Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pandemi Covid-19 Gelombang Kedua Jauh Lebih Gawat, Anies: Jakarta Alami Masa yang Belum Pernah Terjadi

Kompas.com - 03/07/2021, 14:06 WIB
Vitorio Mantalean,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - DKI Jakarta memasuki fase paling buruk sepanjang riwayat pandemi Covid-19. Gelombang kedua terjadi begitu cepat dan dalam kurun tak sampai sebulan, kasus Covid-19 di Jakarta telah jauh melampaui gelombang pertama yang saat itu butuh 9 bulan untuk mencapai puncaknya.

"Saya garis bawahi kepada semuanya, bahwa yang sedang kita hadapi ini adalah satu masa yang belum pernah kita hadapi sama-sama di Jakarta," kata Anies dalam arahannya soal PPKM Darurat, dikutip dari kanal YouTube Pemprov DKI Jakarta, Sabtu (3/7/2021).

"Kemenangan nanti ditentukan seberapa disiplin dan seberapa keras kita berjuang selama 2 minggu, atau 4 minggu ke depan, atau mungkin lebih. Kita sekarang menghadapi gelombang, badai yang saya sebut tadi," ia menjelaskan.

Baca juga: Situasi Akan Sulit, Anies Minta Ketua RW dan RT Aktif Identifikasi Keadaan Warga

Sebagai informasi, sebetulnya situasi ini bukan hanya terjadi di DKI Jakarta melainkan juga di banyak wilayah lain di Indonesia.

Lonjakan drastis kasus Covid-19 ini diakibatkan oleh kemunculan beberapa varian baru virus SARS-COV-2, menyebabkan fasilitas-fasilitas kesehatan kolaps karena kepenuhan pasien dan keterbatasan tenaga.

Anies mewanti-wanti, gelombang kedua ini kemungkinan akan parah. Seberapa tinggi puncak gelombang kedua ini, kata dia, bergantung pada keseriusan bersama antara pemerintah dan masyarakat. Ia mengucapkan itu berdasarkan data pandemi dalam sejarah dunia.

Baca juga: Minta Seluruh ASN Pemprov DKI Terlibat Tangani Pandemi, Anies; Jangan Jadi Penonton

"Setiap pandemi selalu melewati beberapa fase gelombang dan kalau kita lihat tadi, kita sedang masuk gelombang kedua. Pandemi flu Spanyol terjadi dalam 3 gelombang. Gelombang kedua adalah yang tertinggi," ungkapnya.

"Itu juga demikian pada kita. Sekarang kita masuk ke puncak gelombang kedua yang tingginya lebih dari ketinggian gelombang pertama, dan kita belum tahu seberapa tinggi gelombang kedua ini," tambah Anies.

Data terbaru per kemarin, jumlah pasien Covid-19 di DKI Jakarta telah mencapai lebih dari 78.000 orang, jauh di atas puncak gelombang pertama pada Februari lalu dengan kisaran 27.000-an pasien.

Baca juga: UPDATE 2 Juli: Jakarta Tambah 9.399 Kasus Covid-19, Angka Tertinggi Selama Pandemi

Dalam waktu dekat, DKI Jakarta diprediksi bakal mencapai 100.000 pasien Covid-19. Sejumlah langkah darurat tengah dipersiapkan, di antaranya:

1. Rumah sakit kelas A dikhususkan sepenuhnya untuk ICU Covid-19

2. RSDC Wisma Atlet dikhususkan untuk penanganan pasien dengan gejala sedang-berat.

3. Mengubah stadion indoor dan gedung-gedung konvensi besar menjadi rumah sakit darurat penanganan kasus darurat kritis, diusulkan untuk dalam satu manajemen RSDC Wisma Atlet.

4. Rusun diubah menjadi fasilitas isolasi terkendali untuk pasien dengan gejala ringan

5. Memastikan kebutuhan tenaga kesehatan terpenuhi termasuk penambahan tenaga kesehatan dari luar DKI Jakarta.

6. Memastikan ketersediaan oksigen, APD, alat kesehatan, dan obat-obatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute Transjakarta 10M Pulo Gadung - Walikota Jakarta Utara via Cakung

Rute Transjakarta 10M Pulo Gadung - Walikota Jakarta Utara via Cakung

Megapolitan
Lokasi dan Jadwal Pencetakan KTP dan KK di Tangerang Selatan

Lokasi dan Jadwal Pencetakan KTP dan KK di Tangerang Selatan

Megapolitan
Kecelakaan di UI, Saksi Sebut Mobil HRV Berkecepatan Tinggi Tabrak Bus Kuning

Kecelakaan di UI, Saksi Sebut Mobil HRV Berkecepatan Tinggi Tabrak Bus Kuning

Megapolitan
Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Megapolitan
Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Megapolitan
Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Megapolitan
Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Megapolitan
Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Megapolitan
Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Megapolitan
Aditya Tak Tahu Koper yang Dibawa Kakaknya Berisi Mayat RM

Aditya Tak Tahu Koper yang Dibawa Kakaknya Berisi Mayat RM

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com