Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riwayat Becak di Jakarta: Dilarang Ali Sadikin-Wiyogo, Dirazia Ahok, Diizinkan Anies

Kompas.com - 23/06/2021, 07:18 WIB
Muhammad Isa Bustomi,
Nursita Sari

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Keberadaan becak sebagai moda transportasi di Ibu Kota dari masa ke masa punya catatan sejarah yang panjang.

Dahulu, transportasi roda tiga yang dikayuh itu menjadi kendaraan yang dipilih masyarakat Jakarta sebelum kemunculan angkutan umum bermesin.

Kini keberadaan becak seakan menghilang. Tak satu pun dapat ditemui keberadaannya di jalan-jalan protokol di DKI Jakarta.

Rupanya kemunculan becak di Jakarta sejak dahulu telah menjadi polemik. Para gubernur DKI Jakarta punya kebijakan untuk menghapus becak sebagai angkutan.

Penghapusan operasional becak sejak era Ali Sadikin

Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin pada masa kepemimpinannya pernah membuat aturan penghapusan becak karena dinilai mengganggu ketertiban umum dan lalu lintas.

Dalam buku "Ali Sadikin Membenahi Jakarta Menjadi Kota yang Manusiawi" karya Ramadhan KH, Ali mengintensifkan penertiban angkutan umum di Ibu Kota, termasuk becak.

Ali menilai, keberadaan becak saat itu kerap mengganggu ketertiban umum dan melanggar peraturan lalu lintas.

"Tindak saja tukang-tukang becak yang melanggar itu. Dan jangan biarkan abang-abang becak bertindak semaunya," ujar Ali.

Baca juga: Ulang Tahun Ke-494 Jakarta dan Kontroversi Para Gubernurnya

Bang Ali kala itu rajin menggelar razia becak guna membenahi Jakarta yang semrawut.

Para penarik becak saat itu dinilai kerap bertindak semaunya apabila berselisih dengan masyarakat. Mereka disebut kerap main serbu dan keroyok.

Penghapusan becak oleh Ali Sadikin juga untuk mengantisipasi Jakarta agar tak menyerupai Calcutta (Kolkata), kota terpadat ketiga di India.

Apabila becak tidak dihapuskan, kata Ali, Jakarta bukan tidak mungkin menjadi kota seperti Calcutta.

"Dan kalau saya tidak bertindak, sayalah yang salah. Maka saya ikhlas menjadi korban dalam menghadapi beberapa ribu orang yang dirugikan tetapi saya menyelamatkan berjuta-juta orang di masa yang akan datang," kata Ali.

Dilanjutkan era Gubernur Wiyogo

Dikutip dari Harian Kompas terbitan 25 Juni 1998, penghapusan becak juga digencarkan oleh Wiyogo Atmodarminto, gubernur Jakarta periode 1987-1992.

Kala itu Wiyogo menghapus becak sebagai alat transportasi karena becak dianggap bukan transportasi umum dan mengganggu ketertiban di jalan raya.

Becak juga dianggap sebagai simbol dari bentuk penjajahan. Penumpang yang membayar digambarkan bagai "penjajah" dan penarik becak adalah korbannya.

Baca juga: Wiyogo Atmodarminto, Gubernur yang Memvonis Mati Becak di Ibu Kota

Wiyogo kala itu mengerahkan ribuan petugas ketertiban untuk merazia becak yang beroperasi di Jakarta.

Sejumlah becak yang terjaring diangkut menggunakan truk, lalu dibawa dan dimusnahkan menjadi rumpon atau alat bantu penangkapan ikan di Teluk Jakarta.

Larangan pengoperasian becak sejak masa Ali Sadikin itu dituntaskan oleh Wiyogo.

Ditentang penarik becak hingga Sukmawati

Namun, upaya Wiyogo memvonis mati becak ditentang ratusan penarik becak di Jakarta.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

STIP Didorong Ikut Bongkar Kasus Junior Tewas di Tangan Senior

STIP Didorong Ikut Bongkar Kasus Junior Tewas di Tangan Senior

Megapolitan
Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir di Minimarket dan Simalakama Jukir yang Beroperasi

Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir di Minimarket dan Simalakama Jukir yang Beroperasi

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Kuasa Hukum Berharap Ada Tersangka Baru Usai Pra-rekonstruksi

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Kuasa Hukum Berharap Ada Tersangka Baru Usai Pra-rekonstruksi

Megapolitan
Cerita Farhan Kena Sabetan Usai Lerai Keributan Mahasiswa Vs Warga di Tangsel

Cerita Farhan Kena Sabetan Usai Lerai Keributan Mahasiswa Vs Warga di Tangsel

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 7 Mei 2024 dan Besok: Nanti Malam Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 7 Mei 2024 dan Besok: Nanti Malam Hujan Ringan

Megapolitan
Provokator Gunakan Petasan untuk Dorong Warga Tawuran di Pasar Deprok

Provokator Gunakan Petasan untuk Dorong Warga Tawuran di Pasar Deprok

Megapolitan
Tawuran Kerap Pecah di Pasar Deprok, Polisi Sebut Ulah Provokator

Tawuran Kerap Pecah di Pasar Deprok, Polisi Sebut Ulah Provokator

Megapolitan
Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Megapolitan
Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Megapolitan
Kemiskinan dan Beban Generasi 'Sandwich' di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Kemiskinan dan Beban Generasi "Sandwich" di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Megapolitan
Cerita Warga Sempat Trauma Naik JakLingko karena Sopir Ugal-ugalan Sambil Ditelepon 'Debt Collector'

Cerita Warga Sempat Trauma Naik JakLingko karena Sopir Ugal-ugalan Sambil Ditelepon "Debt Collector"

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

Megapolitan
Libur Nasional, Ganjil Genap Jakarta Tanggal 9-10 Mei 2024 Ditiadakan

Libur Nasional, Ganjil Genap Jakarta Tanggal 9-10 Mei 2024 Ditiadakan

Megapolitan
Curhat ke Polisi, Warga Klender: Kalau Diserang Petasan, Apakah Kami Diam Saja?

Curhat ke Polisi, Warga Klender: Kalau Diserang Petasan, Apakah Kami Diam Saja?

Megapolitan
Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com