Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Orangtua Saat Dampingi Anak Belajar Daring Selama Pandemi Covid-19

Kompas.com - 02/03/2022, 20:50 WIB
Muhammad Isa Bustomi,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 telah memberikan dampak pada berbagai sektor kehidupan, termasuk pendidikan.

Seiring bertambahnya penularan kasus, pemerintah sempat menerapkan pembatasan kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Proses belajar tatap muka diganti dengan metode daring atau pembelajaran jarak jauh untuk menekan penyebaran penyakit yang disebabkan virus SARS-CoV-2.

Kondisi ini menimbulkan perubahan pada peran orangtua yang turut menjadi pendamping anak selama belajar di rumah.

Baca juga: 2 Tahun Pandemi Covid-19, Pengelola RSD Covid-19 Klaim Wisma Atlet Telah Lewati Puncak Gelombang Omicron

Seperti yang dialami Ayu RR, warga Jakarta Timur, yang harus selalu mendampingi putrinya, Ayes belajar di depan laptop.

"Selama ada keputusan belajar daring di tengah pandemi Covid-19 itu saja saya dampingi anak pertama saya dari rumah," ujar Ayu, saat dihubungi, Rabu (2/3/2022).

Meski Ayes masih duduk di bangku TK Kartika, Pasar Rebo, Jakarta Timur, namun proses belajar sama dengan pelajar pada jenjang pendidikan lainnya.

Sejumlah tugas diberikan guru untuk dikerjakan di rumah dengan didampingi orangtua. Kemudian, hasilnya diserahkan secara daring.

Menurut Ayu, proses pembelajaran daring membuatnya berperan seperti guru untuk anak di rumah. Kegiatannya pun terbagi antara bekerja dan mendampingi putrinya.

"Iya bagi waktu. Saat anak harus belajar, kita dampingi. Saat waktu kerja, saya harus kerja. Untuk kerja dari rumah juga pada saat itu. Pintar bagi waktu saja," ucap wanita 31 tahun itu.

Baca juga: 2 Tahun Pandemi, Limbah Medis di Jakarta Makin Menumpuk dan Belum Tertangani dengan Baik

Hal yang membuat Ayu harus mengelus dada yakni saat proses belajar di depan laptop. Anaknya yang masih berusia 5 tahun tak tahan berlama-lama belajar dengan perangkat elektronik.

"Beda kalau di sekolah dia ada temannya. Disuruh apa sama guru, misal duduk rapi, dia liat temannya duduk rapih, dia ikut. Kalau di rumah paling 2 menit, abis itu lari-larian," kata Ayu.

Proses mendampingi anak belajar dilakoni Ayu lebih dari satu tahun. Ayu mesti bersabar karena ia sadar hal tersebut harus dilakukan demi kesehatan anak dan keluarga.

"Mau bagaimana kita ikut saja, dari pada sekolah langsung, tapi bawa penyakit. Sabar sabar saja pada saat itu," ucap Ayu.

Kini, pemerintah telah mengizinkan pembelajaran tatap muka secara terbatas di sekolah.

Awalnya ada rasa kekhawatiran di benak Ayu. Namun, ia yakin proses belajar tidak akan terganggu jika tetap mematuhi protokol kesehatan, seperti menggunakan masker dan menjaga jarak antarsiswa.

Baca juga: Minim Pengelolaan, Limbah Medis Ancam Keselamatan Warga

"Sekarang sudah belajar di sekolah lagi. Pada anak saya lakukan protokol kesehatan. Saya sampaikan kepada sekolah juga untuk memantu soal prokes anak," kata Ayu.

"Sekarang lumayan juga ada yang bantu ngajarin belajar. Kemarin belajar di rumah, tapi bayar jalan terus," tutupnya seiring tawa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Megapolitan
Hadiri 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Hadiri "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Megapolitan
Pakai Caping Saat Aksi 'May Day', Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Pakai Caping Saat Aksi "May Day", Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Megapolitan
Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Massa Buruh Nyalakan 'Flare' dan Kibarkan Bendera di Monas

Massa Buruh Nyalakan "Flare" dan Kibarkan Bendera di Monas

Megapolitan
Ribuan Buruh Ikut Aksi 'May Day', Jalanan Jadi 'Lautan' Oranye

Ribuan Buruh Ikut Aksi "May Day", Jalanan Jadi "Lautan" Oranye

Megapolitan
Bahas Diskriminasi di Dunia Kerja pada Hari Buruh, Aliansi Perempuan: Muka Jelek, Eh Tidak Diterima...

Bahas Diskriminasi di Dunia Kerja pada Hari Buruh, Aliansi Perempuan: Muka Jelek, Eh Tidak Diterima...

Megapolitan
Ribuan Polisi Amankan Aksi 'May Day', Kapolres: Tidak Bersenjata Api untuk Layani Buruh

Ribuan Polisi Amankan Aksi "May Day", Kapolres: Tidak Bersenjata Api untuk Layani Buruh

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com