Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengusaha Bioskop: Dampak Pandemi Covid-19 Paling Berat, Krisis Tahun 98 Tak Separah Ini

Kompas.com - 04/03/2021, 10:02 WIB
Ira Gita Natalia Sembiring,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

"Ketika kita jaga protokol tapi enggak ada pertahanan di dalam tubuh kita juga repot," lanjutnya.

Saat ini bioskop sudah beroperasi dengan kapasitas penonton 50 persen. Dia optimis angka itu akan naik perlahan apabila vaksinasi berjalan dengan baik dan menyeluruh.

"Optimis bisa ditingkatkan lagi kapasitasnya, cuma perlahan. Enggak bisa langsung 100 persen. Pelan-pelanlah," ujarnya.

Warga juga berharap kembali hidup normal

Masyarakat biasa juga mengalami kesulitan melewati masa pandemi ini. Banyak yang kehilangan pekerjaan karena dampak Covid-19.

Hal itu misalnya dialami Nur Anggraeni (26) atau Anggy. Karyawati di sebuah perusahaan di kawasan TB Simatupang, Jakarta Selatan, itu diputus kontrak setelah tiga tahun bekerja.

"Selama satu tahun pandemi yang pasti saya kehilangan pekerjaan saya, sebel banget. September kemarin saya kena pemutusan kerja dari kantor saya," kata Anggy kepada Kompas.com.

"Sempat nyesek karena kinerjaku dinilai cukup bagus, tapi karena perusahaannya enggak bisa nyelametin banyak orang harus mangkas karyawan," sambungnya.

Ibu satu anak itu pun kini hanya mengandalkan penghasilan dari suaminya yang bekerja sebagai karyawan swasta.

Hanya satu harapan Anggy, pandemi berakhir dan kehidupan kembali normal seperti sedia kala.

Anggy ingin segera bisa mendapat pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

N Sri Julianti (75) warga Kelurahan Pademangan Barat juga sangat berharap pandemi segera lenyap.

"Semoga cepat selesai... Kangen bisa jalan-jalan lagi kayak dulu," kata Sri usai menjalani vaksinasi lansia di Puskesmas Pademangan, Jakarta Utara, Rabu siang.

Pasalnya, sudah satu tahun ini Sri tidak berani bepergian karena takut terinveksi virus Covid-19.

"Setahun pandemi enggak pernah cek kesehatan lagi, biasa rutin. Takut ke rumah sakit, ya di rumah aja enggak kemana-mana satu tahun ini," tutur Sri.

Randy (29) warga Kebon Bawang, Jakarta Utara juga sangat menantikan kehidupan kembali normal.

Sebagai penggemar sepak bola dan musik, Randy merasa tak bisa menikmati baik pertandingan maupun konser musik yang digelar secara virtual.

"Saya sebagai pecinta sepak bola aja seperti aneh banget pertandingan tanpa penonton. Banyak hal yang dipaksakan tapi tetap aja seperti ada yang kurang," ujar Randy.

Dia berharap, pandemi ini segera berakhir sehingga masyarakat tak perlu lagi khawatir saat berkegiatan yang menimbulkann kerumunan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com