Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Keluhan Lift Rusak dan Sering Mati Listrik di Rumah DP Rp 0, Sarana Jaya Minta Pengelola Monitor

Kompas.com - 11/10/2021, 17:40 WIB
Nirmala Maulana Achmad,
Nursita Sari

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Perumda Pembangunan Sarana Jaya memerintahkan pihak pengelola untuk melakukan monitoring alat produksi di rumah DP Rp 0 di Pondok Kelapa, Jakarta Timur, setelah penghuni mengeluhkan seringnya lift rusak dan mati listrik di rusunami tersebut.

"Kami sudah sampaikan ke pengelola untuk diperhatikan terkait keluhan itu," kata Sekretaris Perumda Sarana Jaya Yadi Robby saat dihubungi, Senin (11/10/2021).

Yadi menambahkan, Perumda Sarana Jaya sebagai BUMD yang membangun dan mengelola rusunami tersebut, menyampaikan permohonan maaf.

"Kami sampaikan ke pengelola, langkah ke depan monitoring terhadap alat produksi agar lebih diperhatikan lagi," ujar Yadi.

Baca juga: Cerita Warga Beli Rumah DP Rp 0 di Pondok Kelapa: Lokasinya Strategis

Sebelumnya, salah satu penghuni rumah DP Rp 0 di Pondok Kelapa, Mohamad Faisal (27), mengaku memiliki pengalaman kurang mengenakkan selama empat bulan tinggal di rusunami tersebut.

Kepada Kompas.com, Faisal menyampaikan, hal yang paling mengganggu bagi dirinya adalah operasional lift.

Faisal bercerita, tower rusunami itu memiliki 21 lantai. Tiap lantai terdapat sekitar 30 unit dengan tipe yang berbeda-beda, mulai dari tipe terkecil, yakni studio.

Faisal yang tinggal di lantai 19 sangat membutuhkan lift. Namun, sayangnya di sana hanya ada dua lift dan terkadang rusak.

"Nyebelin kalau jam sibuk, lift rusak, lagi maintenance (perbaikan). Kan gue di lantai 19. Lift-nya cuma ada dua untuk 21 lantai," kata Faisal, Jumat (8/10/2021).

Baca juga: Keluhan Penghuni Rumah DP Rp 0, Lift Kadang Rusak hingga Listrik Sering Padam

Jika satu lift sedang diperbaiki, penghuni hanya dapat menggunakan satu lift sisanya.

Saat lift sedang diperbaiki, pengelola terkadang mengoperasikan salah satu lift barang sebagai lift penghuni. Tujuannya untuk mengurai penumpukan di lift penghuni.

Namun, belakangan ini, pengelola rusunami kerap menjadikan salah satu lift barang sebagai lift penghuni pada jam sibuk meski kedua lift penghuni beroperasi semua.

Sebab, pada jam-jam sibuk sekitar pukul 18.00-19.00 WIB, banyak penghuni yang menggunakan lift sehingga terjadi antrean.

"Tapi sekarang ada kebijakan satu lift barang dibuka satu kalau jam-jam sibuk. Jadi antisipasi crowded," kata Faisal.

Baca juga: 4 Tahun Anies Jadi Gubernur DKI Jakarta: Para Pejabat Mengundurkan Diri, ASN Ogah Promosi

Selain keluhan berkait lift, Faisal mengaku bahwa listrik di rusunami itu pernah padam hingga 4-5 kali dalam waktu dua minggu.

Faisal, yang sempat menjalani skema kerja dari rumah (work from home/WFH), merasa jengkel dengan pemadaman listrik tersebut.

Oleh karena itu, dia memilih pulang ke rumah orangtuanya yang berada di sekitar Jakarta saat listrik padam.

"Karena kerja kan butuh wifi, apalagi kalau malam butuh AC. Gue sih enak tinggal pulang ke rumah, yang keluarga di situ kan kasian juga," ucap Faisal.

"Tapi sekarang, 1-2 bulan terakhir, udah solved sih, udah enggak pernah mati lagi," tutur Faisal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com