Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Kelam Pekerja Migran, Kehilangan Tiga Rekan Saat Berlayar ke Malaysia

Kompas.com - 04/05/2022, 16:58 WIB
Muhammad Naufal,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - "Saya beruntung masih selamat, saya tidak bisa berenang. Beruntung saya masih hidup," kata Rita Sugiarti, seorang pekerja migran Indonesia (PMI).

Perempuan 36 tahun ini menceritakan pengalaman pahitnya ketika berangkat dari Batam, Riau, menuju Malaysia. Masih lekat di ingatan Rita ketika kapal yang ia tumpangi terbalik dan tiga rekannya tenggelam.

Ketika itu, 7 November 2021, sebanyak 78 pekerja migran non-prosedural, termasuk Rita, berangkat ke Malaysia menggunakan kapal tongkang. Ketika dalam perjalanan, 8 November 2021, kapal yang ia tumpangi tenggelam.

Tiga rekan Rita yang semuanya perempuan menjadi korban.

Baca juga: Tiba di Indonesia, 20 Pekerja Migran Ilegal Segera Kembali ke Kampung Halaman

"Kita tahu hilang tiga karena dibariskan berjajar (setibanya di Malaysia). Saya ingat, (yang hilang) perempuan semua," kata Rita saat ditemui di shelter Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), Kota Tangerang, Rabu (4/5/2022).

Orangtua tunggal itu sempat berhenti bercerita dan menitikkan air mata. Ia tak sanggup meneruskan cerita soal teman-temannya yang hilang.

Lantas, Rita menuturkan kisahnya selama menjadi pekerja migran non-prosedural. Kapal yang sempat terbalik itu masih bisa digunakan para pekerja migran untuk melanjutkan perjalanan.

Pada 8 November 2021, ia tiba di sebuah hutan di Johor, Malaysia. Oleh agensi PMI ilegal, Rita dan rekan-rekannya disuruh jalan sembari berjongkok selama delapan jam.

Dia menggambarkan, hutan yang dilewatinya penuh tumbuhan berduri dan kelapa sawit. Rita juga diwajibkan mengenakan baju hitam dan tak boleh berdiri agar tidak tertangkap oleh kepolisian.

"Jadi kita bajunya harus baju hitam, disuruh jongkok-jongkok. Enggak boleh berdiri, nanti ditangkap polisi, bisa dipukul," papar dia.

"Jalannya berdiri pun muka saya juga bisa kena duri-duri, kan banyak durinya," sambungnya.

Baca juga: Pekerja Migran Indonesia: Masalah dan Upaya Perlindungannya

Rita melanjutkan, setelah delapan jam, ia masih berada di tengah hutan. Para PMI dan agensinya itu melepaskan lelah.

Tak lama, ia merenungkan soal ketiga temannya yang hilang di laut. Rita juga bersyukur saat itu karena dirinya masih bertahan hidup.

Kemudian, ia dijemput dengan mobil dan diantarkan ke sebuah penampungan. Setelah berada di penampungan, Rita dibawa ke rumah majikan, tempat ia bekerja sebagai asisten rumah tangga.

Kini, Rita telah kembali ke Tanah Air. Untuk sementara ia dan 19 pekerja migran lainnya tinggal di shelter BP2MI sebelum dipulangkan ke kampung halaman.

Kepala BP2MI Benny Rhamdani mengatakan, pekerja migran yang dipulangkan itu merupakan PMI non-prosedural atau ilegal karena berangkat tanpa melalui jalur resmi.

Menurut dia, hal itu sangat berbahaya lantaran pemerintah akan kesulitan untuk memberikan pendampingan ketika pekerja terlibat masalah. Sebab, data PMI non-prosedural tidak tercatat oleh BP2MI.

"Sangat berisiko ya karena tidak resmi. Maka negara sulit melakukan perlindungan karena mereka tidak tercatat," ungkapnya.

Baca juga: Demi Kerja di Australia, 26 Calon Pekerja Migran Ilegal Setor Uang Rp 90 Juta ke Penyalur

"Kecuali mereka melapor ke perwakilan kita, konsulat jenderal ataupun KBRI (kedutaan besar Republik Indonesia) baru kita melakukan perlindungan," sambung dia.

Benny mengungkapkan, setidaknya ada beberapa PMI non-prosedural itu yang sempat menerima kekerasan fisik. Tak hanya itu saja, sebagian pekerja juga tak menerima upah.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Megapolitan
Hadiri 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Hadiri "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Megapolitan
Pakai Caping Saat Aksi 'May Day', Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Pakai Caping Saat Aksi "May Day", Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Megapolitan
Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com