Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Plaza Kenari Mas Disegel karena Langgar PPKM Darurat

Kompas.com - 07/07/2021, 09:28 WIB
Ihsanuddin,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pusat perbelanjaan Plaza Kenari Mas dinyatakan telah melanggar aturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat. Pusat perbelanjaan di Senen, Jakarta Pusat itu tetap buka di masa PPKM Darurat sehingga memicu kerumunan warga. Petugas pun menyegel tempat itu.

"Pusat perbelanjaan ditutup sementara, dasarnya Instruksi Mendagri Nomor 15 Tahun 2021 tentang PPKM Darurat," kata Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Pol Hengki Haryadi, Selasa (6/7/2021) kemarin.

Plaza Kenari Mas merupakan pusat perdagangan yang menjual bahan bangunan, alat kelistrikan, dan alat rumah tangga lainnya. Sesuai aturan PPKM Darurat, seluruh pusat perbelanjaan harusnya tak beroperasi kecuali akses ke pasar swalayan dan restoran (hanya take away).

Baca juga: Langgar PPKM Darurat, Pengelola Plaza Kenari Mas Diperiksa Polisi

Namun, patroli petugas TNI-Polri bersama Satpol PP menemukan Plaza Kenari Mas masih beroperasi di hari ketiga PPKM Darurat, yaitu Senin lalu.

"Mal Kenari Mas tetap buka, padahal bukan kritikal dan harus tutup," kata Hengki.

Karena itu, pusat perbelanjaan tersebut dijatuhkan sanksi penyegelan. Petugas Gabungan 3 Pilar Kota Jakarta Pusat memasang garis polisi dan garis Pol PP di pintu masuk lokasi pertokoan.

Satpol PP menyatakan, sanksi penutupan sementara itu berlaku selama masa PPKM Darurat yang akan berlangsung sampai 20 Juli ini.

"Pertokoan Plaza Kenari Mas dikenakan Sanksi Penutupan Usaha Sementara Selama masa PPKM Darurat oleh petugas Satpol PP Kota Jakarta Pusat," tulis Satpol PP di akun Instagram @satpolpp.dki.

Selain sanksi penyegelan, pengelola Kenari Mas juga diperiksa polisi. Polisi mengusut unsur pidana dalam kasus itu.

"Untuk pengelola Mal Kenari Mas saat ini sedang pemeriksaan Satreskrim Polres Jakpus," ujar Hengki.

Kerumunan disemprot water cannon

Plaza Kenari Mas yang tetap beroperasi itu telah memicu kerumunan di depan pusat perbelanjaan tersebut. Kerumunan orang itu merupakan para konsumen dan pengemudi ojek online.

Polisi pun menindak warga yang berkumpul dengan menyemprot mereka dengan air dari kendaraan water cannon. Video yang menampilkan kerumunan warga disemprot polisi viral di media sosial tiktok.

Hengki menyebutkan, masyarakat yang berkerumun itu sudah berulang kali diperingatkan petugas lewat pengeras suara. Namun mereka tak kunjung bubar. Karena itu, dia menilai tindakan petugas menyemprot warga sudah tepat.

"Situasi seperti ini kita harus tegas. Keselamatan rakyat adalah hukum tertinggi," kata Hengki.

Hengki menegaskan, kerumunan tersebut sangat berpotensi menjadi sumber penularan Covid-19. 

Di sisi lain, rumah sakit di Ibu Kota saat ini sudah penuh akibat lonjakan pasien Covid-19.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com