Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Tangerang Meninggal Dunia usai Terima Vaksin Covid-19, Belum Diketahui Penyebabnya

Kompas.com - 24/06/2021, 14:14 WIB
Muhammad Naufal,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Joko Susanto (32) warga Kunciran Jaya, Pinang, Kota Tangerang, diduga meninggal dunia usai menerima vaksin Covid-19 jenis CoronaVac, Rabu (23/6/2021).

Istri korban, Putri Rahmawati (31), menyatakan bahwa suaminya meninggal dunia pada Rabu sore.

Dia mengungkapkan kronologi suaminya yang diduga meninggal usai menerima vaksinasi Covid-19 itu.

Pada Selasa (15/6/2021), Joko dan Putri mendapatkan undangan untuk divaksin di Pusat Pemerintahan Kota (Puspemkot) Tangerang, Banten.

Baca juga: Vaksin AstraZeneca Efektif Melawan Varian Delta dan Kappa

Namun, setibanya mereka di tempat itu, Joko dan Putri tidak jadi menerima vaksin.

"Kita ke sana, ternyata enggak ada jadwal untuk kita. Suami saya dalam keadaan sehat waktu itu, sehat walafiat," papar Putri dalam rekaman suara yang diterima Kompas.com, Kamis (24/6/2021).

Saat perjalanan pulang, pasangan suami istri itu melihat pelaksanaan vaksin di salah satu sekolah di Pinang.

Baca juga: Jokowi: Jangan Tolak Vaksin, Agama Apa Pun Tak Ada yang Melarang

Keduanya lantas bertanya kepada RT setempat apakah mereka dapat menerima vaksin di tempat tersebut.

Di lokasi tersebut, Putri mengaku yang menyuntikkan vaksin adalah pihak Puskesmas Kunciran Baru.

"Dibilang sama Pak RT, di situ boleh. Saya ke sana, trus diperiksalah kita, skrining dulu di sana," tutur Putri.

"Ditanyain ada riwayat punya penyakit bawaan atau engga," sambungnya.

Putri mengaku, tensi darah suaminya sekitar 160 saat skrining tes kesehatan, yang dilakukan tepat sebelum menerima vaksin CoronaVac.

Sedangkan, tensi darah dia sekitar 140 saat itu.

"Itu ditensi darah 160 suami saya. Ya sudah saya enggak bicara A, B, atau C ya. Yang berhak tahu itu kan mereka, petugas kesehatan mengizinkan atau tidaknya," papar Putri.

"Akhirnya di situ disuntik vaksin suami saya. Saya juga disuntik vaksin," imbuhnya.

Baca juga: Salah Kaprah Soal Vaksin Covid-19 yang Harus Kita Hindari

Keesokan harinya, menurut Putri, Joko mengalami demam tinggi dan batuk-batuk. Putri lantas membawa Joko ke klinik untuk berobat.

"Diinfus juga suami saya di rumah. Ya sudah saya lakuin semuanya demi sembuh, demi batuknya ilang. Tapi kok batuknya enggak ilang-ilang," ujar dia.

Karena kondisi Joko yang tak kunjung sembuh, Putri membawa suaminya ke puskesmas terdekat.

Baca juga: Muncul Dugaan KIPI Vaksin AstraZeneca, Simak Rekomendasi Papdi

Di tempat itu, pihak puskesmas berujar bahwa Joko tak perlu mendapatkan perawatan.

Kata Putri, pihak puskesmas juga tidak menyarankan Joko dirawat di RS karena pasti penuh.

"Puskesmas bilang enggak usah dirawat, dirawat di RS juga penuh," sebutnya.

Putri menuturkan, sejak saat itu, Joko tak kunjung sembuh dari demam tinggi dan batuknya.

Hingga pada Rabu kemarin, lanjut Putri, korban merasa semakin lemas.

Dia sempat membawa suaminya ke RS di Pinang sekitar pukul 16.00 WIB. Namun, Joko akhirnya meninggal dunia di RS tersebut.

Menurut Putri, Joko tidak menderita penyakit bawaan apa pun selama ini.

Yang dia pertanyakan adalah mengapa pihak puskesmas menyuntikkan vaksin Covid-19, meski tensi darah suaminya yang tergolong tinggi tepat sebelum disuntik.

"Yang saya sesalin, dari pihak sana kenapa tensi 160 itu divaksin. Harusnya kan kondisi seseorang itu mereka harunya tahu ya. Petugas kesehatan tahu boleh atau enggak (disuntik vaksin)," urai Putri.

Baca juga: Trio Meninggal Usai Divaksin AstraZeneca, Pihak Keluarga Berharap Ada Kejelasan dari Hasil Otopsi

Dinkes Investigasi

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang Liza Puspadewi berujar, pihaknya akan menyelidiki kasus tersebut.

Pihaknya, kata Liza, bakal menyelidiki dugaan Joko meninggal usai divaksin bersama dengan Kelompok Kerja Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Pokja KIPI).

"Sekecil apapun side effect dari vaksin, akan kami bahas," ungkap dia saat ditemui di kantornya, Kamis.

"Kami kan punya Pokja Kipi," lanjut dia.

Kata Liza, jajarannya akan mengumpulkan dan mengolah data-data terkait kondisi kesehatan Joko.

Dia menyatakan, data terkait kondisi kesehatan korban merupakan hasil skrining yang korban lakukan sebelum disuntik vaksin.

Setelah itu, baru dapat dipastikan apakah korban meninggal karena vaksinasi Covid-19 atau bukan.

"Kami inventaris dulu data-data. Setelah itu kami bahas sama tim Pokja KIPI. Nanti tim KIPI baru keluar (hasilnya), ini apakah benar-benar pure karena vaksin atau dia coincidence (kebetulan)," urai Liza.

Ia memperkirakan, hasil kajian Dinkes Kota Tangerang dan Pokja KIPI soal penyebab kematian Joko bakal dirilis hari Sabtu (26/6/2021).

"Diperkirakan hari Sabtu, nanti ada rilisnya," sebut dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com