Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Progres Vaksinasi Covid-19 Lambat, Pemkot Depok Sebut karena Jumlah Vaksinator Terbatas

Kompas.com - 23/07/2021, 15:21 WIB
Vitorio Mantalean,
Jessi Carina

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Pemerintah Kota Depok melalui Dinas Kesehatan menyinggung dua  penyebab di balik keluhan warganya yang mengaku kerap tak kebagian kuota vaksinasi Covid-19.

Penyebab pertama adalah keterbatasan SDM, dalam hal ini vaksinator. Sebagai informasi, Depok melangsungkan vaksinasi Covid-19 di 38 puskesmas dan 24 rumah sakit serta sejumlah sentra vaksinasi dan vaksinasi keliling insidental per kecamatan.

"Mereka (fasilitas kesehatan) kan membuat jadwal sesuai dengan kemampuan SDM yang ada. Mereka harus mengatur jumlah SDM untuk vaksin, untuk swab, untuk kegiatan lain," kata Novarita kepada Kompas.com pada Jumat (23/7/2021).

Baca juga: Lagi, Warga Depok Meninggal Dunia Saat Isolasi Mandiri

"200-300 vaksinator yang sudah kita latih ini sudah punya tempatnya masing-masing, sudah tersebar di semua faskes kita," kata dia.

Masalahnya, saat ini sejumlah tenaga kesehatan di setiap puskesmas dan rumah sakit ikut terpapar Covid-19 dalam lonjakan gelombang kedua pandemi ini.

Sudah begitu, beberapa vaksinator yang bekerja di fasilitas kesehatan juga kadang ditarik ke sentra-sentra vaksinasi yang kuota suntiknya masing-masing di kisaran 1.000 orang per hari.

"Sentra-sentra kan juga ada yang butuh tenaga. Jadi tidak semuanya tenaga dari penyelenggara, ada juga bantuan tenaga dari pemkot," ujar Novarita.

Ditanya soal rencana menambah jumlah vaksinator, Novarita menyinggung soal kemampuan anggaran.

Baca juga: Lokasi Vaksinasi Covid-19 Bulan Juli di Bogor, Depok, Tangerang, Tangsel, dan Bekasi

Oleh karena itu, rencana paling visibel saat ini adalah bekerja sama dengan sejumlah organisasi profesi, seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) yang saat ini disebut sedang giat mengadakan workshop atau pelatihan vaksinator.

"Kalau rekrut (vaksinator) kayaknya enggak. Kalau direkrut kan asumsinya dia akan dipekerjakan terus, dia akan digaji, siapa yang bayar? (Vaksinator yang ada saat ini) kan ada di puskesmas, RS, klinik. Tempat mereka kerja masing-masing itulah yang bayar," jelas Novarita.

"Kalau lewat organisasi profesi, nanti ketika mereka sudah mengerjakan, kita kasih sertifikat. Karena sertifikat ini juga dibutuhkan oleh mereka kalau mau mengurus izin praktik atau STR (surat tanda registrasi). Itu kan butuh sertifikat seperti mereka pengabdian masyarakatnya," lanjutnya.

Sementara itu, soal kelancaran suplai vaksin Covid-19, Novarita menyinggung kondisi beberapa bulan lalu ketika pasokan vaksin secara nasional masih sedikit, sehingga progres vaksinasi Covid-19 di Depok ikut terhambat.

Saat ini, kendala tersebut relatif teratasi. Namun, dalam meminta jatah vaksin Covid-19 ke Kementerian Kesehatan atau Pemprov Jawa Barat, Pemkot Depok juga harus menimbang jumlah SDM yang ada.

Hingga saat ini, dari target 1,6 juta penduduk divaksinasi Covid-19, Depok baru menyuntik 16-17 persen warganya. Jumlah ini jauh dibandingkan progres vaksinasi Covid-19 di DKI Jakarta, misalnya, yang sudah di atas 60 persen.

"Jangan dibandingkan sama DKI. DKI kan skalanya provinsi. Kalau dibandingkan dengan kota dan kabupaten di Jawa Barat, Depok nggak buncit-buncit banget, masih di tengah-tengah kalau lihat grafiknya," tutup Novarita.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com