Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pro Kontra Warga Jakarta soal Kelonggaran Shalat Tarawih Berjamaah di Tengah Pandemi

Kompas.com - 05/04/2021, 20:03 WIB
Singgih Wiryono,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy resmi mengumumkan diperbolehkannya shalat tarawih berjamaah selama Ramadhan 2021 mendatang.

"Khususnya untuk kegiatan ibadah selama Ramadhan dan yakni tarawih pada dasarnya diperkenankan atau diperbolehkan," kata Muhadjir, Senin (5/4/2021).

Lantas seperti apa tanggapan warga Jakarta terkait dengan kebijakan shalat tarawih berjamaah di saat pandemi Covid-19 di DKI Jakarta yang masih mengalami penambahan 1.000 kasus baru per hari?

Baca juga: Ramadhan 2021, Pemerintah Bolehkan Shalat Tarawih Berjemaah di Luar Rumah

Warga asal Taman Sari, Jakarta Barat, Amir mengaku menyayangkan sikap pemerintah yang tidak berhati-hati dalam memutuskan kebijakan shalat tarawih berjamaah di saat penularan Covid-19 masih tinggi.

Menurut dia, untuk saat ini, khususnya di DKI Jakarta belum siap dengan kebijakan tersebut karena di daerahnya seringkali terlihat orang-orang shalat berjamaah tanpa menaati protokol kesehatan.

"Menurut saya belum siap, karena masih belum jaga jarak," kata Amir kepada Kompas.com, Senin.

Baca juga: Ini 3 Ketentuan Pemerintah soal Shalat Tarawih Berjemaah di Bulan Ramadhan 2021

Amir mengatakan, meskipun di tempat ibadah tempat dia tinggal diberikan tanda untuk menjaga jarak, orang-orang seringkali abai dalam penerapan protokol kesehatan.

Belum lagi akan ada banyak euforia di awal Ramadhan yang biasanya terjadi, sehingga shalat tarawih akan menjadi sangat ramai.

Menurut dia, shalat tarawih tidak bisa disamakan dengan salat Jumat lantaran kaum perempuan juga diperbolehkan untuk ikut dalam salat tarawih berjamaah.

"Belum lagi itu tiap hari selama sebulan, berbeda dengan shalat Jumat yang ada jeda waktunya seminggu," kata Amir.

Ragu-ragu

Warga Grogol Petamburan, Tiara, masih ragu antara setuju atau tidak dengan keputusan pemerintah pusat yang mengizinkan shalat tarawih di tengah pandemi Covid-19.

Dia tidak memungkiri ada banyak orang yang melanggar protokol kesehatan di tempat dia tinggal, namun kerinduan Tiara untuk beribadah shalat tarawih berjamaah juga sangat tinggi.

"Gimana ya, kangen juga ingin tarawih berjamaah, gitu," kata Tiara.

Dia berharap apabila benar-benar diizinkan, pemerintah bisa mewajibkan adanya pengawasan protokol kesehatan untuk pengurus masjid atau tempat ibadah salat tarawih.

Sehingga apabila ada yang melanggar protokol kesehatan, kata Tiara, bisa langsung ditegur dan protokol khususnya jaga jarak bisa tetap berlangsung selama ibadah shalat tarawih.

"Baiknya ada pengawasnya gitu," kata Tiara.

Setuju

Yogi warga Mampang, Jakarta Selatan, mengaku setuju dengan kebijakan pemerintah yang mengizinkan adanya salat tarawih berjamaah di masjid.

Menurut dia, kebijakan pemerintah akan memberikan rasa aman kepada warga, karena tahun lalu banyak warga yang harus bersembunyi saat melakukan ibadah salat tarawih berjamaah.

"Iya daripada sembunyi-sembunyi, lebih baik dibuka saja," ucap Yogi.

Namun, dia tetap berharap agar protokol kesehatan bisa dilaksanakan dengan baik saat ibadah berlangsung, sehingga bisa tetap merasa nyaman meski melakukan ibadah di tengah pandemi.

"Protokolnya tetap jalan saja," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

Megapolitan
Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Megapolitan
Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Megapolitan
Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Megapolitan
Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Megapolitan
Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Megapolitan
Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Megapolitan
KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

Megapolitan
Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Megapolitan
Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Megapolitan
Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Megapolitan
Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Megapolitan
Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Megapolitan
Kisah Iyan, Korban Banjir Cipayung yang Terpaksa Mengungsi ke Rumah Mertua 2 Bulan Lamanya...

Kisah Iyan, Korban Banjir Cipayung yang Terpaksa Mengungsi ke Rumah Mertua 2 Bulan Lamanya...

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com