JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagian warga yang tinggal dan atau bekerja di ibu kota merasa keberatan dengan rencana kenaikan tarif ojek online mulai 14 Agustus mendatang.
Warga yang semula mengandalkan ojek online sebagai sarana sambungan transportasi umum berniat beralih ke kendaraan pribadi.
Wahyu Anggoro (33) selama ini mengandalkan ojek online untuk berangkat kerja dari rumahnya menuju stasiun Depok yang berjarak 4 kilometer.
Dari stasiun, Wahyu pun menumpang KRL dan turun di stasiun Cawang. Lalu ia harus kembali menumpang ojek online menuju kantornya di kawasan Mampang Prapatan.
Saat pulang kerja pada sore hari, Wahyu menggunakan rute dan metode transportasi yang sama.
Ia naik ojek online dari kantornya menuju stasiun Cawang, lalu naik KRL dan turun di stasiun Depok, kemudian menyambung ojek online lagi hingga sampai di rumahnya.
Artinya, dalam sehari, Wahyu empat kali menumpang ojek online.
"Berat di ongkos. Sekarang saja sudah berasa berat, apalagi kalau tarifnya naik," kata Wahyu kepada Kompas.com, Kamis (11/8/2022).
Baca juga: Tarif Ojol Naik, Warga Jakarta Diharapkan Beralih ke Transjakarta dan Angkot Jaklingko
Dalam sekali perjalanan saja, ongkos yang harus dikeluarkan Wahyu saat ini mencapai Rp 14.000-18.000.
Belum lagi jika jam sibuk, maka tarif yang dipatok aplikator biasanya naik.
"Sehari itu bisa habis sekitar Rp 60.000-70.000," katanya.
Wahyu belum mempunyai hitungan pasti berapa ongkos untuk naik ojek online dalam sehari jika tarifnya sudah naik nanti.
Ia mengaku akan mencoba terlebih dulu. Namun jika tarif terasa jauh lebih mahal, maka ia lebih memilih untuk beralih menaiki sepeda motor menuju kantornya.
"Naik motor sebenarnya capek kena macet. Tapi jelas ongkosnya lebih murah," katanya.
Baca juga: Serikat Ojol Ikut Demo di Gedung DPR: Lelah jadi Sapi Perah Aplikator
Hal serupa disampaikan Sintia (29) yang tinggal di kawasan Pondok Labu, Jakarta Selatan.