Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aiman Witjaksono
Jurnalis

Jurnalis

Sengketa Tanah Ratusan Miliar Rupiah, Kakek yang Tewas Setelah Diteriaki Maling

Kompas.com - 07/02/2022, 09:49 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DIAWALI senggolan mobil dengan motor, lalu muncul teriakan maling, yang menyebabkan sang kakek Wiyanto Halim usia 89 tahun, tewas dianiaya membabi buta.

Hasil penyelidikan polisi tidak menemukan selain kasus jalanan, yang berujung pada kematiannya.

Sementara pihak keluarga punya kecurigaan lain, sang Kakek, diincar untuk dibunuh!

Sesungguhnya tak terlalu sulit untuk mengungkap kasus ini, di antaranya dengan melacak rekaman pembicaraan ke belakang antara korban yang dikatakan mendapat ancaman pembunuhan, dan juga tersangka, adakah keterkaitannya soal rencana pembunuhan ini?

Kasus sengketa tanah ratusan miliar rupiah

Korban, menurut pihak keluarga, tengah bersengketa dengan pihak perseorangan lain, terkait dengan kepemilikan tanah puluhan hektar senilai ratusan miliar rupiah, di Kawasan dekat Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.

Kasus sengketa tanah ini telah bergulir sejak 30 tahun terakhir.

Kembali ke kasus penganiayaan bersama-sama yang menyebabkan kematian, sesungguhnya adalah kasus yang cukup sederhana, karena jejak incaran yang disampaikan sang Kakek, jelas tergambar.

Tapi mana yang benar dari dua dugaan di atas, hasil penyelidikan polisi atau benar dugaan pihak keluarga?

Program AIMAN yang tayang di Kompas TV setiap Senin pukul 20.30 WIB, mencoba menelusuri kasusnya, eksklusif!

Menelusuri dari titik awal kejadian

Bermula dari hasil penyelidikan yang masih terus dikembangkan oleh Kepolisian, bahwa ada senggolan motor yang berujung pada pengejaran sekelompok orang bermotor di kawasan Cipinang Muara, Jakarta Timur.

Sementara pihak keluarga menduga senggolan terjadi setelah ada teriakan maling sebelumnya. Namun keluarga tidak mengetahui mengapa sang Kakek, diteriaki maling sebelumnya.

Saya menanyakan hal ini kepada pengacara korban, Freddy Patty, dari mana pihaknya mengetahui akan hal ini?

"Kami mendengar dari salah satu personel Polisi di Polres Jakarta Timur yang sempat mengatakan kepada kami," jawab dia.

Lalu saya tanyakan kembali, bukankah hasil resmi penyelidikan sudah diungkapkan Polisi, dan hasilnya berbeda dengan apa yang diungkapkan pihak keluarga soal teriakan maling tersebut? Freddy mengiyakan.

Meski saat saya tanyakan, apakah selain Polisi di Polres berkata demikian, pihaknya punya petunjuk atau bukti lain?

Pihak pengacara korban tersebut menjawab tidak ada.

Tak berdiam di sini, saya mencoba untuk mengecek ke lokasi. Tidak diketahui pasti di mana posisi senggolan motor tersebut terjadi. Polisi menyebut di seputar kawasan Cipinang Muara, Jakarta Timur.

Menggali keterangan semua warung 24 jam di Cipinang

Saya menyusuri seluruh jalan utama di Cipinang Muara, dan menanyakan semua warung 24 jam atau petugas keamanan yang dalam asumsi saya, mereka pasti tahu jika ada kejadian di jalan utama tersebut, karena peristiwa terjadi pada Minggu tengah malam hingga dini hari.

Satu jam saya berkeliling, akhirnya saya menemukan salah seorang saksi mata, yang saya samarkan identitasnya di tayangan AIMAN.

Saya bertanya soal senggolan motor ini. Sang saksi mengiyakan, ia menceritakan kronologinya, dan saya menemukan fakta dari saksi ini, bahwa senggolan terjadi, lalu baru ada teriakan maling.

Persisnya di sebuah kawasan dekat minimarket di Cipinang Muara, dekat pula dengan kawasan penjara Cipinang.

Tak berhenti di sini berdasarkan saksi tadi, saya bergerak menuju utara persis seperti yang disampaikan saksi. Dan ternyata tepat!

Seperti pula lokasi-lokasi yang tersebar pada video viral saat pengejaran.

Saya dapatkan rute pengejaran sang Kakek sekitar 7 Kilometer, mulai dari Cipinang Muara, Pasar Jatinegara, Jalan Otista lalu berbelok ke kiri, Jalan Jenderal Basuki Rachmat di tepi Kanal Banjir Timur (KBT), dan berakhir di Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Timur di mana sang Kakek dengan tidak berperikemanusiaan dianiaya oleh sejumlah orang.

Kini enam orang tersebut sudah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan, termasuk pengendara motor yang tersenggol pertama kali dan meneriakkan kata "maling" pertama kali di Cipinang Muara.

Saya kemudian bertanya pada pihak keluarga, dari mana ada dugaan bahwa sang kakek diincar untuk dibunuh.

Salah satu putri korban, yang identitasnya juga saya samarkan mengungkapkan kepada saya, bahwa beberapa hari sebelum sang Kakek tewas dianiaya, Wiyanto sempat bercerita kepada anaknya bahwa ia diancam dibunuh.

Tetapi karena disampaikan sambil bergurau (dengan asumsi sang anak, ayahnya tidak ingin membuat beban sang anak), kasus ini tidak dilaporkan ke polisi dan tidak diungkap lebih jauh oleh sang anak.

Sang Kakek diketahui menerima panggilan telepon saat ancaman itu dilontarkan. Tapi oleh siapa terkait apa, tidak ada yang mengetahui dan tidak ada yang berupaya mencari tahu kala itu.

"Iya (ancaman pembunuhan) disampaikan Papi, sambil bercanda, karena mungkin tidak mau membuat anak-anaknya jadi panik" ungkap salah seorang Putri Wiyanto Halim di program AIMAN Kompas TV.

Lalu apa kata Polisi soal ini?

"Penyidik menetapkan kelima orang tersangka berdasarkan olah TKP fakta dan data yang ada di lapangan. Sejauh penyelidikan dan penyidikan Kami, semua (enam orang) tersangka ini tidak memiliki keterkaitan dengan latar belakang korban," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Endra Zulpan di Program AIMAN.

Saya tanyakan lebih dalam, apakah Polisi juga sudah memeriksa rekaman pembicaraan telepon korban termasuk juga para tersangka?

Zulpan kembali menjawab, "bahwa sejauh pemeriksaan Kami, termasuk soal rekaman pembicaraan telepon dan juga melalui teknologi, setidaknya sampai saat ini kami tidak menemukan indikasi adanya pembunuhan yang direncanakan. Tapi Kami akan terus melakukan penyelidikan terkait hal ini."

Pasal yang dijerat para tersangka adalah pasal pengeroyokan yang menyebabkan orang lain meninggal, dengan ancaman hukuman maksimal 12 tahun penjara dan juga pasal turut serta bagi sejumlah pelaku lainnya.

Memang semua hasil penyelidikan harus dilakukan dengan terbuka dan tak kalah penting, ilmiah, alias Scientific Crime Investigation.

Karena semua hal akan dibuka (kecuali pada kasus asusila) dan diuji di pengadilan.

Kita cermati bagaimana hal ini bergulir nanti di pengadilan. Adakah hal baru yang terungkap?

Tapi satu hal, jangan pernah memprovokasi hingga menyebabkan massa jadi beringas. Karena bisa jadi muncul korban jiwa atau bukan tak mungkin digunakan kekuatan massanya untuk pihak ketiga!

Saya Aiman Witjaksono...
Salam!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pria yang Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Ditetapkan Tersangka

Pria yang Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Disuruh Beli Rokok tapi Tidak Pulang-pulang, Ternyata AF Diamuk Warga

Disuruh Beli Rokok tapi Tidak Pulang-pulang, Ternyata AF Diamuk Warga

Megapolitan
Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Megapolitan
Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Megapolitan
Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Megapolitan
Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Megapolitan
Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Megapolitan
Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Megapolitan
Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Megapolitan
Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Megapolitan
Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Megapolitan
Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Megapolitan
Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com