Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Warga soal Peredaran Narkoba di Kampung Boncos: Transaksinya Sangat Bebas, bahkan di Depan Anak-Anak

Kompas.com - 24/03/2022, 15:48 WIB
Mita Amalia Hapsari,
Nursita Sari

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kampung Boncos, permukiman warga di Kota Bambu Selatan, Palmerah, Jakarta Barat, telah lama dikenal sebagai wilayah peredaran narkoba.

Sebut saja Ulam, salah satu warga yang sudah puluhan tahun tinggal di permukiman tersebut.

Ulam menyaksikan sendiri perjalanan Kampung Boncos dari yang awalnya merupakan lapak jual beli rongsok hingga dikenal sebagai kampung narkoba.

Menurut pengakuannya, tak heran jika Kampung Boncos dilabeli dengan julukan kampung narkoba. Pasalnya, bisnis narkoba di sana cukup terbuka.

"Kalau ditanya warga, mereka mungkin tahu siapa saja pengedarnya. Karena mereka (pengedar melakukan) transaksinya itu bebas, sangat bebas. Mereka melakukannya di depan warga, di depan anak-anak, itu sudah terbiasa," kata Ulam yang enggan disebutkan nama aslinya.

Baca juga: Saat Polisi Ubrak-abrik Sarang Narkoba di Kampung Ambon, Bahari, dan Boncos...

Menurut Ulam, para pengedar maupun bandar narkoba di sana bukanlah warga setempat.

"Bandar itu bukan orang sini, mereka cuma jual kemari. Namun, tidak menutupi, ada juga warga yang ikut membantu jaringan itu, hingga menjadi pemakai juga," ujar Ulam.

Kendati demikian, Ulam menyebutkan, warga tidak bisa asal sebut pemain di jaringan tersebut.

Menurutnya, warga juga tidak berani bertindak banyak. Sebab, warga cukup takut untuk melawan sendiri.

"Warga juga enggak berani, takut," ungkap Ulam.

Baca juga: Seribu Upaya Jaringan Narkoba Hindari Polisi di Kampung Ambon, Boncos, dan Bahari

"Padahal kami juga sebenarnya sudah dibina oleh BNN juga, tapi sampai saat ini ya begini keadaannya," lanjut dia.

Menurut Ulam, warga sudah paham betul, jika berani melawan atau mengganggu bisnis para pengedar, maka ketenangan warga tinggal di sana akan terganggu.

Ia mencontohkan, jika mengusik, warga bisa mendapat ancaman-ancaman dari jaringan tersebut. Ancaman itu bukan hanya secara verbal, tetapi juga menggunakan senjata tajam.

"Soal teror itu sudah biasa bagi saya pribadi, tapi saya memikirkan keluarga. Kasihan keluarga saya," kata Ulam.

Baca juga: Sudah Dirobohkan, Hotel 10.000 Tempat Nyabu di Kampung Boncos Berdiri Lagi

Kendati demikian, ia mengaku selama ini belum pernah mendapat perlakuan melebihi ancaman.

"Tapi mereka sampai saat ini belum pernah main fisik ya. Mungkin mereka mikir dua kali juga. Tapi kalau mau ribut itu mereka bergerombol, banyak sekali," tutur dia.

Ulam mengatakan, masyarakat setempat pun sebenarnya sudah sangat gerah dengan peredaran narkoba di sana.

"Sebenarnya kami juga gerah. Kami pun lelah bentrok dengan mereka. Kadang ditegur supaya jangan di situ transaksinya, tapi mereka tidak menghiraukan. Mungkin sekali mereka geser, nanti balik lagi," keluh Ulam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com