JAKARTA, KOMPAS.com - Di tengah kesulitan, masyarakat berusaha saling membantu untuk menghadapi pandemi Covid-19 saat ini. Namun, masih ada saja segelintir oknum yang memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi.
Hal ini diceritakan Viny Eriyanto alias Vyn, penginisiasi "Gerakan 2000 Nasi Box", sebuah gerakan memasok makanan untuk masyarakat yang sedang menjalani isolasi mandiri (isoman).
Para penerima bantuan akan mendapatkan 2 paket makanan setiap hari selama 10 hari ke depan. Paket makanan berisi makanan bergizi buatan restoran dan catering berkualitas.
Ia menceritakan, gerakan ini diperuntukan untuk pasien Covid-19 yang mengalami hambatan saat isoman.
"Bantuan ini diperuntukan bagi pasien yang susah mencari makan seperti tidak ada keluarga, tinggal di tempat kos, kondisi sebagai tulang punggung keluarga, atau pekerja buruh harian," ungkap Vyn saat dihubungi, Kamis (22/7/2021).
Baca juga: 6 Aksi Kemanusiaan Warga di Tengah Gelombang Kedua Covid-19, Merawat Asa di Tengah Nestapa
Sejak dibuka pada 7 Juli 2021, ia mengaku ada saja masyarakat yang tergolong masih mampu, turut mendaftar bantuan tersebut.
"Dari sekitar 300 lebih pendaftar, hanya sekitar 267 orang yang lolos. Kami melakukan verifikasi untuk memastikan bahwa bantuan diterima pada orang yang paling membutuhkan," kata dia.
Bahkan, pihaknya sempat kecolongan dan mendapati beberapa peserta yang ternyata tidak tepat sasaran.
"Saat dikirimkan paket makanan hari pertama, kami dibantu pengantar makanan yaitu pengemudi ojek online, untuk memfoto tampak luar rumah peserta tersebut," kata dia.
Baca juga: Aturan Lengkap PPKM Level 4 di Jakarta: Sektor Usaha, Tempat Ibadah, hingga Perjalanan
Dari foto-foto tersebut lah, timnya melakukan pemeriksaan lanjutan.
"Ada yang rumahnya bagus dan besar, ada yang ternyata tinggal di rumah dengan ruko. Setelah diperiksa lebih lanjut dan diputuskan pasien tersebut masih mampu, maka bantuan akan berhenti di situ dan dialihkan ke pasien yang lebih membutuhkan," jelas Vyn.
Vyn menegaskan, bantuan gerakan ini diperuntukan bagi orang yang benar-benar tidak mampu sesuai dengan syarat.
"Bukan untuk mereka yang memanfaatkan situasi," lanjut dia.
Selain itu, ia mengaku masyarakat yang masih mampu namun ikut mendaftar dapat memperlambat gerakan para relawan.
Karena pihaknya harus memverifikasi data, sementara banyak pasien tidak mampu yang butuh bantuan dengan segera.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.