Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Orangtua Ade Sara Bertahan Setelah Kehilangan Anak Semata Wayang

Kompas.com - 07/03/2022, 11:09 WIB
Ihsanuddin

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Delapan tahun sudah berlalu sejak kepergian Ade Sara Angelina Suroto. Gadis muda itu ditemukan tewas di pinggir jalan tol Bintara, Bekasi, Jawa Barat, pada 5 Maret 2014.

Kepergian Ade Sara yang merupakan anak semata wayang itu tentunya menjadi pukulan telak bagi kedua orangtuanya, Suroto dan Elisabeth.

"Kalau dulu, waktu masih tahun 2014, saya pun bertanya-tanya. Tidak ada Sara, saya itu berpikir, bagaimana saya menjalaninya," kata Suroto, ayah Ade Sara, saat berbincang dengan Kompas.com, Minggu (7/3/2022).

Baca juga: Kisah Cinta Segitiga Tragis 8 Tahun Lalu, Ade Sara Disiksa dan Dibunuh Hafitd-Assyifa

Awalnya, sebagai seorang ayah, tentu saja Suroto menyimpan amarah kepada pelaku pembunuh putrinya. Apalagi, pelaku pembunuhan Ade Sara itu masih orang dekat, yakni mantan kekasihnya Ahmad Imam Al Hafitd, bersama sang pacar barunya, Assyifa Ramadhani.

Namun, pada akhirnya, Suroto menyadari bahwa yang harus dilakukannya agar bisa bertahan adalah dengan memaafkan kedua pelaku.

"Setiap orang berbeda-beda. Ada yang menemukan kedamaian dengan penuh perjuangan. Di ajaran kami, berdamai itu kami harus memberi pengampunan kepada mereka (Hafitd dan Assyifa)," kata Suroto.

Baca juga: Berbincang Kembali dengan Ibu dan Ayah Ade Sara, Delapan Tahun Setelah Kepergian Anak Semata Wayang...

"Dengan seperti itu, kami seperti melepaskan rasa benci kami kepada mereka. Dengan melepaskan, memang penderitaan dan kedukaan itu masih ada, tapi cara pandang kami menghadapi kedukaan itu menjadi berbeda. Serasa lebih ringan," sambungnya.

Sebagai wujud nyata pemberian maaf itu, orangtua Ade Sara pun sampai menemui pembunuh anak mereka yang tengah menjalani hukuman seumur hidup di penjara.

"Mungkin bagi orang aneh, keluarga korban dan pelaku saling bertemu. Tetapi, ajaran kami mengajarkan bahwa kasih bukan kata sifat, tetapi kata kerja. Harus dikerjakan agar ada artinya," kata Suroto.

Baca juga: Cerita Ibu Ade Sara Temui Pembunuh Anaknya di Penjara, Awalnya Kami Selalu Gagal

"Istri saya pernah beberapa kali bertemu Hafitd di penjara. Awalnya kami selalu gagal ketika ingin menjenguk Hafitd. Tapi, istri saya berhasil bertemu untuk pertama kalinya kira-kira sebelum tahun 2016," ujarnya.

Bertemu Hafitd

Mahasiwi Univeristas Bunda Mulia (UBM) Ade Sara Angelina Suroto (19) yang dibunuh mantan pacarnya dimakamkan di TPU Pondok Kelapa, Duren Sawit, Jakarta Timur. Jumat (7/3/2014).Kompas.com/Robertus Belarminus Mahasiwi Univeristas Bunda Mulia (UBM) Ade Sara Angelina Suroto (19) yang dibunuh mantan pacarnya dimakamkan di TPU Pondok Kelapa, Duren Sawit, Jakarta Timur. Jumat (7/3/2014).

Elisabeth membenarkan bahwa prosesnya bertemu Hafitd bukan lah hal yang mudah.

"Sebenarnya bertemu Hafitd ketika itu tidak mudah. Kenapa? Karena saya mamanya korban. Kemudian dari Hafitd juga waktu itu enggan bertemu. Lalu karena saya mama korban, dikhawatirkan melakukan hal yang tidak diinginkan. Makanya saya berturut-turut gagal," ujarnya.

Baca juga: Temui Pembunuh Anaknya di Penjara, Ibu Ade Sara: Saya Nasihati Dia

Namun Elisabeth merasa hal itu harus dilakukan sebagai bagian dari proses untuk memaafkan pelaku. Akhirnya, Elisabeth pun terus berusaha hingga akhirnya berhasil bertemu Hafitd.

"Semua karena kebaikan Tuhan, saya bertemu untuk yang pertama di Salemba. Saya modal nekat, enggak berhenti berusaha. Di situ saya nunggu 4 jam, Hafitd masih ragu," kenang Elisabeth.

Elisabeth saat itu terus meminta petugas untuk meyakinkan Hafitd agar mau menemuinya.

"Akhirnya Hafitd mau keluar. Di situ dia bilang dia enggak enak karena dia enggak punya cukup kekuatan untuk bertemu saya. Di sana saya nasihati dia. Banyaklah yang saya sampaikan saat itu," kata Elisabeth.

Baca juga: Saat Rombongan Pengendara Motor Masuk Tol Kelapa Gading-Pulo Gebang, Mengaku Tak Tahu Rambu

Setelah pertemuan pertama itu, Elisabeth sempat kembali mengunjungi Hafitd sampai beberapa kali.

"Sekarang sudah cukup lama juga tidak bertemu karena pandemi. Terakhir bertemu itu yang sebelum pandemi," ujarnya.

Orangtua Ade Sara juga sampai saat ini masih menjalin hubungan baik dengan keluarga Hafitd. 

"Lebaran tahun lalu kami sempat ke tempat orangtua Hafitd. Dan sebenarnya Natal kemarin juga mereka ingin ke rumah kami, cuma buya (panggilan ayah Hafitd) sedang sakit dan tidak bisa ditinggal. Jadinya Umi (panggilan ibu Hafitd) tidak bisa ke sini. Mereka kirim makanan," kata Suroto.

Baca juga: Mendadak Mogok, Sepeda Motor Tertabrak Bus Pengumpan Transjakarta di Jalan Sudirman

Orangtua Ade Sara juga sebenarnya sudah mencoba untuk menjenguk Assyifa, satu pelaku lain dalam pembunuhan anak mereka yang ditahan di Rutan Pondok Bambu, Jakarta Timur. Namun upaya untuk bertemu Assyifa belum berhasil sampai saat ini.

"Kalau Assyifa, kami dengan dia dan keluarganya juga tidak ada kontak apa-apa. Sempat dijembatani beberapa pihak (untuk bisa menjenguk Assyifa), tetapi tidak berhasil," kata Suroto.

Cinta Segitiga

Dua tersangka kasus pembunuhan Ade Sara, Assyifa Ramadhani dan Ahmad Imam Al Hafitd menjalani sidang perdana di ruang sidang Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jakarta, Senin (19/8.2014). Pasangan kekasih ini menjadi tersangka atas pembunuhan Ade Sara Angelina Suroto. Ade dianiaya dengan cara disetrum, dicekik, serta disumpal mulutnya menggunakan kertas dan tisu.KOMPAS IMAGES/RODERICK ADRIAN MOZES Dua tersangka kasus pembunuhan Ade Sara, Assyifa Ramadhani dan Ahmad Imam Al Hafitd menjalani sidang perdana di ruang sidang Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jakarta, Senin (19/8.2014). Pasangan kekasih ini menjadi tersangka atas pembunuhan Ade Sara Angelina Suroto. Ade dianiaya dengan cara disetrum, dicekik, serta disumpal mulutnya menggunakan kertas dan tisu.

Ade Sara, Hafitd, dan Assyifa sudah saling mengenal sejak mereka duduk di bangku SMA di SMAN 36 Rawamangun, Pulogadung, Jakarta Timur.

Hafitd sempat berpacaran dengan Ade Sara. Setelah putus, Hafitd kemudian berpacaran dengan Assyifa.

Hafitd dan Assyifa membunuh Ade Sara karena memiliki motif yang berbeda.

Baca juga: Sebabkan Kerusakan hingga Korban Tewas, Ini Penyebab Angin Kencang di Jabodetabek pada Sabtu Lalu

Hafitd mengaku sakit hati kepada Sara yang memutuskannya karena alasan perbedaan agama.

Ia semakin geram saat mengetahui Sara kembali berpacaran dengan laki-laki berbeda agama. Hafitd juga kesal karena Sara enggan bertemu dan berkomunikasi dengannya setelah putus.

Di sisi lain, Assyifa mengaku cemburu lantaran Hafitd masih sering menghubungi mantan pacarnya. Ia pun takut Hafitd kembali berpacaran dengan Sara.

Baca juga: Waspadai Hujan Disertai Angin Kencang di Jakarta Siang hingga Sore Ini

Pasangan sejoli itu pun menyiksa Ade Sara hingga tewas. Penyiksaan itu dilakukan di dalam mobil KIA Visto milik Hafitd.

Mereka bergantian menganiaya Sara berupa pemukulan, penyetruman, pencekikan menggunakan tali tas, dan penyumpalan mulut korban dengan tisu dan kertas koran.

Setelah Ade Sara meninggal, Hafitd dan Asyifa tetap menempatkannya di kursi belakang mobil Hafitd.

Mereka berdua membawa jasad itu berkeliling Jakarta dan sekitarnya, hingga kemudian membuang jasad Sara di pinggir tol.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ini Tampang Madun, Conde, Buluk, dan Kerdil, Komplotan Begal yang Bacok Casis Bintara di Jakbar

Ini Tampang Madun, Conde, Buluk, dan Kerdil, Komplotan Begal yang Bacok Casis Bintara di Jakbar

Megapolitan
Zeo Levana Mengaku Buat Konten Terjebak di 'Busway' atas Permintaan Sopir Bus Transjakarta

Zeo Levana Mengaku Buat Konten Terjebak di "Busway" atas Permintaan Sopir Bus Transjakarta

Megapolitan
Masuk dan Terjebak di Jalur Transjakarta, Zoe Levana: Kami Tak Sengaja

Masuk dan Terjebak di Jalur Transjakarta, Zoe Levana: Kami Tak Sengaja

Megapolitan
Pembebasan Ketua Kelompok Tani KSB Jadi Syarat Warga Mau Tinggalkan Rusun Kampung Bayam

Pembebasan Ketua Kelompok Tani KSB Jadi Syarat Warga Mau Tinggalkan Rusun Kampung Bayam

Megapolitan
Dishub DKI Tindak 216 Jukir Liar di Jakarta Selama Sepekan

Dishub DKI Tindak 216 Jukir Liar di Jakarta Selama Sepekan

Megapolitan
Diperiksa Polisi, Zoe Levana Cerita Kronologi Terjebak di Jalur Transjakarta Selama 4 Jam

Diperiksa Polisi, Zoe Levana Cerita Kronologi Terjebak di Jalur Transjakarta Selama 4 Jam

Megapolitan
Tumpukan Sampah Menggunung di Kembangan, Warga Keluhkan Bau Menyengat

Tumpukan Sampah Menggunung di Kembangan, Warga Keluhkan Bau Menyengat

Megapolitan
Polisi Tilang Zoe Levana Usai Terobos Jalur Transjakarta

Polisi Tilang Zoe Levana Usai Terobos Jalur Transjakarta

Megapolitan
PPDB SMP Jakarta 2024: Kuota, Seleksi, Jalur, dan Jadwalnya

PPDB SMP Jakarta 2024: Kuota, Seleksi, Jalur, dan Jadwalnya

Megapolitan
Gudang Ekspedisi di Bogor Disebut Mirip Kelab Malam, Setel Musik Kencang hingga Diprotes Warga

Gudang Ekspedisi di Bogor Disebut Mirip Kelab Malam, Setel Musik Kencang hingga Diprotes Warga

Megapolitan
PPDB 'Online', Disdik DKI Jamin Tak Ada Celah bagi Oknum Jual Beli Kursi Sekolah

PPDB "Online", Disdik DKI Jamin Tak Ada Celah bagi Oknum Jual Beli Kursi Sekolah

Megapolitan
Selebgram Zoe Levana Bantah Tudingan Terjebak di Jalur Transjakarta Cuma 'Settingan'

Selebgram Zoe Levana Bantah Tudingan Terjebak di Jalur Transjakarta Cuma "Settingan"

Megapolitan
Kasus DBD di Tangerang Selatan Meningkat, Paling Banyak di Pamulang

Kasus DBD di Tangerang Selatan Meningkat, Paling Banyak di Pamulang

Megapolitan
'Flashback' Awal Kasus Pembunuhan Noven di Bogor, Korban Ditusuk Pria yang Diduga karena Dendam

"Flashback" Awal Kasus Pembunuhan Noven di Bogor, Korban Ditusuk Pria yang Diduga karena Dendam

Megapolitan
Ketua Kelompok Tani KSB Dibebaskan Polisi Usai Warga Tinggalkan Rusun

Ketua Kelompok Tani KSB Dibebaskan Polisi Usai Warga Tinggalkan Rusun

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com