali Bogor Dedie Rachim dan diikuti sembilan pejabat publik serta tokoh agama.

Dalam vaksinasi tahap kedua ini, Bima kembali gagal mendapat vaksin Covid-19.

Bima dinyatakan memiliki antibodi atau tingkat imunitas yang masih tinggi, meski sudah satu tahun menjadi penyintas Covid-19.

Ia pun disarankan oleh tim dokter untuk menunda vaksin.

Baca juga: Cap Go Meh di Bogor Tampilkan Pertunjukan Seni secara Online

Bima mengatakan, berdasarkan ketentuan, penyintas diperbolehkan menerima vaksin setelah tiga bulan dinyatakan sembuh dan secara medis, bagi yang pernah positif Covid-19 diperkenankan vaksinasi.

"Saya cek darah secara keseluruhan, kemudian didapat bahwa salah satu yang dicek adalah tingkat imunitas atau antibodi saya. Dicek secara kuantitatif antibodi saya menunjukkan angkanya 197,9. Ini titer, angkanya 197,9," ucap Bima.

Bima mengaku sedikit heran dengan kondisi tubuhnya karena sudah satu tahun menjadi penyintas Covid-19, tapi titer antibodinya masih tinggi.

Ia menduga, kemungkinan ada beberapa faktor yang menyebabkan hal itu dapat terjadi.

Pertama, kondisi tubuhnya masih bagus. Sebab, kata Bima, banyak orang yang tiga bulan setelah terinfeksi SARS-CoV-2 sudah hilang atau turun antibodinya.

Hal itu karena setiap orang memiliki kondisi dan antibodi yang berbeda-beda.

 Baca juga: Punya Antibodi Covid-19 Tinggi, Bima Arya Gagal Disuntik Vaksin

Kedua, kemungkinan tanpa diketahui dirinya pernah reinfeksi.

"Saya pun mendiskusikan angka ini kepada dokter spesialis dan saya juga sudah komunikasi langsung kepada Pak Menteri Kesehatan dan semuanya menyarankan kepada saya, karena titer ini masih tinggi, jadi belum diperlukan vaksin," kata Bima.

Sumbang jatah vaksin ke pengatur lalu lintas jalanan

Bima Arya mengaku memilih untuk memberikan jatah vaksinnya kepada seorang pengatur lalu lintas jalanan bernama Mahfud.

Menurut dia, sumbangan vaksin yang diberikan kepada Mahfud cukup beralasan. Sebab, pekerjaan Mahfud sebagai pengatur lalu lintas di jalanan memiliki risiko terpapar Covid-19.

Bima juga mengaku akan kembali memeriksakan kadar antibodinya tiga bulan ke depan. Apabila antibodinya turun, dia baru bisa diberikan vaksin Covid-19.

Baca juga: Kota Bogor Dapat 69.570 Vaksin Covid-19 Tahap 2 untuk ASN hingga Wartawan

Dia pun ingin memberikan edukasi kepada seluruh penyintas Covid-19 yang mengetahui angka imun di tubuhnya masih tinggi untuk menunda vaksin dan jatahnya bisa diberikan kepada orang yang lebih membutuhkan.

"Fungsi vaksin itu memberikan antibodi. Saat ini antibodi saya masih bagus di atas rata-rata, sehingga mubazir bila diberikan vaksin. Tidak ada efek apa-apa," sebutnya.

"Nah saya kan ada jatah vaksin, karena tidak perlu, jadi saya berikan kepada yang membutuhkan. Kebetulan jatah vaksin ini saya berikan kepada Kang Mahfud seorang pengatur lalu lintas di jalanan," pungkas Bima.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

74 Kelurahan di Jakarta Masih Kekurangan Anggota PPS untuk Pilkada 2024

74 Kelurahan di Jakarta Masih Kekurangan Anggota PPS untuk Pilkada 2024

Megapolitan
Denda Rp 500.000 Untuk Pembuang Sampah di TPS Lokbin Pasar Minggu Belum Diterapkan

Denda Rp 500.000 Untuk Pembuang Sampah di TPS Lokbin Pasar Minggu Belum Diterapkan

Megapolitan
Warga Boleh Buang Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu pada Pagi Hari, Petugas Bakal Lakukan 'OTT'

Warga Boleh Buang Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu pada Pagi Hari, Petugas Bakal Lakukan "OTT"

Megapolitan
Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Megapolitan
Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Megapolitan
Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Megapolitan
Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Megapolitan
PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Megapolitan
Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Megapolitan
Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Megapolitan
Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Megapolitan
Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai 'Kompori' Tegar untuk Memukul

Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai "Kompori" Tegar untuk Memukul

Megapolitan
Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com