Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Support Ridwan Kamil untuk Warga "SCBD" dan Penyangkalan Pemkot Depok

Kompas.com - 29/07/2022, 05:18 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Fenomena Citayam Fashion Week dimulai saat banyak remaja dari kawasan penyangga Jakarta yang menongkrong dengan penampilan mencolok di kawasan Dukuh Atas, Jakarta Pusat. 

"SCBD", begitulah istilah yang belakangan disematkan kepada muda-mudi yang kerap menongkrong di kawasan dekat Jalan Jenderal Sudirman itu. 

Kata "SCBD" sudah lama dikenal sebagai akronim untuk kawasan Sudirman Central Bisnis Distrik, suatu kawasan perkantoran terpadu di ibu kota. 

Namun belakangan SCBD dipelesetkan menjadi Sudirman, Citayam, Bojong Gede, dan Depok,  mengacu pada daerah asal remaja yang kerap berkumpul di Dukuh Atas. 

 

Meski demikian, pejabat di pemerintah kota Depok terus menyangkal bahwa banyak remaja di daerah itu yang lebih memilih menongkrong di kawasan Dukuh Atas. 

Baca juga: Pemkot Depok Terus Menyangkal Warganya Nongkrong di Dukuh Atas, Wali Kota hingga Kepala Bappeda Angkat Bicara

Hal itu berbanding terbalik dengan sikap Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang mendukung warganya berkreasi di pusat ibu kota. 

Ridwan Kamil Ikut Bergaya di Dukuh Atas

Sebagai bentuk dukungan kepada warganya, Ridwan Kamil bahkan menyempatkan berkunjung ke Dukuh Atas. 

Hal itu ia lakukan pada Rabu (20/7/2022) usai menerima penghargaan dari Kementerian Lingkungan Hidup. 

Tak sekedar berkunjung, pria yang disapa Emil itu bahkan ikut bergaya di atas "catwalk" zebra cross kawasan Dukuh Atas. 

Mengenakan paduan jas warna cokelat dengan sepatu, kaus, dan topi putih, Emil melenggangkan kaki di zebra cross layaknya para remaja "SCBD" yang tengah beradu outfit di ajang Citayam Fashion Week. 

Emil mengaku mendukung warganya yang berkegiatan positif di Dukuh Atas. 

"Daripada tawuran mending nongkrong fashion show," kata Emil. 

Baca juga: Jajal Catwalk SCBD, Ridwan Kamil: Daripada Tawuran Mending Fashion Show

Emil pun tak malu-malu mengakui bahwa Pemprov DKI Jakarta sudah menyediakan ruang publik yang nyaman sehingga warganya mau jauh-jauh datang ke ibu kota untuk sekedar menongkrong dan beradu gaya disana. 

Ia menilai, ruang publik di kawasan Sudirman yang notabene didominasi bangunan perkantoran, berhasil dimanfaatkan oleh segelintir anak-anak muda untuk menggelar kegiatan kreatif.

"Ruang istirahat ini disediakan dengan baik pasti manusia juga berkegiatan yang positif," ujarnya.

Emil lalu menyinggung soal ruang publik di wilayah yang dipimpinnya.

Baca juga: Pesan Ridwan Kamil kepada Baim Wong soal Citayam Fashion Week: Biarkan Tetap Slebew

Ia menyebut kegiatan warga yang berkumpul dengan kegiatan positif di ruang publik banyak ditemukan di Bandung, ibu kota provinsi Jawa Barat. 

Namun ia mengakui, ruang publik kota besar di Jawa Barat lain seperti Depok belum maksimal. 

"Mungkin Depok harus dimaksimalkan," kata Emil, yang juga mantan Wali Kota Bandung itu. 

Pemkot Depok Terus Menyangkal

Wali Kota Depok Mohammad Idris menyatakan pihaknya telah memberikan pendampingan prikologis terhadap santriwati yang diduga menjadi korban pencabulan di pesantren yatim piatu kawasan Beji, Depok. Hal itu dikatakan Idris usai mengikuti rapat paripurna di Gedung DPRD Depok, Jumat (1/7/2022).M Chaerul Halim Wali Kota Depok Mohammad Idris menyatakan pihaknya telah memberikan pendampingan prikologis terhadap santriwati yang diduga menjadi korban pencabulan di pesantren yatim piatu kawasan Beji, Depok. Hal itu dikatakan Idris usai mengikuti rapat paripurna di Gedung DPRD Depok, Jumat (1/7/2022).

Disaat Emil tak malu-malu mendukung kegiatan warganya di ibu kota, Pemkot Depok justru terus menyangkal bahwa warganya turut meramaikan ruang publik di Dukuh Atas.  

Wali Kota Depok Mohammad Idris memastikan, tak ada warganya yang ikut nongkrong di "Citayam Fashion Week" sebagaimana yang diviralkan di media massa dan media sosial.

Idris memastikan jika kumpulan remaja yang mejeng dan pamer busana di lokasi tersebut bukan warga Depok.

Idris bahkan mengatakan, pihaknya telah mengecek asal domisili sejumlah remaja yang asik berlenggang di "Citayam fashion Week".

“Kami sudah cek, tidak ada (orang Depok). Dia adalah orang-orang Bogor, orang Manggarai pindah, sebagian ada sedikit masalah dalam keluarga dia pindah ke Bojonggede, lalu mereka main-main ke Jakarta," tutur Idris.

Baca juga: Wali Kota Depok Tak Terima Warganya Disebut Ikut Nongkrong di Citayam Fashion Week

“Ketika kami cek domisilinya segala macam, ya belum punya KTP karena di bawah 17 tahun,” timpalnya lagi.

Wali Kota Depok Imam Budi Hartono juga membantah anggapan bahwa fenomena "Citayam Fashion Week" muncul karena tidak ada fasilitas ruang publik yang memadai di Depok.

Ia mengklaim Pemkot Depok sudah menyediakan fasilitas publik yang memadai bagi para anak muda untuk berkreasi. 

"Di sini sudah memadai, ada alun-alun. Kalau lihat alun-alun se-Indonesia, paling keren ada di Depok," ujar Imam. 

Baca juga: Remaja Citayam Nongkrong di Dukuh Atas, Wakil Wali Kota Depok: Alun-alun Depok Paling Keren Se-Indonesia

Sampai Bikin Investigasi

Tiga remaja asal Kampung Pulo, Depok berpose di pedestarian kawasan berorientasi transit Dukuh Atas, Jakarta Pusat, Senin (25/7/2022) malam.KOMPAS.com/Tria Sutrisna Tiga remaja asal Kampung Pulo, Depok berpose di pedestarian kawasan berorientasi transit Dukuh Atas, Jakarta Pusat, Senin (25/7/2022) malam.

Terbaru, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan dan Penelitian Pengembangan Daerah (Bappeda) Kota Depok Dadang Wihana turut angkat bicara.

Ia bahkan menyebut Pemkot Depok sampai menggelar investigasi untuk membuktikan tak ada warga Depok yang menongkrong di Dukuh Atas. 

Dari hasil investigasi itu, Dadang mengklaim kebanyakan remaja yang berkumpul di Dukuh Atas bukan berasal dari wilayahnya. 

"Untuk fenomena yang terjadi saat ini kalau ditelusuri dari aktivitas itu (Citayam Fashion Week), mereka bukan berasal dari Depok, tetapi berasal dari Bojonggede," kata Dadang saat ditemui Kompas.com di Kantor Bappeda Depok, Kamis (28/7/2022).

"Karena kami telah melakukan investigasi, memang itu bukan warga Depok, inisiator dari 'SCBD'," kata Dadang.

Baca juga: Bikin Investigasi soal SCBD, Kepala Bappeda Klaim Tidak Ada Remaja Asal Depok: Mereka dari Bojonggede

Dadang melanjutkan, sebelumnya Pemkot Depok memang berdiam diri.

Namun, karena istilah "SCBD" kerap disematkan pada remaja asal Depok, Dadang akhirnya merespons untuk memberi klarifikasi.

Ia pun meminta publik tak asal berkomentar tanpa fakta dan data yang jelas.

"Makanya untuk membahas itu berdasarkan fakta, data dan baru dianalisis siapa mereka, dan dari mana mereka, baru mengomentari," kata dia.

 

PR soal Ruang Publik hingga Transportasi Umum

Roy (Citayam), Mami (Tanah Abang), dan Oman (Tanah Abang) memanfaatkan zebra cross untuk ajang unjuk pakaian di kawasan Dukuh Atas, Jakarta, Rabu (20/7/2022).  Fenomena Citayam Fashion Week di kawasan Dukuh Atas mendadak viral karena gaya busana nyentik yang didominasi anak muda dari Depok, Citayam, dan Bojonggede.KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO Roy (Citayam), Mami (Tanah Abang), dan Oman (Tanah Abang) memanfaatkan zebra cross untuk ajang unjuk pakaian di kawasan Dukuh Atas, Jakarta, Rabu (20/7/2022). Fenomena Citayam Fashion Week di kawasan Dukuh Atas mendadak viral karena gaya busana nyentik yang didominasi anak muda dari Depok, Citayam, dan Bojonggede.

Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti Nirwono Yoga menyesalkan sikap Pemkot Depok yang cenderung menyangkal belum adanya ruang publik memadai di kota tersebut. 

Padahal, semula ia berharap hadirnya fenomena "SCBD" ini bisa menyadarkan pemerintah daerah masing-masing soal pentingnya ruang terbuka publik.

"Hadirnya SCBD ini seharusnya mendorong pemerintah kota/kab Bodetabek, termasuk Citayam dan Bojong Gede dan Depok, untuk menyediakan ruang-ruang publik atau taman kota yang menarik, terbuka untuk berbagai kegiatan anak muda," kara Nirwono. 

Baca juga: Dishub Tertibkan Parkir Liar di Sekitar Citayam Fashion Week, Sejumlah Sepeda Motor Diangkut

Selain soal ruang terbuka publik yang memadai, Nirwono juga menilai pekerjaan rumah lain yang harus dikerjakan secara serius adalah soal transportasi umum. 

Setiap pemkot/pemkab di wilayah penyangga ibu kota harus menyediakan transportasi umum yang nyaman, murah, serta bisa menjangkau setiap area ruang terbuka yang ada. 

Sebab, ia menilai fenomena Citayam Fashion Week ini juga tak bisa dilepaskan dari faktor tersedianya transportasi publik di area Dukuh Atas. 

Para remaja dari berbagai wilayah penyangga Jakarta cukup menumpang KRL Commuter Line dengan ongkos relatif murah untuk sampai kesana. 

"Ruang publik yang disiapkan tiap daerah penyangga ibu kota juga harus strategis, mudah dicapai angkutan umum, sehingga anak muda yang ingin berkegiatan tidak perlu ke Dukuh Atas," ujar Nirwono.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com