Sekolah diminta berbenah diri secara serius jika ingin menyelenggarakan PTM.
Setiap sekolah harus berkoordinasi secara berjenjang dengan dinas, melalui pengawas di setiap wilayah dan organisasi mitra. Kegiatan PTM harus rutin dilaporkan.
Sinergi juga harus dibangun bersama pihak kelurahan, puskesmas, dan komite sekolah, khususnya terkait zona risiko Covid-19 masing-masing wilayah dan penyesuaian PTM.
"Satuan pendidikan dapat mengakses layanan kesehatan terdekat (puskesmas/klinik ) yang akan mendukung pelaksanaan PTM," tulis draf tersebut.
Di samping itu, sekolah mesti menyediakan sarana-prasarana sanitasi, toilet yang bersih dan kayak, juga tempat cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
Hand sanitizer serta thermogun juga harus tersedia agar PTM digelar dengan memastikan protokol kesehatan.
"Sekolah juga harus menyiapkan penyemprotan desinfektan untuk secara berkala, kemudian menyiapkan masker cadangan apabila ada siswa yang lupa membawa atau memakai masker," jelas Thamrin.
Sekolah juga diminta melakukan pendataan terhadap kesehatan guru dan tenaga kependidikan serta para murid yang punya riwayat penyakit bawaan/komorbid, tidak memiliki akses transportasi yang aman, riwayat perjalanan ke luar kota/daerah, kontak dengan orang terkonfirmasi positif Covid-19, dan karantina/isolasi mandiri yang sedang/pernah dilakukan.
Data ini sebagai bahan pemetaan, anak-anak dan tenaga kependidikan mana saja yang akan melakukan PTM, mana yang melakukan BDR.
"Berdasarkan kondisi wilayah setempat, satuan pendidikan menyusun jadwal shift rombongan belajar PTM, durasi tiap shift dan materi PTM, serta ruangan belajar diatur sesuai kebutuhan protokol ksehatan dan kurikulum Covid-19."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.