Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terbentur Nota Kesepakatan, Distributor Oksigen di Kota Tangerang Sulit Tambah Pasokan

Kompas.com - 08/07/2021, 18:05 WIB
Muhammad Naufal,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UMKM (Perindagop) Kota Tangerang mengakui bahwa perusahaan distributor oksigen di Kota Tangerang terhambat dalam melakukan penambahan pasokan oksigen karena masalah nota kesepakatan.

Hal tersebut dinyatakan Sekdis Perindagop Kota Tangerang Yudi Wachyudi, menanggapi peningkatan kebutuhan oksigen di wilayah itu.

Kata dia, berdasarkan pemeriksaan, rata-rata distributor di Kota Tangerang mendapatkan pasokan sekitar 6-10 ton oksigen setiap hari dari produsen oksigen.

Baca juga: Pemkot Tangerang Buka Posko Pengisian Tabung Oksigen untuk RS dan Puskesmas

Kemudian, jika mereka hendak meningkatkan pasokannya, tiap distributor harus mengajukan nota kesepakatan atau memorandum of understanding (MoU) ke produsen.

Dalam nota kesepakatan itu tercantum jumlah oksigen yang ditingkatkan serta durasi kesepakatan tersebut berlaku.

Selama kesepakatan itu berlaku, distributor tidak dapat menurunkan jumlah oksigen yang ditingkatkan.

"Kalau distributor mau nambah kapasitasnya itu mereka ada perjanjian lagi. Misalnya, mereka (distributor) dapat jatah dari produsen 10 ton dan dia mau nambah 15 ton, itu mereka harus bikin MoU dulu," kata Yudi dalam rekaman suara yang diterima, Kamis (8/7/2021).

Baca juga: Perjuangan Warga Balaraja Cari Tabung Oksigen untuk Istri Tercinta, Akhirnya Dapat Seharga Rp 4 Juta

Oleh karena nota yang mengikat itu, banyak distributor yang mengurungkan niatnya untuk meningkatkan pasokan mereka.

Pasalnya, lanjut Yudi, kebutuhan akan oksigen tidak bakal seterusnya meningkat.

Jika kasus Covid-19 sudah menurun nantinya, warga yang membutuhkan oksigen pun tidak akan sebanyak saat ini.

"Cuma mereka berpikir kalau mereka menambah lagi, MoU itu jangka panjang. Sementara, Covid-19 ini dalam waktu 2 bulan itu trennya turun lagi, akhirnya gasnya enggak laku," urai dia.

Baca juga: Ketika Kebutuhan RSDC Wisma Atlet akan Oksigen Tak Sebanding dengan Pasokannya

Permasalahan yang dihadapi oleh distributor dengan produsen itu turut memengaruhi toko-toko pengisian tabung oksigen di Kota Tangerang.

Berdasar pemeriksaan, kata Yudi, antara distributor dan toko pengisian tabung oksigen turut menerapkan skema administrasi serupa. Keduanya terikat dalam nota kesepakatan.

"Begitu juga dengan toko-toko kecil, mereka ragu juga untuk menambah karena ada MoU itu. Kecuali, kebutuhannya stabil terus," kata Yudi.

Dia kemudian mengungkap alasan mengapa nota kesepakatan antar-pihak itu diterapkan.

Menurut Yudi, perusahaan yang saat ini memproduksi oksigen mulanya memasok kebutuhan gas untuk industri.

Akan tetapi, akibat Covid-19, banyak industri yang berujung kolaps.

Sehingga, perusahaan yang semula memproduksi gas untuk industri membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengolah oksigen.

"Tadinya sebelum Covid-19 melonjak ini, mereka (produsen) lebih banyak memenuhi gas-gas industri. Sekarang, karena industri banyak yang kolaps, jadi kan gas oksigen itu harus diolah dulu," ungkap Yudi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pria yang Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Ditetapkan Tersangka

Pria yang Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Disuruh Beli Rokok tapi Tidak Pulang-pulang, Ternyata AF Diamuk Warga

Disuruh Beli Rokok tapi Tidak Pulang-pulang, Ternyata AF Diamuk Warga

Megapolitan
Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Megapolitan
Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Megapolitan
Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Megapolitan
Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Megapolitan
Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Megapolitan
Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Megapolitan
Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Megapolitan
Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Megapolitan
Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Megapolitan
Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Megapolitan
Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com