Direktur Utama MRT Jakarta William Sabandar mengatakan, sesuai dokumen integrasi transportasi Jabodetabek yang ditandatangani MRT dan PT KAI, MITJ akan menjadi koordinator integrasi transportasi Jabodetabek.
Baca juga: Anies: Saya Sudah 4 Tahun Menjabat, Tolong Tunjukkan Kebijakan Mana yang Diskriminatif
"Kami akan melakukan pengintegrasian sistem layanan antara MRT dengan KAI. Kami memastikan, nanti, pada saat dilakukan pengintegrasian sistem layanan semuanya ini akan dikoordinasikan oleh PT MITJ," kata William Sabandar, Kamis (30/9/2021).
Selain itu, MITJ juga ditugaskan membangun jembatan penyeberangan multiguna (JPM) yang menghubungkan stasiun LRT Jabodebek, Dukuh Atas, dan Stasiun Sudirman, serta revitalisasi Stasiun Sudirman.
Konsep JPM bertajuk "Serambi Temu Dukuh Atas" ini ditargetkan akan rampung pada Juni 2022, seiring dengan rencana beroperasinya LRT Jabodebek.
Di sisi lain, pengamat kebijakan publik Agus Pambagio menganggap keberadaan MITJ ini tidak tepat dalam sistem integrasi transportasi perkotaan.
"Konsep merger perusahaan itu tidak tepat karena akan menabrak banyak sekali aturan," jelas Agus kepada Kompas.com, Senin (11/10/2021).
Baca juga: Empat Tahun Anies Baswedan dan Kebijakannya soal Sepeda
Agus menyebutkan, keputusan menggabungkan perusahaan setidaknya akan memengaruhi banyak regulasi yang ada.
"Misalkan pada kereta rel listrik (KRL) operasionalnya melewati tujuh pemerintah daerah, sementara (kendali) mau diambil DKI, lantas daerah lain bagaimana? Nanti biasanya kalau sudah begini akan keluar Perpres (Peraturan Presiden)," kata dia.
Selain itu, ia juga menyoroti sumber daya manusia di perusahan-perusahaan yang digabungkan. Sebab, perusahan-perusahaan tersebut berasal dari latar belakang yang berbeda.
"Misalkan, ada karyawan yang tadinya karyawan BUMN, apakah mau pindah menjadi karyawan anak perusahaan? Apakah sumber daya manusianya nyaman?" ujar dia.
Baca juga: Anies: Jakarta Bersiap untuk Formula E 4 Juni 2022
Agus menegaskan, perwujudan integrasi transportasi di suatu kota pada prinsipnya sederhana. Prinsip integrasi, menurut Agus, adalah setiap moda transportasi terkoneksi satu sama lain.
"Kalau di transportasi, sistem integrasi transportasi prinsipnya terkoneksi. Jadi orang tidak boleh berpindah lebih dari tiga kali moda, mereka juga tidak boleh berjalan lebih dari 500 meter, itu baru interkoneksi transportasi yang bisa disebut baik," jelas dia.
Konsep sederhana tersebut, kata dia, menjadi rumit lantaran banyak kepentingan dari berbagai kepala di balik mimpi integrasi transportasi ini.
"Hanya menjadi sulit karena ada banyak kepentingan. Jika ingin mudah, kepentingan itu disatukan dahulu," tegas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.